Cerita Desainer di Balik Kostum yang Menang di Miss Supranational 2014

Jakarta -

Indonesia kembali memenangkan kostum nasional terbaik di kontes kecantikan dunia. Bila November lalu meraih 'Best National Costume' di Miss International 2014 yang diselenggarakan di Tokyo, Jepang, bulan ini Indonesia berhasil menyabet gelar serupa di ajang Miss Supranational di Polandia.

Runner up 2 Puteri Indonesia, Estelita Liana, berhasil mengukir prestasi berkat busana yang terinspirasi dari Borneo, Kalimantan, itu. Wanita dengan sapaan akrab Lily ini mengaku bangga karena bisa memenangkan 'Best National Costume' di ajang tahunan yang diikuti 72 negara dari seluruh dunia itu.

Busana yang dihiasi bulu burung Enggang tersebut mampu membuat para juri serta penonton terpesona dengan detail dan potongannya. Tambahan tameng serta mandau atau pisau yang biasa dipakai oleh masyarakat Dayak membuat penampilan Lily semakin memukau. Wanita 21 tahun ini juga bercerita kalau kostum nasional seberat 17 kilogram itu dibanjiri banyak pujian dari teman-temannya.

Kostum megah tersebut dirancang oleh Dynand Fariz dan tim kreatif dari Jember Fashion Carnaval (JFC). Sebagai ketua JFC, Dynand pun berbagi cerita dengan Wolipop mengenai proses pembuatan kostum yang memakan waktu selama tiga bulan.

Pria 51 tahun itu mengatakan bahwa kostum yang menjadi juara di ajang Miss Supranational 2014 terinspirasi dari Kalimantan. Menurutnya, Kalimantan memiliki warisan budaya yang bisa menarik perhatian masyarakat internasional. Budaya Kalimantan juga sudah memiliki unsur yang kuat, hanya tinggal bagaimana mengolahnya menjadi suatu kreativitas yang bisa diapresiasikan.

"Kita kali ini terinspirasi dari Borneo, Kalimantan, yang menarik untuk diangkat ke event internasional. Secara tematik ini memang sudah mempunyai konsep yang kuat, tinggal gimana JFC mempresentasikannya dengan lebih detail dan kreatif," tutur Dynand saat berbincang dengan Wolipop di Graha Mustika Ratu, Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (11/12/2014).

Seperti kostum-kostum yang pernah dibuat sebelumnya, Dynand menuturkan kalau ciri khas dari rancangannya sangat detail. Setiap kostum yang disiapkan juga memiliki ornamen unik yang ditonjolkan. Meskipun demikian, material yang digunakan ringan dan tidak merusak ekosistem alam.

Seperti pada kostum bertajuk 'Warrior Princess of Borneo' itu memang dibuat dari bulu burung Enggang tapi bukan berarti mencabut paksa dari tubuh hewan tersebut. Dynand hanya menggunakan bulu yang sudah rontok karena proses pergantian alami.

Di akhir perbincangan, pria yang mengajar di sekolah mode ESMOD Jakarta itu mengatakan kalau kostum tersebut dibuat bukan sekadar ingin memamerkan keindahan alam dan budaya Indonesia tapi juga memiliki arti seperti tema yang diangkat 'Warrior Princess of Borneo'.

Arti tema itu sendiri adalah di balik sifat wanita yang feminin ada sifat pejuang tangguh yang membuatnya mampu bertahan dalam kondisi terburuk sekalipun. Hal tersebut digambarkan dalam bentuk tameng serta mandau khas Kalimantan.

"Kita ingin menunjukkan bahwa di sisi wanita ada kegagahan, ada sifat-sifat pejuang, jadi nggak hanya sisi feminin saja, tapi wanita juga bisa gagah, kuat, kokoh, tapi tetap luar biasa," ujar pria asal Surabaya itu sebelum menutup perbincangan.

(ays/asf)