Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Liputan Khusus Perjodohan

Kisah Wanita yang Semakin Trauma Pada Pria Karena Perjodohan

wolipop
Jumat, 28 Feb 2014 15:05 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

dok. Thinkstock
Jakarta - Dua kali gagalnya rumah tangga sang ibu, membuat Sari tidak memiliki hasrat untuk mengenal pria. Namun permintaan sang ibu agar Sari segera menikah di usia yang ke-24 membuatnya pasrah saat dijodohkan. Malang nasib Sari, takdir pernikahannya harus berakhir sama seperti sang ibunda. Pria yang menjadi suaminya ternyata hanya suka memanfaatkan hartanya saja.

Cerita Sari berawal ketika ibunya meminta dia untuk menikah karena umurnya yang dianggap sudah cukup untuk berkeluarga. Sari yang tidak berniat mencari kekasih bahkan membenci pria karena terbayang-bayang sifat buruk dua mantan suami ibunya ini, angkat tangan dalam urusan mencari suami.

"Aku bilang kepada ibu, 'Kalau mau aku menikah, jodohkan saja'," ujar wanita yang berprofesi sebagai bidan tersebut saat berbincang dengan Wolipop melalui telepon, Kamis (27/2/2014).

Adalah Anton, kenalan keluarga yang dipilih ibunda Sari untuk menjadi pendamping hidup putrinya. Sejak awal, Sari bersifat acuh tak acuh terhadap calon suaminya ini yang katanya adalah seseorang yang aktif dalam organisasi dan memiliki banyak usaha.

Meskipun acuh, Sari tetap mengikuti perjodohan tersebut dan yakin untuk menikah karena berpikir pilihan orangtua pasti yang terbaik. Dilamar Februari 2013, Sari resmi menikah dengan Anton pada Oktober 2013. Dalam kurun waktu tujuh bulan sebelum menikah itu, beberapa orang dekatnya sempat memberitahu sisi lain dari calon suaminya tersebut. Kata mereka, sebenarnya Anton memiliki sifat kurang baik. Namun omongan orang-orang tersebut tidak terlalu didengarkannya.

"Memang di daerah kami banyak yang tidak suka dengan keluarga Anton, bahkan ada saudara yang sampai marah tahu aku akan menikah dengannya. Adik pun sempat malu aku menikah dengan Anton karena dia punya citra yang buruk di organisasi itu. Namun ibuku berpikir bahwa orang bisa berubah ketika nanti berkeluarga," ucapnya panjang lebar.

Pemikiran dan harapan ibunda Sari itu langsung pupus sehari setelah pernikahan. Anton langsung menunjukkan sifat aslinya. Dia mengatakan tidak akan bisa memberikan uang untuk kebutuhan rumah tangga di bulan pertama pernikahan mereka. Saat itu, Sari berusaha menerima. Namun ternyata perilaku tersebut lama-kelamaan terus terjadi. Dia tidak pernah dinafkahi.

"Selain tidak memberi nafkah, dia dan ibunya juga mengambil uang hadiah pernikahan kami," ujar Sari yang kini telah memiliki seorang anak itu.

Dua tahun pernikahan mereka berlangsung, hanya kekecewaan demi kekecewaan yang diterima Sari. Anton kerap memanfaatkan hartanya dengan menjual aset pribadi Sari seperti perhiasan dan motor. Anton yang tinggal di Medan juga hanya sesekali menemui Sari yang bertugas di Aceh dengan alasan ingin menjaga sang ibu.

"Padahal ada dua keluarga yang tinggal bersama ibunya. Anton dilarang ibunya, padahal aku sudah bilang, 'Tidak apa kamu tidak bekerja, asal temani aku di sini' karena di Aceh aku cuma tinggal berdua dengan anak di tengah-tengah hutan," kata Sari.

Masalah keuangan memang menjadi persoalan utama dalam rumah tangga Sari. Anton yang tidak pernah memberikan nafkah atau menjaga Sari selayaknya seorang suami membuat dia semakin trauma pada pria. Wanita asal Medan ini akhirnya meminta cerai yang sampai sekarang kasusnya belum sepenuhnya tuntas.

"Sebaiknya cari pria yang memiliki pekerjaan. Pria sekarang banyak yang ingin menumpang hidup kalau tahu wanitanya punya uang," ujar Sari ketika memberi pandangan mengenai perjodohan dari pengalamannya.

Sekarang Sari mengisi kehidupan dengan anak semata wayangnya dan pasien-pasiennya. Dia sudah jera akan pria dan tidak mau mencoba mencari pria yang lebih baik karena takut memiliki sifat yang sama seperti mantan suami dan mantan-mantan suami ibunya.


(eny/fer)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads