Intimate Interview
Andreas Odang: Saya Sering Dianggap Tukang Jahit Daripada Desainer
Alissa Safiera - wolipop
Selasa, 28 Jan 2014 16:05 WIB
Jakarta
-
Andreas Odang, desainer kelahiran 1981 itu memiliki ciri rancang koleksi adibusana dan bridal yang sarat detail, feminin dan klasik. Iapun sudah cukup lama menjalani profesi sebagai seorang desainer fashion, yaitu sejak tahun 2000-an. Berawal dari asisten desainer ternama seperti Sebastian Gunawan, bekerja sebagai desainer bridal, hingga akhirnya membuka butik sendiri di tahun 2006.
Delapan tahun berprofesi sebagai desainer, Odang; sapaan akrab desainer berkepala pelontos itu mengaku masih sering dianggap sebagai tukang jahit daripada desainer, oleh para klien.
"Kendala saya sampai sekarang, orang-orang bukan bilang saya desainer, tapi tukang jahit, modiste. Mereka membayar saya sebagai tukang jahit. Kelihatan dari cara mereka ngomong, cara mereka memperlakukan saya itu ya kayak sama tukang jahit," ungkap Odang saat berbincang dengan Wolipop di butiknya yang berlokasi di Tomang, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Tak hanya pandangan klien yang jadi tantangan Odang sebagai desainer. Pria lulusan sekolah mode Instituto Marangoni di Milan itu mengaku bekerja dengan mengikuti mood. Namun bukannya menunggu suasana hati sedang bahagia, Odang mengaku karyanya akan lebih bagus jika ia sedang merasa jatuh, dan bersedih.
"To be honest saya itu drama queen. Ketika saya lagi mellow, broken hearted, sedih banget, itu malah dapat banget soul di tiap koleksinya. Dan percaya nggak percaya, itu juga memengaruhi penjualan. Misalnya baju-baju yang Indonesia Fashion Week, itu semua baju habis. Itu karena tiap baju yang keluar ada soulnya, sedih banget, dan lagu-lagunya juga melankolis, itu saya buat waktu saya baru putus. Tapi ketika lagi ceria, hmmm mending jangan show deh." tambah Odang.
Koleksi lainnya yang mengikuti suasana hati Odang juga tampak di panggung Jakarta Fashion Week koleksi Spring 2014. Jika biasanya karya Odang begitu feminin, klasik dan bergaya couture, di panggung JFW bulan November lalu koleksi terlihat lebih mengarah ke ready to wear dengan potongan tegas dan terstruktur. Menurut Odang, koleksi itu dibuatnya ketika sedang marah dan kesal, sehingga moodnya pun straight dan kaku.
"Jujur saja saya pecinta Kerispatih dan Sammy Simorangkir. Saya bahkan punya tiga keping CD-nya. Satu untuk di tiap mobil, satu untuk di kamar. Satu CD itu sudah membantu saya menghasilkan dua koleksi," tutup pria yang terinspirasi dari rancangan Giambattista Valli itu.
(asf/fer)
Delapan tahun berprofesi sebagai desainer, Odang; sapaan akrab desainer berkepala pelontos itu mengaku masih sering dianggap sebagai tukang jahit daripada desainer, oleh para klien.
"Kendala saya sampai sekarang, orang-orang bukan bilang saya desainer, tapi tukang jahit, modiste. Mereka membayar saya sebagai tukang jahit. Kelihatan dari cara mereka ngomong, cara mereka memperlakukan saya itu ya kayak sama tukang jahit," ungkap Odang saat berbincang dengan Wolipop di butiknya yang berlokasi di Tomang, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Tak hanya pandangan klien yang jadi tantangan Odang sebagai desainer. Pria lulusan sekolah mode Instituto Marangoni di Milan itu mengaku bekerja dengan mengikuti mood. Namun bukannya menunggu suasana hati sedang bahagia, Odang mengaku karyanya akan lebih bagus jika ia sedang merasa jatuh, dan bersedih.
"To be honest saya itu drama queen. Ketika saya lagi mellow, broken hearted, sedih banget, itu malah dapat banget soul di tiap koleksinya. Dan percaya nggak percaya, itu juga memengaruhi penjualan. Misalnya baju-baju yang Indonesia Fashion Week, itu semua baju habis. Itu karena tiap baju yang keluar ada soulnya, sedih banget, dan lagu-lagunya juga melankolis, itu saya buat waktu saya baru putus. Tapi ketika lagi ceria, hmmm mending jangan show deh." tambah Odang.
Koleksi lainnya yang mengikuti suasana hati Odang juga tampak di panggung Jakarta Fashion Week koleksi Spring 2014. Jika biasanya karya Odang begitu feminin, klasik dan bergaya couture, di panggung JFW bulan November lalu koleksi terlihat lebih mengarah ke ready to wear dengan potongan tegas dan terstruktur. Menurut Odang, koleksi itu dibuatnya ketika sedang marah dan kesal, sehingga moodnya pun straight dan kaku.
"Jujur saja saya pecinta Kerispatih dan Sammy Simorangkir. Saya bahkan punya tiga keping CD-nya. Satu untuk di tiap mobil, satu untuk di kamar. Satu CD itu sudah membantu saya menghasilkan dua koleksi," tutup pria yang terinspirasi dari rancangan Giambattista Valli itu.
(asf/fer)
Health & Beauty
Gajian Cair? Saatnya Beli Skincare, Mediheal Skincare Pad Ini Layak Kamu Lirik!
Hobbies & Activities
Benston vs Rixton : Keyboard Foldable 88 Key, Mana yang Lebih Worth It untuk Pemula?
Health & Beauty
Rahasia Untuk Kulit Cerah & Kenyal dengan Dr Schatz Phyto Cell Mask
Home & Living
Rumah Lebih Rapi Tanpa Ribet? Rekomendasi 3 Storage Box Andalan yang Wajib Kamu Punya!
Artikel Terkait
ARTIKEL LAINNYA
Harga Diprediksi Naik, Ini Alasan Investasi Hermes Lebih Untung Dibanding Emas
Rayakan Emily in Paris Musim 5, Fendi Rilis Tas Baguette dan Peekaboo Edisi Spesial
Eksplorasi Organza Transparan Dalam Balutan Busana Tropis di Runway BFT 2025
Tak Hanya Narapidana, Karya Anak Down Syndrome Warnai Hari Terakhir BFT 2025
Busana Pengantin Menerawang Curi Atensi di Bali Fashion Trend 2025
Most Popular
1
Tylor Chase Ungkap Kisah Hidupnya dari Bintang Nickelodeon Kini Bak Gelandangan
2
Venus Williams Resmi Menikah, Serena Williams Kasih Hadiah Yacht
3
Ramalan Zodiak 24 Desember: Taurus Perbaiki Hubungan, Gemini Berikan Dukungan
4
Foto: Dekorasi Pohon Natal Seleb Dunia, Punya Michael Buble Matching Sama Baju
5
Foto Natal Keluarga Meghan-Harry Jadi Perbincangan, Detail Ini Dinilai Aneh
MOST COMMENTED











































