Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Desainer Busana Muslim Muda

Tantangan yang Dialami Desainer Muda dalam Berkarya

Intan Kemala Sari - wolipop
Jumat, 24 Jun 2016 14:08 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Foto: Dok. Instagram Vivi Zubedi
Jakarta - Pekerjaan apapun yang dilakukan sejatinya memiliki kesulitan dan tantangan tersendiri. Jika hal itu tidak ditemui, pekerjaan terasa membosankan dan kurang bergairah untuk bekerja. Begitupun yang dirasakan oleh tiga desainer muda berbakat, Rani Hatta, Vivi Zubedi, dan Ayu Dyah Andari.

Ketiga nama tersebut bisa dibilang sukses membangun kariernya sebagai seorang desainer dalam kurun waktu kurang dari lima tahun. Namun hal tersebut tidaklah mudah, ada banyak tantangan serta rintangan yang harus dihadapi mereka. Apa saja?

Vivi mengatakan, mempertahankan DNA atau ciri khas rancangan serta membangun brand awareness adalah tantangan tersendiri baginya. Desainer yang dikenal dengan rancangan abaya dengan sulaman itu mengaku mempertahankan kepercayaan pelanggan terhadap produknya adalah sesuatu yang terus-terusan dilakukannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Namanya kita berbisnis pasti ada kompetitor dan follower. Jadi pada saat saya bikin suatu produk dan booming, banyak followers yang menghantam. Mereka tidak segan mencatut nama saya dan kami tidak bisa kontrol pasar itu dan pada akhirnya banyak pelanggan yang tertipu. Jadi brand awareness harus lebih ditingkatkan," cerita desainer dua anak itu saat berbincang dengan Wolipop di butiknya di bilangan Antasari, Jakarta Selatan, Kamis (23/6/2015).

Salah satu rancangannya pernah dicontek oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Bukan hanya satu orang saja, bahkan perusahaan besar pun melakukan hal demikian. Mereka berani mengaku bahwa baju tersebut adalah rancangan Vivi dan menjualnya dengan harga yang lebih murah.

"Beberapa desain yang mereka copy aku sudah hak patenkan. Kalau mereka plagiat lagi aku bisa tuntut tapi belum sampai ke situ. Yang jelas kalau ada sesuatu terjadi aku sudah punya pegangan," lanjut desainer yang berkarya sejak 2011 itu.

Tantangan lainnya adalah bagaimana caranya ia membuat desain abayanya agar tidak mononton. Potongan abaya umumnya didominasi oleh cutting A-line atau lebar di bagian bawahnya. Itulah yang membuatnya terus memutar otak untuk membuat desainnya lebih menarik.

"Abaya kan cuttingnya gitu-gitu saja, tantangannya adalah bagaimana supaya pelanggan tidak bosan dengan produk yang disajikan. Jadi aku berusaha cari cuttingan baru yang tetap panjang dan longgar," kata wanita kelahiran 17 April itu.

Selain mempertahankan DNA dan memikirkan desain busana, tantangan menjadi seorang desainer pun juga dirasakan oleh Rani Hatta. Desainer busana muslim modest wear yang baru saja berkolaborasi dengan brand (X)S.M.L itu merasa dirinya kurang bisa memotivasi diri untuk berkarya.


"Terkadang namanya wanita, pasti mau kerjain sesuatu mood-mood-an. Memang harus lebih bisa mengatur diri sendiri dan memotivasi diri untuk kerja keras, itu yang paling sulit," demikian tutur Rani ketika berbincang dengan Wolipop di fX Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (21/6/2016). (itn/itn)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads