Cerita Sophie Turner, Bintang 'Game of Thrones' yang Pernah Ingin Bunuh Diri

Jakarta - Serial 'Game of Thrones' mengantarkan Sophie Turner ke puncak popularitas. Tapi hidupnya juga dibayangi depresi hingga sempat membuatnya ingin bunuh diri.

Aktris yang debut di usia 15 tahun berakting sebagai Sansa Stark ini mengaku mengalami depresi empat tahun setelah ia mulai syuting serial 'Game of Thrones'. Salah satu penyebab kesehatan mentalnya terganggu karena banyaknya komentar negatif tentang dirinya di media sosial.

"Aneh. Saat remaja aku tidak terlalu depresi, tapi aku sering berpikir untuk bunuh diri. Tidak tahu kenapa," kata Sophie dalam wawancara bersama Dr. Phil McGraw, seperti dikutip dari US Magazine.

Baca juga: Sophie Turner Akui Jatuh Cinta pada Pemeran Cyclops di 'Dark Phoenix'

Foto: Pascal Le Segretain/Getty Images

Kekasih Joe Jonas ini menceritakan, terkadang ia mempercayai apa saja yang ditulis para haters tentang dirinya itu benar. Hal itu pun membuat depresinya semakin parah. Sebagian besar netizen sering membicarakan tentang berat badannya, bahwa ia harus menurunkan bobotnya saat memerankan Sansa Stark, bahkan ada pula yang berkomentar tentang kulitnya.

"Aku sering mendapatkan komentar tentang kulit dan berat badan dan betapa aku bukan aktris yang bagus. Aku akan percaya itu semua dan bilang, 'Iya, kulitku memang banyak noda. Aku gemuk. Aku aktris yang buruk," kata wanita asal Inggris ini.

Komentar-komentar jahat tersebut acap kali membuat suasana hati Sophie Turner suram. Dia jadi pribadi yang tertutup dan tidak suka bersosialisasi dengan rekan-rekannya sesama bintang 'Game of Thrones' di luar jadwal syuting. Bahkan sekadar kumpul bareng sahabatnya pun ia enggan.

Foto: Dok. HBO

Baca juga: Joe Jonas Umumkan Nikahi Sophie Turner di Tahun Ini

"Aku menangis terus bahkan saat ganti kostum dan berkata, 'Aku tidak bisa melakukan ini. Aku tidak bisa pergi keluar. Aku tidak ingin melakukan apa-apa," ungkapnya.

Sophie juga sempat merasa ia tak pantas mendapatkan kesuksesan di serial besutan HBO tersebut. Pemikiran itu selalu terlintas di kepalanya, sampai ia memutuskan untuk ke psikiater.

"Sekarang aku merasa jauh lebih baik. Aku sudah ke terapis. Aku kini menjalani meditasi dan mencintai diriku sekarang, atau lebih dari yang biasanya, sepertinya," pungkas dia.

(hst/hst)