Viral Celana Dalam Dijadikan Kunciran Rambut, Dijual Rp 1,9 Juta

Jepitan bisa buat rambut jadi lebih rapi sekaligus mempercantik penampilan. Belakangan sedang tren pilihannya yang hadir dengan bentuk pita untuk memberikan kesan feminin. Tapi sebuah brand fashion memilih desain yang tidak biasa yang menuai atensi. Daripada hanya pita, jenama itu membuat celana dalam sebagai aksesori di kepala.

Memakai celana dalam di kepala atau sebagai kunciran sering kali jadi candaan. Hal itu mungkin pernah kamu lakukan juga di saat-saat darurat. Tapi pernahkan berpikir untuk benar-benar memakainya di keseharian?

Baca Juga :Vera Wang Ulang Tahun ke 76, 'Party' Pakai Lingerie Jadi Sorotan

Jepitan Rambut Celana Dalam JennyFax Foto: Dok. JennyFax

Brand Jepang JennyFax menarik banyak perhatian karena lini aksesori rambut terbarunya. Salah satunya jepitan celana dalam yang tidak disangka. Merek itu sendiri percaya diri bahwa aksesori tersebut akan segera menjadi sebuah pernyataan mode baru.

JennyFax menampilkan jepitan yang disebut 'panty ribbon bow' tersebut dengan beberapa versi celana dalam. Bukan hanya sebagai detail kecil, aksen pakaian dalam tersebut ditampilkan mirip dengan ukuran cukup besar untuk terlihat jelas. Celana dalamnya juga cukup realistis lengkap dengan aksen renda pita.

Baca Juga :Toni Braxton Pakai Baju Menerawang di Wisuda Anak, Disebut Seperti Striper

Jepitan Rambut Celana Dalam JennyFax Foto: Dok. JennyFax

Jepitan itu sendiri hadir dalam tiga warna-hitam, merah muda, dan biru. Untuk sesuatu yang tidak semua orang berani pakai, hiasan rambut itu dibanderol dengan harga yang cukup tinggi, yaitu 17.600 yen atau sekitar Rp 1,9 jutaan. Tak heran memang mengingat materialnya terbuat dari sutera.

Pemilik brand, Jen-Fang, sendiri memang selalu dikenal karena pilihan desainnya yang di luar nalar. Meski begitu JennyFax bukan brand pertama yang berani melampaui batasan. Foto-foto jepitan kontroversial tersebut itu pun jadi viral di media sosial. Selain terkejut karena desainnya yang 'lucu', produk tersebut juga memicu perdebatan tentang kebebasan kreatif brand-brand fashion.