Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Tantangan yang Dihadapi Indonesia untuk Jadi Kiblat Fashion Muslim Dunia

Arina Yulistara - wolipop
Rabu, 11 Mei 2016 12:34 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Foto: Ismail/detikHOT
Jakarta - Para pelaku mode menargetkan Indonesia menjadi kiblat fashion muslim dunia di 2020. Untuk menggapai 'mimpi' tersebut, banyak kendala yang perlu diselesaikan terlebih dahulu. Desainer senior sekaligus chairman dari Asosiasi Perancang dan Pengamat Mode Indonesia (APPMI), Musa Widyatmodjo, menuturkan bahwa untuk mencapai suatu impian perlu adanya kerjasama dari banyak pihak. Ini menjadi tantangan tersendiri bagaimana pemerintahnya, pelaku mode, media, serta masyarakat bisa berjalan beriringan demi membuat Indonesia sebagai kiblat fashion muslim dunia.

"Tantangannya sebenarnya buat semua yang terkait, media juga punya power untuk mendistribusikan pengetahuan apa fashion itu ke masyarakat, dan lainnya. Ini PR kita, kita konsumennya ada, kreativitasnya ada, justru industrinya yang belum terbangun, makanya kita juga perlu dukungan pemerintah untuk membantu kita sebagai pelaku mode," ujar Musa ketika berbincang dalam talkshow 'Indonesia Kiblat Busana Muslim Dunia' bersama CNN Indonesia, di Lunch @Newsroom, kantor CNN, Gedung Aldecvo Octagon, Lantai 5, Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta Selatan, Selasa (10/5/2016).

Desainer busana muslim yang tergabung dalma program Indonesia Fashion Forward (IFF), Windri Windiesta Dhari, menambahkan, kendala lain yang dialami Indonesia untuk menjadi kiblat fashion muslim dunia adalah kesulitan bahan baku. Beberapa desainer bahkan masih impor bahan dari luar negeri untuk mendapatkan kualitas terbaik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seolah menjawab keluhan para desainer, Euis Saedah selaku Dirjen IKM Kementerian Perindustrian yang juga hadir dalam bincang-bincang tersebut setuju dengan Musa bahwa pemerintah dan para pelaku mode harus berjalan beriringan untuk membuat strategi bagaimana menyelesaikan kendala-kendala yang ada. Euis mengatakan, untuk mewujudkan impian Indoensia menjadi kiblat fashion muslim dunia di 2020 perlu banyak 'tenaga' dari ragam pihak.

"Tentu tidak mungkin kita berjalan masing-masing, nggak akan bisa di 2020 terwujud kalau begitu. Makanya kita coba yuk bikin route map tarik mundur saja apa yang mau dilakukan. Kesulitannya apa ayo kita tulis, kayak bahan baku masih sulit sehingga para fashion designer masih beli dari luar. Kalau kita berjalan ramai-ramai akan lebih mudah memecahkannya," jelas Euis.

Euis menambahkan, tak hanya kendala saja yang dipecahkan tapi untuk menjadi kiblat fashion muslim tentu perlu adanya 'identitas' busana muslim yang khas dari Indonesia. Menurutnya, Indonesia belum punya ciri khas tertentu yang bisa ditunjukkan kepada turis atau masyarakat manca negara terkait fashion muslim Tanah Air.

"Ada satu hal yang penting sekali, kalau mau jadi kiblat itu, showcase-nya kayak apa? Kalau ada orang luar (turis) datang ke Indonesia mau melihat busana muslim Indonesia, melihatnya ke mana? Paling datang saat fashion show terus kita harus arahkan kemana? Thamrin City? Tanah Abang? Kita harus punya fashion distric, di mana semua karya desainer ada di situ," tambahnya.

(ays/ays)
Tags

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads