Baru sehari setelah menyajikan koleksi 'Sasi' di Plaza Indonesia Fashion Week (PIFW) 2024, Chitra Subyakto dengan jenamanya, Sejauh Mata Memandang (SMM), kembali ke panggung yang sama. Namun, persembahannya kali ini sangat istimewa karena melibatkan seniornya, perancang ternama Adrian Gan.
Bertajuk 'Antaratantrya', karya mereka yang menjadi pamungkas PIFW 2024 baru-baru ini menandai sebuah kolaborasi spesial dalam sejarah industri mode Tanah Air.
Baru kali ini sejak merintis karier sebagai desainer 10 tahun lalu, Chitra menciptakan busana dengan perancang lain. Begitu pula dengan Adrian Gan yang sudah lebih dulu berkarya pada era 1990-an.
Sinergi kedua nama besar ini mendekati euforia saat dua rumah mode besar dunia, Fendi dan Versace, bersatu untuk melahirkan koleksi 'Fendace' pada 2021, tapi dalam versi kearifan lokal.
"Sebenarnya, pembicaraan untuk berkolaborasi sudah terjadi dari dua tahun lalu. Namun, (rencananya) selalu mundur," ungkap Chitra saat ditemui Wolipop sehari jelang peragaan.
Kemahiran Adria Gan dalam merancang dan menuangkan idenya ke dalam busana lewat garis desainnya yang dramatis, dengan sentuhan oriental, memikat Chitra.
Ia semakin kagum setelah mengetahui minat pria asal Sukabumi, Jawa Barat, itu untuk lebih bertanggung jawab dalam berkarya demi meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Benang merah pun terjalin.
"Kami sama-sama senang dengan tekstur kain yang lebih responsible. Kami juga selalu menghindari polyester," ujar Chitra yang mengusung konsep slow fashion.
Adrian sendiri merasa terilhami dengan konsistensi Chitra dan SMM dalam mengedepankan isu lingkungan, budaya, dan sosial di setiap koleksinya.
"Saya terinspirasi dari visi Sejauh Mata Memandang sebagai jenama tekstil yang mengutamakan kepedulian terhadap bumi dan segala aspek di dalamnya dengan mengikuti prinsip sirkularitas," katanya dalam keterangan tertulis.
'Antaratantrya' berasal dari dua kata dalam bahasa Sanskerta yang digabung, yakni 'Anantara' yang dimaknan sebagai sesuatu yang 'tak terbatas atau tanpa batas atau tanpa jarak', dan 'Svatantrya' yang berarti 'kebebasan'.
Dalam kolaborasi ini, Adrian Gan menggarap kain SMM yang ramah lingkungan karena mudah terurai kembali dengan alam seperti katun slub, kain tenun jacquard berbahan 100 persen benang daur ulang.
Kain-kain tersebut kemudian diolah dan dipadukan dengan kain-kain yang tidak berbahan dasar serat alam untuk membuat tampilan yang lebih modern.
Kain sisa produksi juga diolah, begitu pula kain denim yang perdana muncul di koleksi 'Tarum' untuk Jakarta Fashion Week 2024 tahun lalu.
Kala itu, inovasi SMM dan mitra perajin Keluarga Sejauh menghasilkan tenun denim benang pintal tangan (denim handspun yarns), tenun denim indigo, tenun denim secang, tenun denim daur ulang dengan komposisi campuran 50 persen benang daur ulang dan 50 persen raw cotton.
Di tangan Adrian, bahan-bahan tersebut disulap menjadi koleksi yang lebih premium berkat pengalamannya sebagai perancang adibusana. Sebanyak 27 set busana untuk pria dan wanita tersaji.
Perpaduan siluet yang dramatis dalam oversized look, untuk atasan dan bawahan, memberi makna baru, baik untuk busana denim, atau busana yang berspirit 'sustainable'.
Identitas SMM seperti motif ayam tetap menjadi primadona. Koleksi ini juga disertai siluet wajib SMM yang selalu terinspirasi oleh kebaya, tapi dengan teknik bordir yang lebih mendetail seperti laser-cut.
Para model berlenggang dengan aksesori bernuansa edgy dari Mahija. Adapun sneakers yang menemani dipersembahkan oleh Pijakbumi, label alas kaki asal Bandung yang fokus menggarap sepatu dari bahan-bahan alami.
Kolaborasi semacam Adrian Gan dan Sejauh Mata Memandang memang mengukir sejarah tersendiri. Namun, karya mereka sekaligus memberi harapan baru bagi masa depan industri mode yang lebih bersahabat dengan alam.
Simak Video "Video: Brand Lokal Ini Pakai Secang dan Kemiri di Koleksi Terbarunya"
(dtg/dtg)