Di tengah krisis iklim global dan tuntutan akan keberlanjutan dalam berbagai lini kehidupan, pelaku industri mode pun ikut melakukan refleksi dan transformasi. Tanpa terkecuali di Indonesia, tanah yang kaya akan wastra, kerajinan tangan, dan kreativitas lokal.
Dalam rangka Hari Bumi yang jatuh pada 22 April 2025, mari rayakan lima jenama lokal yang tidak sekadar menawarkan pakaian atau aksesori estetis, tapi juga inovasi yang meminimalkan dampak negatif fashion terhadap lingkungan (limbah mode termasuk salah satu penyumbang polusi terbesar di dunia!).
Mereka membuktikan bahwa cinta bumi bisa dimulai dari apa yang kita kenakan.
1. Sejauh Mata Memandang
Berawal dari kecintaannya pada wastra Nusantara, Chitra Subyakto mendirikan Sejauh Mata Memandang (SMM) pada 2014. Dalam perjalanannya, sembari mengangkat siluet busana nasional dalam desain kekinian, SMM berkembang sebagai medium untuk menyuarakan isu lingkungan dengan mengusung circular fashion dan slow fashion.
Menggandeng mitra dan perajin lokal. SMM menggunakan bahan-bahan organik, pewarna alami, serta sistem produksi terbatas untuk mengurangi limbah. Koleksinya tak sekadar pakaian, melainkan narasi ekologis yang terus mengingatkan kita akan pentingnya merawat bumi.
2. Adrie Basuki
Adrie Basuki dikenal lewat pendekatan desain kontemporernya yang puitis, feminin, dan menyatu dengan nilai-nilai keberlanjutan. Pemenang pertama Lomba Perancang Mode (LPM) 2021 aktif mengeksplor material daur ulang serta limbah tekstil dalam menciptakan siluet yang lembut tapi berkarakter.
Selain itu, Adrie yang berbasis di Bogor itu juga menggandeng komunitas perempuan perajin untuk memperkuat nilai sosial dari tiap koleksinya. Karya-karyanya menjadi ruang dialog antara keberlanjutan, keindahan, dan pemberdayaan.
3. Pijak Bumi
Pijak Bumi adalah jawaban bagi pencinta fashion yang ingin tetap bergaya tanpa meninggalkan jejak karbon besar. Brand sepatu asal Bandung ini menggunakan material alami seperti serat eceng gondok. Di bawah kepemimpinan Rowland Asfales, Pijakbumi juga mengembangkan transparansi rantai pasok serta program daur ulang produk. Desainnya minimalis dan modern, cocok untuk kaum urban yang sadar lingkungan.
4. Aruna Creative
Aruna Creative membawa napas baru bagi tenun tradisional lewat pendekatan upcycling dan regenerasi perajin. Di bawah arahan Yuliana Fitri, jenama ini tak hanya fokus pada estetika, tetapi juga ekosistem kreatif berkelanjutan.
Salah satu koleksinya hadir dalam material Lyocell denim and plain Natural Fiber yang diklaim ramah lingkungan, dan dipadukan dengan motif tradisional. Ia juga memanfaatkan sisa tenun dari berbagai daerah untuk menciptakan busana bernapas urban.
5. KaIND
Bermula dari sebuah blusukan dadakan di kampung halamannya, Melie Indarto termotivasi untuk membantu perajin batik dan tenun. Pada 2015, lahirlah KaIND, sebuah inisiasi yang tak cuma melestarikan keindahan wastra Jawa, tapi juga membentuk komunitas pembudidayaan sutra eri yang beretika.
Melie Indarto, sang pendiri, memberdayakan petani di kampung halamannya, Pasuruan, Jawa Timur, untuk menciptakan benang sutra eri sendiri. Proses produksinya mengutamakan pewarna alami, penghematan air, serta fair labor practice (peace silk).
Simak Video "Video: Brand Fashion Lokal Ini Tanam Kapas Sendiri untuk Produksi Pakaian"
(dtg/dtg)