ADVERTISEMENT

Kisah Jemima Tanjung, Ibu Inspiratif yang Didik Anak Jalanan dan Tak Mampu

Gresnia Arela Febriani - wolipop Minggu, 22 Des 2019 14:15 WIB
Foto: dok. Pribadi (Jemima Tanjung)
Jakarta - Tidak semua anak mudah mendapatkan akses pendidikan, terutama mereka yang kurang mampu atau berada di daerah terpencil. Padahal sebagai generasi penerus bangsa, pendidikan adalah hal paling utama yang seharusnya diemban anak-anak sejak dini, tak peduli seperti apa latar belakang mereka.

Bahwa semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak menjadi pendorong Jemima Tanjung Niasari untuk membuka jalan bagi mereka yang tidak mampu untuk bersekolah. Jemima Tanjung yang dijuluki sebagai ibu anak-anak jalanan mendirikan sekolah Kelompok Bermain, TK, SD dan SMP untuk anak berkebutuhan khusus dan tidak mampu di Kendari, Sulawesi Tenggara.



Wanita kelahiran Malang, Jawa Timur ini mengatakan keinginannya mendirikan sekolah anak berkebutuhan khusus berasal dari kepedulian dan tekad kuat dari dalam diri sendiri. Hal itu sudah terpatri sejak ia kecil.

Kisah Jemima Tanjung, Ibu Inspiratif yang Didik Anak Jalanan dan Tak MampuFoto: dok. Pribadi (Jemima Tanjung)


"Passion saya terkuat memang untuk membantu anak-anak tidak mampu atau outreach. Sejak kecil seperti ada naluri kesana," ujar Jemima Tanjung saat dihubungi Wolipop, Sabtu (21/12/2019).

Dedikasinya mengajak anak tidak mampu dan berkebutuhan khusus sudah dijalaninya sejak duduk di bangku kuliah. Kala itu Jemima mengajar di Kali Code, Yogyakarta. Lulusan S1 Fakultas Psikologi Sanatadharma ini memberikan bimbingan belajar untuk anak jalanan di sekitar daerah tersebut.

"Di Makassar juga. Di Kendari tidak banyak seperti kota besar. Jadi saya keliling pulau-pulau untuk memberikan motivasi anak pulau," tuturnya.

Jemima Tanjung mendirikan sekolah inklusi sejak 2010 di Kendari. Sekolah inklusi ini memberikan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), Attention Deficit Hyperactivity (ADD), anak yang kurang diperhatikan, anak jalanan dan anak kurang mampu.

"Saya mendirikan sekolah ini sejak 2010 yang sebelumnya tidak ada di Kendari. Jadi dengan inisiatif sendiri saya membuka sekolah ini, sebab tiap anak perlu mendapat kesempatan yang sama dalam hal belajar," ucap ibu dari dua anak kembar ini.

Jemima menuturkan murid yang ada di sekolahnya 10 persen merupakan anak berkebutuhan khusus. Sisanya lagi seperti anak pada umumnya.

"Murid sekolah formal ada 200 anak. Untuk kelas belajar non formal hampir 200 anak. Lebih hampir 250 anak di Kendari dan pulau Muna dan Sapondah, lalu ada beberapa pulau kecil lainnya," jelasnya.

Wanita yang sehari-harinya mengajar sebagai dosen psikologi Universitas Sulawesi Tenggara ini juga menjelaskan kurikulum yang ada di sekolahnya sudah disesuaikan dengan program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Meski begitu ada beberapa kurikulum yang diterapkan sesuai kondisi anak didik.

Selain itu Jemima Tanjung juga membuka kursus agar bisa memberikan support kegiatan sekolah. Beberapa kursus yang tersedia adalah Bahasa Inggris, matematika, calistung dan mewarnai.

Bayar Sekolah Semampunya

Wanita yang juga aktif sebagai pembicara di bidang psikologi dan pendidikan ini tidak mematok biaya pasti untuk murid-murid yang belajar di sekolahnya. Sistem pembayaran bersifat sukarela dan sesuai kemampuan.

"Pada umumnya banyak yang subsidi silang. Kalau dia tidak mampu ya gratis atau membayar seperti kemampuannya. Yang mampu ya diharapkan bayar," ucapnya.

Selain biaya sekolah bisa dibayar sesuai kemampuan, proses pendaftaran juga tidak rumit. Namun untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) diperlukan tahapan tambahan.

"Tinggal daftar saja mudah kok. Tetapi ABK harus di tes dulu. Apakah cocok untuk sekolah inklusi atau SLB. Apakah perlu didampingi guru shadow (guru pendamping yang bekerja secara langsung dengan ABK selama masa prasekolah dan sekolah dasar -red) atau tidak," jelasnya.

Rencana Mendirikan Sekolah SMA Inklusi, Homeschooling dan Cafe

Wanita berusia 40 tahun ini mengaku berencana membuka sekolah SMA inklusi dan homeschooling dengan jadwal belajar sore hari.



"Sengaja sore hari, sebab bisa menampung anak tidak mampu yang butuh kerja," kata wanita yang punya kegemaran menciptakan lagu anak-anak ini.

Satu lagi cita-cita Jemima Tanjung yang ingin segera diwujudkannya adalah membuka sebuah cafe. Bukan cafe biasa, tapi tempat bernama 'Dapur Home' yang menyediakan berbagai menu, paket makanan dan katering yang akan menjadi percontohan murid-murid ABK untuk magang setelah lulus SMA.

Sebab menurutnya, ABK pun harus memiliki tujuan hidup yang jelas. Minimal memiliki kemandirian dan pengalaman kerja.

"Sebab everyone is precious. Saya harus bisa menciptakan jalan untuk anak-anak ini," pungkasnya.

Simak Video "Ibu-ibu Muda Bandung yang Tak Pernah Berhenti Bermimpi"
[Gambas:Video 20detik]
(hst/hst)