Liputan Khusus LDR Pasca Nikah
Suka-duka Pasangan Jalani Hubungan Jarak Jauh Setelah Menikah
wolipop
Jumat, 27 Jun 2014 06:34 WIB
Jakarta
-
Dulu, sebuah pernikahan disebut ideal ketika pasangan tinggal seatap dan tidur di tempat tidur yang sama. Namun kini seiring dengan kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi, pasangan memiliki pilihan untuk tinggal berjauhan demi memiliki kehidupan yang lebih baik. Hidup berjauhan setelah menikah ini memiliki dinamika tersendiri ketimbang masa pacaran. Apa saja suka-duka menjalani hubungan jarak jauh atau istilah masa kini LDR (long distance relationship) pasca menjadi suami istri?
Vika, menjalani LDR dengan suaminya yang bekerja di Jepang sejak 2006. Saat belum memiliki anak, menurut wanita yang tinggal di Jakarta itu, hubungan jarak jauh ini tidak menjadi masalah berarti. Dia nyaman-nyaman saja menjalani pernikahan tersebut meskipun terpisah jauh dari sang suami, Eki.
"Dulu kita banyak telepon. Walaupun biaya mahal karena dulu teknologi belum secanggih sekarang," kata Vika saat berbincang dengan Wolipop melalui telepon Kamis (26/6/2014).
Hubungan jarak jauh ini mulai menjadi masalah ketika Vika dan Eki dikaruniai anak. Komunikasi yang tadinya dianggapnya baik-baik saja, mulai dirasa tidak nyaman karena ada cukup banyak hal yang perlu dibicarakan, namun waktu terbatas.
"Kadang nggak ketemu momennya. Dia pulang kerja jam 7 dan di sini masih jam 5, aku masih sibuk sama anak-anak jam segitu. Maleman sedikit dia harus sudah tidur karena di sana kan disiplin banget orang-orangnya, nggak bisa begadang," cerita wanita 31 tahun itu.
Menjalani pernikahan jarak jauh selama kurang lebih tujuh tahun, Vika pun mulai merasa ingin memiliki hubungan yang normal seperti suami-istri pada umumnya. Dia ingin bisa berkomunikasi lancar dengan suaminya, terutama membahas masalah anak-anak mereka yang kini telah beranjak besar.
"Kebiasaan memutuskan sendiri sudah menjadi hal yang membosankan. Apa-apa nggak bisa diajak ngomong. Sekarang sudah mulai ngerasa bosan dengan keadaan terserah," ujarnya.
Seperti Vika, Fenita juga merasakan hal yang tidak menyenangkan karena harus terpisah jarak dengan suaminya yang kini bekerja di Singapura. Sebenarnya sudah sejak 2010 dia dan pasangannya menjalani LDR. Selama ini sang suami yang bekerja di sebuah perusahaan multinasional kerap ditugaskan ke luar negeri atau kota.
Menurut Fenita, salah satu hal tidak enak dari LDR adalah pengeluaran yang cukup besar untuk komunikasi dan biaya bertemu. Jarak antara Jakarta dan Singapura yang cukup dekat membuat suaminya sering pulang setidaknya satu minggu sekali.
"Pengeluaran jadi semakin besar. Untuk tiket pesawat tetap mahal, apalagi kalau sedang tidak ada diskon. Harusnya dananya bisa dialokasikan ke yang lain," kata wanita yang bekerja di sebuah perusahaan swasta itu.
Jenuh menjalani LDR ini pastinya tidak dirasakan oleh Adisti yang baru 1,5 tahun terpisah jarak dari suaminya. Dia pun cukup beruntung karena sang suami tidak berada di negara berbeda dengannya. Saat ini suami Adisti, Abi, bekerja di Batam di bidang jasa.
Meskipun masalah komunikasi terkadang muncul, Adisti merasa LDR memiliki manfaat positif untuk pernikahannya. Kerinduan yang terpendam karena harus terpisah jarak membuatnya semakin cinta pada suaminya. Kerinduannya itu bisa dilepaskannya ketika bertemu sehingga membuat hubungan mereka lebih intim.
Selain itu, Adisti juga merasa dengan LDR dia bisa memiliki waktu me time lebih banyak. "LDR buat aku juga ada manfaatnya karena bisa lebih banyak waktu melakukan kegiatan positif yang bikin aku senang, misalnya nonton film favorit, baca buku, atau pergi ke spa," katanya.
Punya pengalaman serupa soal menjalani pernikahan LDR? Anda bisa berbagi pengalaman ke redaksi@wolipop.com.
(eny/eny)
Vika, menjalani LDR dengan suaminya yang bekerja di Jepang sejak 2006. Saat belum memiliki anak, menurut wanita yang tinggal di Jakarta itu, hubungan jarak jauh ini tidak menjadi masalah berarti. Dia nyaman-nyaman saja menjalani pernikahan tersebut meskipun terpisah jauh dari sang suami, Eki.
"Dulu kita banyak telepon. Walaupun biaya mahal karena dulu teknologi belum secanggih sekarang," kata Vika saat berbincang dengan Wolipop melalui telepon Kamis (26/6/2014).
Hubungan jarak jauh ini mulai menjadi masalah ketika Vika dan Eki dikaruniai anak. Komunikasi yang tadinya dianggapnya baik-baik saja, mulai dirasa tidak nyaman karena ada cukup banyak hal yang perlu dibicarakan, namun waktu terbatas.
"Kadang nggak ketemu momennya. Dia pulang kerja jam 7 dan di sini masih jam 5, aku masih sibuk sama anak-anak jam segitu. Maleman sedikit dia harus sudah tidur karena di sana kan disiplin banget orang-orangnya, nggak bisa begadang," cerita wanita 31 tahun itu.
Menjalani pernikahan jarak jauh selama kurang lebih tujuh tahun, Vika pun mulai merasa ingin memiliki hubungan yang normal seperti suami-istri pada umumnya. Dia ingin bisa berkomunikasi lancar dengan suaminya, terutama membahas masalah anak-anak mereka yang kini telah beranjak besar.
"Kebiasaan memutuskan sendiri sudah menjadi hal yang membosankan. Apa-apa nggak bisa diajak ngomong. Sekarang sudah mulai ngerasa bosan dengan keadaan terserah," ujarnya.
Seperti Vika, Fenita juga merasakan hal yang tidak menyenangkan karena harus terpisah jarak dengan suaminya yang kini bekerja di Singapura. Sebenarnya sudah sejak 2010 dia dan pasangannya menjalani LDR. Selama ini sang suami yang bekerja di sebuah perusahaan multinasional kerap ditugaskan ke luar negeri atau kota.
Menurut Fenita, salah satu hal tidak enak dari LDR adalah pengeluaran yang cukup besar untuk komunikasi dan biaya bertemu. Jarak antara Jakarta dan Singapura yang cukup dekat membuat suaminya sering pulang setidaknya satu minggu sekali.
"Pengeluaran jadi semakin besar. Untuk tiket pesawat tetap mahal, apalagi kalau sedang tidak ada diskon. Harusnya dananya bisa dialokasikan ke yang lain," kata wanita yang bekerja di sebuah perusahaan swasta itu.
Jenuh menjalani LDR ini pastinya tidak dirasakan oleh Adisti yang baru 1,5 tahun terpisah jarak dari suaminya. Dia pun cukup beruntung karena sang suami tidak berada di negara berbeda dengannya. Saat ini suami Adisti, Abi, bekerja di Batam di bidang jasa.
Meskipun masalah komunikasi terkadang muncul, Adisti merasa LDR memiliki manfaat positif untuk pernikahannya. Kerinduan yang terpendam karena harus terpisah jarak membuatnya semakin cinta pada suaminya. Kerinduannya itu bisa dilepaskannya ketika bertemu sehingga membuat hubungan mereka lebih intim.
Selain itu, Adisti juga merasa dengan LDR dia bisa memiliki waktu me time lebih banyak. "LDR buat aku juga ada manfaatnya karena bisa lebih banyak waktu melakukan kegiatan positif yang bikin aku senang, misalnya nonton film favorit, baca buku, atau pergi ke spa," katanya.
Punya pengalaman serupa soal menjalani pernikahan LDR? Anda bisa berbagi pengalaman ke redaksi@wolipop.com.
(eny/eny)
Health & Beauty
Pilih Toner Sesuai Kondisi Kulit! Anua Punya Beberapa Opsi untuk Berbagai Kebutuhan Kulitmu
Home & Living
Bikin Momen Natalmu Lebih Hangat dengan Hampers Mug yang Bikin Senyum!
Home & Living
Ide Kado Natal Elegan & Fungsional: Aveline Sendok Garpu Natal Set Gift vs Domov Krisa Christmas Stainless Steel Hampers!
Health & Beauty
Gigi Menguning Karena Kopi? KLAR Teeth Whitening Mask Jadi Solusi Praktis Anti Ngilu
Artikel Terkait
ARTIKEL LAINNYA
10 Ide Hadiah Hari Ibu yang Berkesan dan Tak Terlupakan
Ramalan Zodiak Cinta 21 Desember: Capricorn dan Gemini Waspada Pihak Ketiga
Ramalan Zodiak 21 Desember: Capricorn Banyak Tantangan, Aquarius Jangan Diam
Ramalan Zodiak 21 Desember: Libra Hadapi Persoalan, Scorpio Lebih Sabar
Bikin Haru! Kisah Perjuangan Anak Dampingi Ibu Lawan Kanker Payudara
Most Popular
1
8 Momen Konser Reuni F4, Jerry Yan Bawa Kalung Meteor Garden Kenang Barbie Hsu
2
Most Pop: Penampilan Davina Karamoy, Sosoknya Sedang Jadi Sorotan
3
13 Drama China Romantis di Netflix yang Bikin Baper dan Ketagihan
4
Cara Pakai Cushion Supaya Makeup Awet Seharian, Ini Triknya
5
Moon Ga Young Tanggapi Kontroversi Gaya Seksi, Pakai Lingerie di Bandara
MOST COMMENTED











































