Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Sisi Gelap Bekerja untuk Miliarder 'Menolak Tua', Melihat Bos Tanpa Busana

Kiki Oktaviani - wolipop
Rabu, 26 Mar 2025 19:30 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Bryan Johnson
Bryan Johnson Foto: dok. Instagram
Jakarta -

Bryan Johnson, miliarder teknologi yang terkenal dengan obsesinya melawan penuaan, kini menghadapi kontroversi baru. Beberapa mantan karyawannya mengajukan keluhan ke Dewan Hubungan Perburuhan Nasional terkait kontrak kerahasiaan yang mereka anggap berlebihan dan membatasi kebebasan mereka. Kontrak tersebut mencakup ketentuan yang mengejutkan.

Seperti dikutip The New York Times, karyawan harus menyetujui bahwa Johnson hanya memakai sedikit dan terkadang tidak mengenakan pakaian/tidak mengenakan pakaian dalam, dan mendiskusikan aktivitas seksual, termasuk ereksi di tempat kerja.

Johnson, yang mengoperasikan perusahaannya Blueprint dari rumah pribadinya di Los Angeles, diduga menerapkan aturan kerja yang tidak biasa. Menurut laporan The Times, para karyawan dipaksa menandatangani perjanjian opt-in yang menyatakan bahwa mereka tidak akan merasa terhina, terganggu, atau tersinggung oleh perilaku Johnson, termasuk kebiasaannya berpakaian minim di kantor dan diskusi terbuka mengenai topik seksual yang di mana itu bagian dari brainstorming soal kesehatannya demi melawan penuaan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa mantan staf mengajukan keluhan kepada National Labor Relations Board (NLRB) atau Dewan Hubungan Perburuhan Nasional, menuduh bahwa perjanjian yang mereka tanda tangani melanggar hukum ketenagakerjaan federal karena menghalangi mereka berbicara tentang kondisi kerja. Di antara mereka yang mengajukan keluhan adalah mantan tunangan Johnson, yang sebelumnya bekerja di Blueprint.

Bryan JohnsonBryan Johnson Foto: dok. Instagram

Selain masalah ketenagakerjaan, beberapa karyawan juga menyuarakan kekhawatiran tentang suplemen kesehatan yang dipasarkan Blueprint. Sebuah studi yang melibatkan 1.700 peserta menemukan bahwa beberapa orang mengalami efek samping yang mengkhawatirkan, termasuk penurunan kadar testosteron dan gejala pradiabetes.

ADVERTISEMENT

"Banyak peserta yang melaporkan efek samping serius, mulai dari muntah, nyeri perut, hingga kelelahan ekstrem," ujar seorang mantan pegawai dalam memo internal yang bocor.

Namun, karena kontrak kerahasiaan yang ketat, para staf mengaku tidak dapat membicarakan temuan ini secara terbuka. Dokter pribadi Johnson, Oliver Zolman, juga dilaporkan meninggalkan Blueprint setelah menyuarakan kekhawatiran tentang keamanan produk perusahaan.

The Times melaporkan bahwa Zolman menolak menandatangani perjanjian tambahan yang diminta Johnson setelah keluar dari perusahaan, meskipun ditawari pesangon satu bulan gaji.

Di tengah badai kritik ini, Johnson dengan tegas membantah tuduhan tersebut. Dalam serangkaian unggahan di media sosial, ia menyatakan bahwa The New York Times "memutarbalikkan fakta untuk menciptakan narasi yang sudah ditentukan sebelumnya."

"Kontrak opt-in adalah praktik yang adil dan baik untuk semua orang," tulis Johnson dalam salah satu unggahannya.

Namun, publik tampaknya semakin skeptis terhadap pria yang dikenal karena eksperimen anti-penuaannya, termasuk transfusi darah dari putranya yang berusia 19 tahun. Sementara Johnson mengklaim bahwa semua prosedurnya berbasis sains, para mantan karyawan dan kritikus industri menilai bahwa usahanya bukan hanya ekstrem, tetapi juga berpotensi berbahaya.

(kik/kik)
Tags

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads