Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Cerita Dosen Amerika Izinkan UAS Tengah Malam Demi Mahasiswi yang Puasa

Arina Yulistara - wolipop
Selasa, 13 Jun 2017 03:30 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Mahasiswi sedang UAS. Foto: Bryan White
Jakarta - Seluruh umat muslim di dunia sedang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Untuk menghormatinya, salah satu profesor di universitas Amerika Serikat bahkan menambah waktu ekstra untuk mahasiswanya melakukan ujian akhir (UAS) demi murid yang muslim bisa berkonsentrasi lebih baik.

Dilansir dari Seattle Times, beberapa dosen di universitas Amerika memberikan kelonggaran untuk muridnya yang berpuasa. Salah satu kisahnya datang dari Dr. Bryan White, profesor biologi Universitas Washington, Bothell, Washington D.C, Amerika Serikat.

Bryan memberikan kemudahan untuk semua mahasiswinya. Ia memberikan pilihan jadwal untuk melakukan UAS di pagi atau malam hari. Untuk jadwal ujian kelas reguler pada pagi hari pukul 08:45 sampai 10:45. Ujian ekstra bisa dilakukan pada pukul 22.00 sampai tengah malam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suasana kelas saat ujian tengah malam di Universitas Washinton Kelas Bryan White.Suasana kelas saat ujian tengah malam di Universitas Washinton Kelas Bryan White. Foto: Bryan White


Kedua jadwal ujian tersebut ditujukan untuk semua mahasiswa. Jadi para mahasiswa yang muslim bisa menikmati waktu berbuka puasa dan ibadah lebih dulu sebelum melaksanakan ujian. Bryan mengaku ide ini tercetus setelah ia berbincang dengan beberapa mahasiswi muslim tahun lalu.

Dikatakan Bryan, beberapa mahasiswa muslim yang diajarinya memiliki nilai bagus pada ujian lainnya. Namun mereka tampak lebih buruk nilainya ketika ujian akhir yang biasa jatuh pada bulan Ramadan. Ketika Bryan bertanya mengapa hal itu bisa terjadi, salah satu muridnya menjawab kalau dia kesulitankarena merasa sangat lapar.

"Dia merasa sulit untuk konsentrasi dan belajar karena berpuasa selama Ramadan," ujar Bryan.

Belajar dari pengalaman tahun lalu, Bryan memutuskan untuk menambahkan jadwal ekstra untuk ujian di malam hari buat mahasiswi muslim khususnya. Meski ia tak terbiasa akan hal itu namun Bryan tetap membuka kelas malam demi murid-muridnya.

"Bagi saya ini adalah hal yang sangat sederhana. Saya tidak biasa bekerja sampai tengah malam tapi ini demi mereka yang berpuasa," ujar Bryan.

Bryan mengatakan sebagai seorang ahli biologi ia selalu menyadari hubungan antara makanan dan mental seseorang itu sangat erat. Bahkan Bryan tak jarang menyediakan makanan saat ujian berlangsung karena dengan perut kenyang konsentrasi akan lebih fokus.

Profesor lain di Universitas Washington memuji keputusan Bryan tersebut. Hal ini juga tidak ditentang oleh pihak kampus. Bryan mengaku sekitar 10 persen muridnya memilih untuk mengikuti tes malam hari.

"Saya tidak mendengar ada tentangan dari siapa pun. Sebagian besar mahasiswa sangat mendukung dan mengatakan betapa kerennya itu. Saya hanya ingin mereka bisa memberikan yang terbaik di ujian akhir mereka," tambahnya.

(aln/kik)
Tags

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads