Karena Amber Heard, Banyak Wanita Ikut Jadi Korban Pelecehan di Internet
Selasa, 19 Jul 2022 13:46 WIB
Kasus pencemaran nama baik yang dilayangkan Johnny Depp kepada Amber Heard ternyata tak hanya merugikan keduanya. Persidangan yang bersumber dari permasalahan rumah tangga itu juga menyeret para pendukung Amber. Menurut riset, sejumlah wanita yang menyuarakan kampanye anti kekerasan ikut mendapat pelecehan di internet.
Sebuah riset baru-baru ini dilakukan Bot Sentinel terkait kasus yang pernah menghebohkan industri hiburan tersebut. Dikatakan jika akun pembela Johnny Depp berperan dalam salah satu kampanye kebencian online terparah yang pernah dianalisa. Tak hanya menyerang Amber dikatakan mereka juga melakukan pelecehan, cyberstalking (menguntit lewat internet), dan doxxing (menyebarkan informasi pribadi di internet) pada sejumlah wanita hanya karena membela sang aktris.
Grup riset yang pernah disewa tim Amber Heard pada 2020 itu mengungkap ada 672 akun Twitter yang khusus menyerang pemain 'Aquaman' tersebut. Mereka juga ikut menyebarkan tanda pagar #AmberHeardIsAnAbuser dan #AmberHeardIsALiar yang dicuitkan oleh 3 ribuan akun.
![]() |
"Pelecehan yang diidentifikasi berasal dari pendukung Johnny Depp membuat para wanita menjadi sasaran pelecehan verbal dan pelecehan yang sengaja ditargetkan," kata pihak Bot Sentinel.
Selama persidangan melawan mantan suaminya, Amber memang sering menjadi sorotan karena testimoninya. Ketika itu, banyak orang menyebutkan pembohong dan manipulatif. Tapi tak cukup dengan Amber, netizen juga melecehkan akun-akun Twitter yang mendukungnya. Hal itu terus terjadi selama kasus berlangsung.
Salah satu kasus terparahnya adalah saat seorang anti-Amber Heard menyerang pendukung sang aktris yang merupakan seorang akademisi terkenal di internet. Fans Johnny Depp bahkan membuat akun Twitter palsu dengan foto dari anaknya yang sudah meninggal. Wanita itu mengaku jika keluarganya ikut menjadi korban 'doxxing'.
Selain terkait kasus Amber Heard melawan Johnny Depp, Bot Sentinel mengungkap banyak akun yang melanggar aturan termasuk dengan memberi ancaman kekerasan terhadap wanita. "Twitter pada dasarnya membiarkan para wanita berjuang sendiri dengan sedikit bahkan tidak memberi mereka dukungan," ungkap Bot Sentinel dilansir Variety.
(ami/ami)