Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Pengalaman Indah Nada Puspita Berhijab di Negara yang Tak Ramah Jilbab

wolipop
Rabu, 08 Apr 2015 14:36 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Dok. Moshaict
Jakarta -

Di Indonesia, wanita muslim bebas berjilbab di mana saja baik ketika sekolah maupun bekerja. Tidak pernah ada larangan pemerintah untuk tidak menggunakan jilbab di tempat umum. Sayangnya peraturan tersebut tidak berlaku di seluruh dunia. Beberapa wanita muslim yang tinggal di negara luar masih merasa terintimidasi karena pemerintahnya mengeluarkan larangan memakai jilbab di tempat umum.

Seperti yang pernah dilakukan oleh berbagai negara mulai dari Turki, Tunisia, Prancis, Amerika, Inggris, Belanda, Swedia, termasuk Jerman. Ya, Jerman merupakan salah satu negara yang pemerintahnya pernah membuat larangan untuk wanita berjilbab di area publik. Sejak 2003, Jerman memberikan larangan agar wanita tidak menggunakan hijab di dalam sekolah terutama para guru. Jika melanggar maka akan dibawa ke pengadilan.

Hal itu dialami oleh dua orang guru di Baden-Wurttemberg. Keduanya digugat karena menolak melepaskan jilbabnya saat mengajar di kelas. Sementara yang beragama Kristen diizinkan menggunakan simbol-simbol agama seperti kalung salib dan sebagainya. Ini tentu menjadi tindakan diskriminasi untuk wanita muslim.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kini larangan tersebut sudah ditarik kembali khususnya di beberapa negara tertentu seperti Westphalia. Peraturan yang melarang guru dan siswa menggunakan jilbab di sekolah saat ini dicabut oleh Mahkamah Agung Jerman. Peraturan larangan baru dicabut pada pertengahan Maret 2015.

"Guru muslim sekarang boleh kembali menggunakan jilbab didorong dengan adanya kesetaraan masyarakat," tutur Sekretaris Jenderal Dewan Muslim Jerman Nurhan Soykan dilansir dari Deutsche-Welle.

Tidak hanya kesetaraan tapi perkembangan fashion serta tren busana tertutup atau modest dressing juga mempengaruhinya. Fashion blogger cantik nan populer asal Indonesia, Indah Nada Puspita, mengaku tidak ada masalah selama menempuh pendidikan di Jerman.

Ketika berbincang dengan Wolipop beberapa waktu lalu, wanita yang akrab disapa Nada itu mengaku bahwa perkembangan hijab di Jerman semakin maju. Menurut wanita yang sudah tinggal di Jerman selama kurang lebih dua tahun itu, masyarakatnya kini tidak lagi memandang wanita berhijab dengan sebelah mata.

Ia bercerita bahwa dulu teman-temannya mengatakan kalau hijab adalah hal yang menakutkan namun saat ini sudah tidak demikian. Wanita yang masih menempuh pendidikan di Universitas Hannover Jerman ini mengatakan kalau masyarakat di negara tersebut juga berpikiran terbuka dan saling menghargai satu sama lain.

"Kita bukan something yang strange lagi, bukan sesuatu yang ditakuti kayak dulu. Orangnya beragam ada Turki, India, kulit hitam, Asia, mereka saling menghargai keragaman, yang kita sebut hijab juga modelnya bermacam-macam. Kita saling menghargai pilihan dan keputusan satu sama lain untuk menentukan model hijab karena kita terbiasa dengan keragaman tersebut," ungkap Nada kepada Wolipop saat ditemui di kantor Moshaict, Depok, Jawa Barat.

Ketika masuk kuliah, Nada juga tidak merasa berbeda dari lainnya walaupun ia merupakan satu-satunya mahasiswa yang berhijab di dalam kelas. Teman-teman kampusnya tidak ada yang mempermasalahkan penggunaan hijabnya. Mereka menganggap Nada sama seperti mahasiswi lain.

Nada menambahkan, di kota tempat ia tinggal di Jerman, para hijabersnya selalu memperhatikan padu padan busana sehingga terlihat stylish. Meskipun tidak ada komunitas hijab tapi mereka tetap akrab satu sama lain karena merasa memiliki identitas yang sama.

"Kadang kalau di jalan ketemu sama yang berhijab juga kita saling sapa walaupun nggak kenal," tambah wanita 22 tahun itu.

(aln/eny)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads