Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Intimate Interview

Lusia Efriana, Socialpreneur yang Berdayakan Napi Untuk Desain Boneka Batik

Alissa Safiera - wolipop
Kamis, 16 Apr 2015 17:39 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Foto: Arin Yundira/Wolipop
Jakarta -

Zaman sekarang ini tak banyak pengusaha yang juga memikirkan kesejahteraan sosial dibanding dengan keuntungan. Istilah socialpreneur pun kemudian mulai banyak dibicarakan untuk menggambarkan para pengusaha yang peduli kehidupan sosial lainnya. Salah satunya adalah wanita bernama Lusia Efriani.

Wanita yang akrab disapa Lusi ini adalah sosok di balik yayasan Cinderella From Indonesia Center (CFIC). Yakni, sebuah organisasi non profit yang memberikan pembinaan sekaligus keahlian bagi anak jalanan, narapidana, penderita HIV/AIDS sampai para orangtua tunggal.

"Cinderella Fron Indonesia Center itu awalnya untuk membantu single parents yang tidak mampu. Tapi dalam perjalanannya, kita juga banyak dititipkan anak-anak jalanan. Awalnya swadaya dan saya pikir tidak bisa kalau terus bergantung sama saya, jadi saya pikir kenapa tidak diberdayakan," ujar Lusi berbincang dengan Wolipop di Gado-Gado Boplo, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (15/4/2015).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lusi yang juga pengusaha arang tempurung kelapa itu memulai program yayasannya dengan modal sendiri. Demi keberlangsungan yayasan, Lusi kemudian membentuk program baru yang dirilis 2013 lalu dengan nama Batik Girl.

Batik Girl adalah boneka ala Barbie yang dibuat tangan dengan ciri khas Indonesia. Sesuai namanya, boneka-boneka ini dipercantik dengan baju batik dan sengaja dibuat dengan rambut hitam; seperti wanita Indonesia. Bahkan beberapa membawa angklung sebagai aksesorinya. Boneka juga dibuat di dalam negeri, tepatnya di daerah Surabaya dengan kualitas premium.

Lantas, kenapa boneka ala Barbie? Lusi mengatakan bahwa boneka ini sudah mendunia sehingga lebih mudah untuk dipasarkan. Selain itu, wanita lulusan International Visitor Internship Program di Amerika Serikat ini menceritakan penampilan dirinya yang selalu memakai batik saat program di luar negeri itu juga sering dijuluki boneka dari Indonesia, sehingga ia terinspirasi untuk membuatnya.

Boneka Batik Girl ini tak hanya unik karena mengenakan batik, namun juga dikerjakan dengan memberdayakan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Batam dan Jakarta. Lusi mengaku ide untuk memberdayakan para narapidana datang di mimpinya.

"Dari mimpi. Saya kemudian ke sana dan mulai memotivasi mereka, membagikan buku Cinderella From Indonesia gratis. Saya pikir kalau saya cuma motivasi tidak cukup jadi saya pikir bangun usaha biar mereka tak tergantung. Saya melihat mereka mungkin pernah melakukan kesalahan jadi mereka akhirnya bisa merasa bermanfaat," tambahnya.

Para napi yang membuat boneka tersebut mendapatkan upah. Hitungannya, Rp 10.000 untuk satu boneka yang sudah jadi. Namun sebelum mendapat upah, mereka perlu lulus standar quality control yang telah dibuat Lusi. Baju dan aksesori dibuat para napi dengan desain sesuai kreasi mereka. Sedangkan material batiknya didapat dari baju milik teman-teman pengusaha atau pejabat kenalan Lusi.

Bicara tentang modal, program ini cukup mandiri. Lusi akan kembali memutar uang dari hasil penjualan untuk keberlangsungan program pembinaan yayasan lainnya dan belanja bahan dasar. Ia juga tak mau meminta sumbangan atau mengharap santunan dari pemerintah. Ia mendapatkan modalnya dari mengikuti kompetisi-kompetisi dalam bidang sosial.

Barbie yang dihasilkan tak hanya dijual di Indonesia, namun juga Singapura, Malaysia, bahkan menarik ekspatriat dari Amerika dan Australia yang ada di tanah air. "Sayang di Indonesia hanya sebagian orang yang peduli dengan penjualan amal ini," kata Lusi.

(asf/eny)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads