Hari Batik Nasional
Denny Wirawan Modifikasi Batik Kudus Agar Bisa Populer di Dunia
Arina Yulistara - wolipop
Jumat, 02 Okt 2015 19:15 WIB
Jakarta
-
Selamat Hari Batik Nasional! Dalam rangka memperingati Hari Batik yang jatuh hari ini, Jumat (2/10/2015), beberapa desainer meluncurkan koleksi terbaru. Salah satunya Denny Wirawan yang merilis koleksi lanjutan dari rancangan di show tunggalnya bertema 'Pasar Malam'. Dalam karya terbarunya, pria asal Surabaya itu masih tetap menggunakan batik Kudus.
Denny menyulap batik kudus Klasik agar terlihat lebih modern. Ia menggabungkan motif aslinya dan print yang terinspirasi dari corak batik Kudus. Pria berdarah Jawa-Bali ini berharap dengan modifikasi yang ia lakukan bisa membuat batik Kudus semakin populer tak hanya Indonesia tapi juga dunia.
"Tujuan saya sebenarnya, batik ini kan susah diadakan kembali, dari pengrajin juga sudah mau punah sekarang. Makanya ini harus diperkenalkan, dipromosikan biar nggak hanya orang Kudus saja yang tahu kalau perlu seluruh Indonesia sampai dunia kenal batik Kudus," tutur Denny saat berbincang dengan Wolipop di Alun-alun Plaza Indonesia, Rabu (30/9/2015).
Baca juga: 50 Inspirasi Batik Modern
Denny menambahkan, tidak mudah untuk bisa memopulerkan batik Kudus. Oleh sebab itu, ia mengombinasikannya dengan motif print yang terinspirasi dari corak asli agar terlihat lebih urban dan menarik perhatian anak muda. Salah satu corak print yang dikembangkan adalah bunga anggrek dan beras tumpah.
Tidak menirunya dari motif batik Kudus asli tapi hanya mengambil coraknya saja. Denny memberikan contoh, misalnya motif bunga seruni yang menjadi ciri khas di salah satu batik Kudus klasik. Bila bunga seruni di atas kain tersebut digambar dengan tangan menggunakan canting, Denny mencari gambar asli foto bunga seruni.
Setelah mendapatkan gambar bunga seruni yang sesuai dengan keinginannya lalu dicetak baru kemudian diproses untuk menjadi corak print. Bahan bercorak tersebut baru dikombinasikan dengan batik asli Kudus untuk tetap mempertahankan unsur kunonya.
Denny mengaku selama ini ia tidak pernah menciptakan motif batik baru yang belum pernah ada sebelumnya. Ia hanya membuat tampilan batik agar lebih modern dengan memodifikasinya melalui material print dan coraknya juga terinspirasi dari batik tradisional.
"Kalau yang benar-benar modern banget sampai saya nggak tahu ini batik atau bukan walaupun tekniknya batik dicanting tapi motifnya baru sekali itu saya nggak tertarik membuatnya karena buat saya pada saat kita merancang busana dengan motif batik, tujuannya supaya orang tahu 'oh ini batik Indonesia' saat dipakai ke luar negeri," jelas pria lulusan Susan Budiarjo itu.
Ketika merilis motif print yang terinspirasi dari corak batik Kudus asli, Denny pun menuai kritik dari pihak luar. Meski demikian, ia tidak tidak terlalu memusingkan hal tersebut terutama bila kritikan itu hanya berbentuk cibiran.
Berbeda bila kritikan yang dilayangkan kepadanya berasal dari pakar maka ia akan sangat berterima kasih. Kritikan yang bagus akan diterima dengan senang hati karena bisa membantu membuat karyanya lebih baik lagi.
"Silakan kalau orang mau memberi masukan selama kritik itu membangun dengan senang hati saya terima, kalau ada yang lebih mengerti dan tahu saya justru berterima kasih selama masukannya benar. Tapi kalau kritiknya nggak benar itu buat saya hanya lucu-lucuan saja, nggak perlu ditanggapi terlalu serius kalau dia salah kritiknya, kalau benar justru itu menjadi koreksikan, bukan buat diri saya saja tapi juga tim," tambah Denny.
Di akhir perbincangan, Denny juga menuturkan kini batik sudah semakin modern dan banyak dimodifikasi. Hal tersebut membuat batik tidak lagi hanya bisa dipakai ke acara formal tapi juga untuk sehari-hari.
(aln/aln)
Denny menyulap batik kudus Klasik agar terlihat lebih modern. Ia menggabungkan motif aslinya dan print yang terinspirasi dari corak batik Kudus. Pria berdarah Jawa-Bali ini berharap dengan modifikasi yang ia lakukan bisa membuat batik Kudus semakin populer tak hanya Indonesia tapi juga dunia.
"Tujuan saya sebenarnya, batik ini kan susah diadakan kembali, dari pengrajin juga sudah mau punah sekarang. Makanya ini harus diperkenalkan, dipromosikan biar nggak hanya orang Kudus saja yang tahu kalau perlu seluruh Indonesia sampai dunia kenal batik Kudus," tutur Denny saat berbincang dengan Wolipop di Alun-alun Plaza Indonesia, Rabu (30/9/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Denny menambahkan, tidak mudah untuk bisa memopulerkan batik Kudus. Oleh sebab itu, ia mengombinasikannya dengan motif print yang terinspirasi dari corak asli agar terlihat lebih urban dan menarik perhatian anak muda. Salah satu corak print yang dikembangkan adalah bunga anggrek dan beras tumpah.
Tidak menirunya dari motif batik Kudus asli tapi hanya mengambil coraknya saja. Denny memberikan contoh, misalnya motif bunga seruni yang menjadi ciri khas di salah satu batik Kudus klasik. Bila bunga seruni di atas kain tersebut digambar dengan tangan menggunakan canting, Denny mencari gambar asli foto bunga seruni.
Setelah mendapatkan gambar bunga seruni yang sesuai dengan keinginannya lalu dicetak baru kemudian diproses untuk menjadi corak print. Bahan bercorak tersebut baru dikombinasikan dengan batik asli Kudus untuk tetap mempertahankan unsur kunonya.
Denny mengaku selama ini ia tidak pernah menciptakan motif batik baru yang belum pernah ada sebelumnya. Ia hanya membuat tampilan batik agar lebih modern dengan memodifikasinya melalui material print dan coraknya juga terinspirasi dari batik tradisional.
"Kalau yang benar-benar modern banget sampai saya nggak tahu ini batik atau bukan walaupun tekniknya batik dicanting tapi motifnya baru sekali itu saya nggak tertarik membuatnya karena buat saya pada saat kita merancang busana dengan motif batik, tujuannya supaya orang tahu 'oh ini batik Indonesia' saat dipakai ke luar negeri," jelas pria lulusan Susan Budiarjo itu.
Ketika merilis motif print yang terinspirasi dari corak batik Kudus asli, Denny pun menuai kritik dari pihak luar. Meski demikian, ia tidak tidak terlalu memusingkan hal tersebut terutama bila kritikan itu hanya berbentuk cibiran.
Berbeda bila kritikan yang dilayangkan kepadanya berasal dari pakar maka ia akan sangat berterima kasih. Kritikan yang bagus akan diterima dengan senang hati karena bisa membantu membuat karyanya lebih baik lagi.
"Silakan kalau orang mau memberi masukan selama kritik itu membangun dengan senang hati saya terima, kalau ada yang lebih mengerti dan tahu saya justru berterima kasih selama masukannya benar. Tapi kalau kritiknya nggak benar itu buat saya hanya lucu-lucuan saja, nggak perlu ditanggapi terlalu serius kalau dia salah kritiknya, kalau benar justru itu menjadi koreksikan, bukan buat diri saya saja tapi juga tim," tambah Denny.
Di akhir perbincangan, Denny juga menuturkan kini batik sudah semakin modern dan banyak dimodifikasi. Hal tersebut membuat batik tidak lagi hanya bisa dipakai ke acara formal tapi juga untuk sehari-hari.
(aln/aln)
Home & Living
Ravelle Airy Premium Air Purifier HEPA13 + Aromatherapy: Udara Bersih, Mood Tenang, Hidup Lebih Nyaman
Health & Beauty
Wajib Punya! Rekomendasi 3 Sheet Mask Andalan Kulit Lebih Tenang, Lembap, dan Bebas Stress
Fashion
3 Rekomendasi Dompet Kartu Stylish & Fungsional yang Wajib Kamu Punya!
Fashion
3 Padel Bag Stylish & Fungsional yang Bikin Kamu Makin Siap Turun ke Lapangan!
Artikel Terkait
ARTIKEL LAINNYA
Sentuhan Modern dan Mewah Grano Leather di Koleksi Musim Dingin Pedro
Kain Antik 100 Tahun Jadi Primadona di Koleksi 4 Dekade Adrian Gan Berkarya
Belum Setahun, Desainer Baru Versace Keluar Setelah Prada Resmi Akuisisi
Pantone Umumkan Tren Warna 2026: Cloud Dancer, Warna Putih Jernih
Prada Resmi Akuisisi Rivalnya, Versace, Senilai Rp22,2 Triliun
Most Popular
1
Potret Pasangan Ikonik Shah Rukh Khan & Kajol Resmikan Patung DLJJ di London
2
Heboh Rumor Pacaran Jungkook BTS dan Winter aespa, Ini Kata Agensinya
3
Penampilan Terbaru Dilraba Dilmurat Jadi Sorotan, Picu Rumor 'Kloning'
4
Potret Kimberly Ryder Perdana Tampil Bak Artis Dracin, Anggun Pakai Hanfu
5
Desainer Ungkap Sebab Pertengkaran Viral Jay-Z dan Adik Beyonce dalam Lift
MOST COMMENTED











































