Uniknya Kulkas Retro Italia Bermotif Etnik Indonesia Karya Didiet Maulana

Desainer Didiet Maulana memperkenalkan karya terbaru. Namun kali ini bukan koleksi busana sebagaimana ia piawai membuat, melainkan sebuah kulkas.

Tentu masih ada kaitannya dengan wastra Nusantara yang menjadi fokus utama Didiet dalam berkreasi. Perancang 43 tahun itu digandeng SMEG, sebuah jenama peralatan rumah tangga elektronik premium asal Italia, untuk melukis motif tradisional Indonesia di salah satu kulkas ikonisnya, SMEG FAB28.

Didiet merasa terhormat ketika mendapat ajakan untuk berkolaborasi. Menurutnya, kesempatan tersebut adalah salah satu cara untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke kancah internasional.

Didiet Maulana di acara peluncuran kulkas buah kolaborasinya dengan SMEG. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

Keindahan motif kain tradisional Tanah Air tentu memang menjadi inspirasi utama, tapi ia mencoba menarik benang merah dari asal-muasal SMEG.

Didiet kemudian menelusuri sejarah Guastalla, kota kelahiran merek tersebut. Di sana terdapat sebuah bangunan kuno bersejarah, yakni Palazzo Ducale Bangunan berarsitektur Renaissance itu didominasi warna alam seperti terracotta yang mengingatkan Didiet pada kain Indonesia.

"Aku ingin membawa cerita tentang Italia, tapi tetap ada unsur Indonesia. Kalau kita membuat sesuatu yang dimulai dari akar, kita akan menciptakan sebuah keindahan yang sangat orisinal," ujar Didiet, Selasa (15/10/2024) di showroom SMEG PIK2, Jakarta Utara.

Didiet lalu menuangkan inspirasinya lewat goresan kuas cat akrilik di atas kulkas berwarna putih. Desain kulkas yang bergaya retro seakan menyatu dengan karakter geometris motif pilihan Didiet yang biasa ditemui di kain batik dan tenun. Ada pucuk rebung yang menyerupai deretan segitiga, lalu garis-garis kecil seperti ulat.

Kulkas hasil kolaborasi SMEG dan desainer Didiet Maulana. (Foto: Dok. SMEG Indonesia)

Masing-masing motif pun tersirat filosofi kehidupan yang semakin memberikan daya tarik tersendiri. Seperti garis kecil yang inspirasinya bersumber dari motif ulat pada kain bernama Ule Rati dari Kepulauan Tanimbar, Maluku Tenggara Barat.

"Motif ini menggambarkan metamorfosa kehidupan, bahwa segala sesuatu ada prosesnya. Dari ulet, mereka bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang cantik. Begitulah hidup, ada masa-masa susah, tapi berakhir dengan bahagia," kata pemilik label IKAT Indonesia dan Svarna ini.

Dilukis dengan tentu tak serapi dengan hasil cetakan mesin yang presisi. Namun, kata Didiet, justru di situlah letak kesempurnaannya. "Ini yang membedakan craftsmanship dan hasil buatan teknologi modern," kata Didiet yang merampungkan kreasinya dalam kurun tiga pekan.

Kulkas dalam kolaborasi bertajuk 'La Storia del Fiore' ini akan dipamerkan di showroom SMEG selama sebulan hingga 15 November mendatang, sebelum dikirim ke Italia.

Nicky Kusuma, Direktur PT Casa Toffin Indonesia selaku distributor tunggal SMEG Indonesia, mengatakan, belum ada rencana untuk memproduksi kulkas tersebut secara massal. Namun, kolobrasi ini menjadi sebuah pernyataan bagi SMEG untuk mengangkat keindahan sebuah desain modern dengan kearifan lokal lewat sinergi kreatif lintas bidang.

"Dengan desain yang ikonik, seperti seri 50's Style yang retro, kami berkomitmen untuk menghadirkan produk yang tidak hanya indah, tetapi juga fungsional. Kami bangga bisa membawa SMEG ke Indonesia dan memberikan akses lebih luas kepada para pecinta desain dan inovasi di sini," katanya.

Di luar negeri, SMEG pernah berkolaborasi dengan raksasa otomotif seperti Fiat, kemudian perusahaan seperti Coco-Cola. Dari dunia fashion, ada nama Dolce & Gabbana yang juga sama-sama berasal dari Italia.

"Kalau soal desain dengan nilai tradisional yang kuat, maka Mas Didiet adalah orang yang tepat. kami sangat antusias dengan potensi yang ada untuk membuat sesuatu yang tidak sekadar menarik secara visual, tetapi juga menyimpan cerita budaya yang filosofis," kata Marketing Manager SMEG Indonesia Michella Olivia.