Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Sudah Hampir Menikah Tapi Kekasih Selingkuh, Harus Bagaimana?

Anna Surti Ariani - wolipop
Rabu, 24 Feb 2016 08:07 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Foto: Thinkstock
Jakarta - Salam Mba Anna. Saat ini saya menjalini hubungan dengan pria sudah 3,5 tahun dan kami serius untuk hubungan ini. Bahkan orangtua masing-masing sudah setuju dan menunggu kami untuk menikah. Kami berencana menikah tahun ini, tapi dua minggu yang lalu dia ketahuan selingkuh dengan teman sekantornya. Saya tahu dia selingkuh karena wanita selingkuhannya yang memeberitahu saya. Saat ini kekasih saya sudah memutuskan hubungan dengan wanita itu dan wanita itu juga memberitahukan bahwa mereka sudah berakhir. Tapi saya masih belum bisa melupakan kejadian itu, sakit hati saya ketika mengingat semuanya. Saya mau berpisah dengannya tapi tidak bisa karena sebenarnya hubungan kami sudah jauh. Saat ini saya bingung harus seperti apa mba, mohon bantuannya, terimakasih.

Mira, 25 Tahun

Jawab:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hai Mira,

Selingkuh sebelum menikah bisa berarti dia akan kesulitan menjaga komitmen ketika menikah kelak. Namun bisa juga dia sudah kapok melakukannya, sehingga ketika menikah maka dia tak akan melakukannya.

Di sisi lain, jika ketika pernikahan dilangsungkan, Anda masih sakit hati dan sulit percaya kepadanya, maka perilaku Anda kepadanya mungkin akan berubah. Beberapa wanita jadi senang mengungkit, dan justru membuat pasangannya sakit hati karena merasa usahanya memperbaiki diri sia-sia. Yang lain lagi jadi terlalu curiga, terus berusaha mengecek gadget bahkan menguntit pasangan. Ada pula yang jadi malas mencintai pasangannya sepenuh hati karena merasa dikhianati, lalu 'menghukum' pasangan dengan alasan dia yang bersalah di awal. Semua itu justru membuat pasangan merasa tak dipercaya, Anda lelah karena energi habis untuk curiga, dan akhirnya hubungan Anda berdua jadi bermasalah.

Sebaliknya, kalau Anda bisa ikhlas memaafkannya, Anda justru punya kesempatan lebih besar untuk membangun rumah tangga yang lebih bahagia. Tentu saja ini membutuhkan keberanian untuk betul lepas dari apa yang pernah terjadi, tak kembali mengungkitnya kelak. Butuh kemurnian hati untuk bisa menerima dia sebagai orang yang menyesal dan ingin berubah jadi manusia lebih baik, tanpa dianggap 'berhutang' kepada Anda. Jika ini bisa terjadi, maka Anda dapat terus melanjutkan rencana pernikahan Anda. Sebaliknya kalau sulit, bukan hanya perlu ditimbang kembali rencana tersebut (bahkan digagalkan), namun Andapun harus memantapkan diri untuk berkonsultasi dengan pemuka agama dan psikolog untuk dapat belajar memaafkan secara ikhlas. Hal ini demi tak terulangnya kejadian yang sama dengan orang lain di kemudian hari.

Jika psikolog bicara 'hubungan pacaran sudah jauh', yang dimaksud adalah sudah amat dekat secara emosional, sungguh mengenal satu sama lain, sudah mengatasi begitu banyak masalah bersama, sehingga jadi sulit berpisah. Ini tak berarti sudah melakukan hubungan seks, karena sesungguhnya hubungan seks tidak berkorelasi dengan kedekatan hubungan emosional.

Saya sebetulnya berharap bahwa ketika Anda mengatakan 'hubungan sudah jauh', definisi kita sama. Namun saya mengasumsikan bahwa yang Anda maksud adalah telah berhubungan seks. Bagaimanapun setiap perilaku ada konsekuensi yang harus ditanggung. Jika melakukan hubungan seks sebelum menikah, seharusnya Anda juga berpikir bahwa masih ada kemungkinan putus. Kalau memang putus, maka mau tak mau Anda harus menanggung risikonya, bukan? (eny/eny)
Tags

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads