Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Menikah Tanpa Pacaran

Menikah Tanpa Pacaran, 'Aku Malah Dipukuli Suami'

Arina Yulistara - wolipop
Jumat, 21 Agu 2015 13:29 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Dok. Thinkstock
Jakarta -

Banyak kisah bahagia pasangan yang menikah tanpa pacaran. Namun beberapa di antaranya berakhir dengan perceraian karena tidak cocok satu sama lain. Seperti yang dialami oleh wanita berdarah Arab, Sania (bukan nama sebenarnya), yang menikah karena dijodohkan orangtua tapi berakhir di perceraian.

Ketika bercerita kepada Wolipop, Sania mengatakan ia menikah di usia 21 tahun. Kala itu, Sania dijodohkan oleh putra dari teman orangtuanya yang berasal dari luar negeri. Sania hanya dipertemukan satu kali dan setelah kedua keluarga setuju, tiga bulan kemudian mereka dinikahkan. Wanita 35 tahun itu mengaku alasan mau menikah dengan pria tersebut sebut saja Zidan karena merasa cocok dan sebagai bentuk baktinya kepada orangtua.

"Cuma ketemu sekali, lanjut kenalan ditelepon dua sampai tiga kali terus tiga bulan langsung menikah. Dia anak dari temannya nyokap, mungkin aku suka juga karena dia lulusan luar negeri, tinggal di luar negeri. Aku merasa cocok dan mau menyenangkan orangtua juga akhirnya aku nurut saja dinikahkan," tutur Sania saat dihubungi Wolipop, Kamis (20/8/2015).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di awal pernikahan, Sania mengatakan rumah tangganya sangat bahagia terutama setelah pindah ke luar negeri. Bahkan ia merasa pacaran setelah menikah lebih menyenangkan daripada sebelumnya. Sayangnya masa-masa kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Masalah mulai datang ketika ia hamil setelah dua bulan menikah.

Pertengkaran mulai sering terjadi ketika kehamilannya mulai membesar. Sania mengatakan baru mengetahui sifat asli Zidan yang sebenarnya kasar tak hanya lewat kata-kata namun juga ringan tangan pasca enam bulan berumah tangga. Zidan juga menurutnya masih mengandalkan kekayaan orangtua dan malas bekerja. Keduanya tidak bisa mengendalikan ego masing-masing sehingga keributan kerap terjadi. Bahkan beberapakali Sania kena tampar saat adu pendapat dengan Zidan.

"Justru waktu lagi hamil besar dia mulai kasar mungkin karena aku menikahnya terlalu muda terus tiba-tiba hamil. Aku juga menikah tanpa kenal dia seperti apa sebenarnya tahu-tahu dia kasar dan egois, suka mukul kayak tampar dan main tangan setiap kita beda pendapat," papar wanita asal Jakarta itu.

Baca juga: 50 Inspirasi Gaya Hijab Selebgram

Sania juga menceritakan, pernah suatu ketika ia dan Zidan bertengkar hebat kemudian ia dipukul hingga lebam. Karena tak tahan akan perlakuan sang suami, Sania memutuskan untuk kabur dari rumah tanpa membawa sepotong baju ketika Zidan sedang pergi ke luar. Ia menelepon sang ibunda untuk menjemputnya di bandara dan memutuskan pulang ke Jakarta.

Sania mengatakan sang ibunda terkejut dengan kejadian yang menimpa anaknya dan tidak mengizinkan putrinya kembali ke tempat tinggal suami. Sania pun melahirkan anak pertamanya di Jakarta. Zidan yang merasa bersalah menyusul Sania dan mengajak rujuk. Kala itu ia dan sang ibunda berpikir mungkin Zidan akan berubah setelah memiliki anak.

Wanita yang hobi melukis itu memutuskan untuk rujuk kembali dengan Zidan dan berharap suaminya akan berubah. Namun perubahan pria yang hanya memiliki perbedaan rentang usia satu tahun lebih tua dengannya itu tidak memakan waktu lama karena Zidan mulai kasar seperti dulu. Sania pun memutuskan bercerai tepat di tahun kedua pernikahannya.

"Sempat balikan lagi dengan harapan semoga habis melahirkan dia berubah. Aku dan dia pindah ke Jakarta tapi akhirnya dia kasar lagi, main tangan lagi. Aku memikirkan anakku jangan sampai nanti saat dia sudah mulai sekolah melihat perlakuan bapaknya yang kasar. Dengan berat hati aku memutuskan untuk divorce," ujarnya.

Awalnya Zidan tidak terima dengan perceraian tersebut, keduanya juga sempat berebut hak asuh anak namun akhirnya jatuh ke tangan Sania. Setelah itu, Sania benar-benar meninggalkan Zidan dan hidup mandiri bersama putrinya yang baru berusia satu tahun.

Sania pun mengaku sempat mengalami depresi selama kurang lebih tiga bulan. Hampir setiap hari ia menangis tanpa sebab yang membuat kedua orangtuanya khawatir. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap putrinya karena dari awal ia sudah tidak bisa memberikan ASI secara eksklusif.

Orangtua yang merasa bersalah sekaligus khawatir dengan kondisi Sania kemudian memintanya untuk melanjutkan kuliah. Namun Sania menolak, ia lebih memilih untuk mengikuti berbagai kursus keterampilan yang bisa mengurangi perasaan dukanya.

"Mungkin dulu karena umur aku masih 23 jadi nggak bisa nahan semua beban itu. Makanya saat aku sekolah keterampilan, aku benar-benar tekun sampai nggak pernah bolos, biar benar-benar lupa. Setiap hari aku bikin sibuk kayak sekolah, mengurus anak, olahraga," tambahnya.

Sania juga sempat trauma karena kegagalan rumah tangganya, ia pun tidak berpikir untuk menikah lagi. Meski demikian, seorang pria akhirnya berhasil meluluhkan hatinya setelah delapan tahun cerai dari Zidan. Kini Sania sudah bahagia menikah dengan pria yang empat tahun lebih tua dari usianya itu. Ia juga telah memiliki satu anak dari suaminya yang sekarang.

Di akhir pembicaraan, Sania berpesan kepada para wanita yang ingin menikah tanpa pacaran sebaiknya benar-benar dicek latar belakang keluarga termasuk kondisi psikologis calon pasangannya.

"Menikah tanpa pacaran itu bagus tapi kalau bisa lebih diperhatikan bibit bebet bobot pasangannya. Harus diselidiki pasangan ini kerjanya kayak apa, sifatnya kayak apa tanya sama orang-orang terdekatnya. Jangan hanya karena tampan, kaya, dan lulusan luar negeri karena terkadang hal itu tidak menjamin kebahagiaan dalam rumah tangga," sarannya.

(aln/aln)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads