Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Pro Kontra Perayaan Valentine

Ini Alasan Sebagian Orang Anggap Valentine Kurang Penting Dirayakan

Intan Kemala Sari - wolipop
Jumat, 13 Feb 2015 09:31 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Dok. Thinkstock
Jakarta -

Sebagian besar orang merasa Hari Valentine adalah momen yang tepat untuk merayakannya bersama pasangan. Berbagai persiapan pun dilakukan, mulai dari menyiapkan kado, memberikan cokelat, hingga mengajak makan malam di restoran dengan suasana romantis. Namun tak sedikit pula yang menganggap Valentine bukanlah hari istimewa untuk kasih sayang. Mereka lebih memilih untuk tidak merayakannya sama sekali.

Di Amerika, jumlah orang yang merayakan Valentine pun menurun. Menurut survei yang diadakan National Retail Federation, di 2014 hanya 54 persen orang dewasa yang merayakan Valentine. Jumlahnya menurun drastis dibandingkan dengan tujuh tahun terakhir yang mencapai 60 persen. Pada 2009, sekitar 63 persen orang masih mengekspresikan cintanya di Hari Valentine.

Psikolog Liza Marielly Djaprie M.Si,Psi,SC, mengemukakan ada banyak faktor yang membuat mereka tidak pernah atau berhenti merayakan hari kasih sayang yang jatuh setiap tanggal 14 Februari tersebut. Menurutnya, konsep perayaan tentang cinta dan kasih sayang bisa berbeda pada tiap orang. Ibu empat anak ini menerangkan, secara psikologis, manusia memang memiliki kecenderungan sifat yang akan selalu berubah-ubah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: 3 Ide Kencan Non-Romantis untuk Lebih Dekat dengan Pasangan

"Mungkin dulu masih banyak euforianya. Sekarang kan kalau mau mengungkapkan rasa sayang bisa kapan saja. Pola pikirnya juga sudah berubah," ujar Liza saat dihubungi Wolipop via telepon, Selasa (10/2/2015).

Wanita kelahiran 10 November 1977 ini kembali menerangkan, secara psikologis manusia adalah mahluk sosial yang rajin berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya. Namun lingkungan inilah yang justru membawa perubahan bagi manusia.

"Mungkin saja dulu kita tinggal di lingkungan yang memang heboh tentang Valentine, tapi setelah pindah ke lingkungan baru, Valentine jadi biasa saja. Kita jadi terbawa lingkungan baru kan?," terangnya lagi.

Baca juga: Memberikan Deodoran, Cara Baru Melamar Kekasih

Pendapat lain juga dituturkan oleh psikolog Roslina Verauli, M.Psi. Berbicara tentang perayaan Hari Valentine yang merupakan perwujudan ekspresi kasih sayang kepada pasangan, hal ini tentunya didasari oleh cinta. Ibu dua anak ini mengatakan, cinta adalah bentuk lain dari emosi kompleks yang sukar untuk dijelaskan.

Ketika mencintai seseorang, otomatis terdapat koneksi secara emosional, terutama ketika cintanya bersambut. Psikolog yang praktik di bilangan Jakarta Pusat ini mengatakan ada dua hal yang sangat erat kaitannya dengan cinta, yaitu rasa dan aksi.

Baca juga: Ini Waktu Paling Populer untuk Melamar

"Ketika merasakan cinta, kita punya kebutuhan untuk mewujudkannya dalam bentuk aksi cinta. Aksi ini 'kan sebetulnya bisa kapan saja, nggak perlu waktu khusus. Bisa juga berupa aksi verbal berupa kata-kata, atau non verbal melalui perbuatan, kasih bunga misalnya," kata wanita yang akrab disapa Vera ini saat diwawancarai Wolipop via telepon, Selasa (10/2/2015).

Dengan demikian secara tak sadar, perubahan secara psikologis yang terjadi pada diri manusia dan lingkungan sekitar yang juga berubah menjadi salah satu alasan utama sebagian orang tidak merayakan Valentine. Faktor lainnya menurut survei National Retail Federation, karena kondisi ekonomi yang kurang stabil beberapa tahun belakangan ini sehingga membuat orang lebih mementingkan kebutuhan pokok ketimbang menghabiskan uang untuk membeli hadiah serta cokelat mahal.

(int/hst)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads