Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Liputan Khusus Fictophilia

Ini Alasan Wanita Menyukai Karakter Fiktif di Dalam Novel

Intan Kemala Sari - wolipop
Jumat, 15 Mei 2015 11:45 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

dok. Thinkstock
Jakarta - Membaca novel bisa menjadi suatu kegiatan yang mengasyikan untuk menghabiskan waktu luang. Tetapi bagi pecinta buku, membaca novel menjadi salah satu rutinitas yang sayang untuk dilewatkan.

Saking seringnya membaca novel, tak jarang para pembaca, khususnya wanita memiliki imajinasi tersendiri terhadap karakter tersebut, bahkan sampai menimbulkan rasa suka. Yang lebih ekstrem, para pembaca seolah 'terbius' dengan tokoh yang dideskripsikan oleh penulis hingga mereka memiliki rasa suka yang berlebihan atau muncul kemungkinan timbul daya tarik seksual dengan tokoh tersebut.

Profesor Blakey Vermeule turut mengemukakan alasannya. Dalam bukunya yang berjudul 'Why Do We Care About Literary Characters?' ia menerangkan bahwa setiap orang memiliki kebutuhan dasar untuk mengetahui segala sesuatu tentang orang lain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mengapa kita harus memfokuskan perhatian kepada orang yang tidak akan pernah peduli kepada kita?," tanya Blakey pada pembaca bukunya. Salah satu aspek penting yang menjadikan jawaban dari pertanyaan tersebut adalah terdapatnya suatu kebutuhan untuk mengetahui apapun tentang orang lain. Hal ini menurutnya sangat masuk akal.

Baca Juga: 50 Inspirasi Gaun Pengantin 2015

Profesor yang mengajar di Stanford University Amerika ini menjelaskan, di kehidupan nyata, banyak manusia meluangkan waktunya untuk memahami tentang dirinya dan orang lain. Jika kondisi ini dikaitkan dengan tokoh fiksi di dalam suatu cerita, mereka telah mencurahkan seluruh perhatiannya untuk memahami tokoh tersebut.

Sebagai balasannya, pembaca mendapatkan informasi tentang orang lain yang jarang diketahuinya melalui cerita di dalam novel. "Informasi tersebut bisa saja sangat mahal untuk didapat, berbahaya, dan sulit untuk diekstrak ke dalam kehidupan nyata," ujarnya.

Menurutnya, dengan membaca cerita fiksi memungkinkan kita untuk menyelami lebih dalam tentang pemikiran dan perasaan dari karakter yang diciptakan penulis. Karena belum tentu kita bisa 'membaca' pikiran setiap orang di kehidupan nyata.

Baca Juga: 50 Momen Menghebokan dari Pekan Mode Dunia

Saat membaca cerita fiksi, kita cenderung bisa mengetahui, membaca pikiran, dan mendengar hampir semua yang dikatakan oleh karakter di dalam novel melalui dialog dan narasi dari tiap-tiap bab. Bahkan kita seolah mengetahui pemikiran, sifat, dan watak karakter khayalan tersebut jauh lebih baik dari orang-orang nyata yang ada di sekeliling kita.

Pembaca novel mungkin lebih mengetahui apa yang dipikirkan sang tokoh fiktif tersebut karena mereka membaca dengan seksama tiap babnya. Berkat kemampuan penulis, ingatan tentang karakter imajiner tersebut begitu lekat. Mereka mampu menciptakan karakter yang bisa membuat orang benci, senang, kagum, bahkan jatuh cinta.

Profesor 48 tahun ini menilai, penulis seolah memiliki 'alat' untuk merangsang pikiran para pembaca agar mereka merasa tertarik kepada tokoh yang ditulisnya. Penulis tahu persis berapa banyak informasi yang harus ditulisnya untuk membuat para pembaca merasa penasaran sehingga mereka akan terus membaca novel karanganannya hingga selesai.

(int/eny)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads