Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Anak Broken Home

5 Situasi yang Menyebabkan Anak Berada di Kondisi Keluarga Broken Home

Intan Kemala Sari - wolipop
Jumat, 26 Jun 2015 09:33 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Dok. Thinkstock
Jakarta -

Keluarga yang harmonis dan sejahtera menjadi dambaan setiap anak. Tetapi setiap keluarga pasti memiliki masalah yang menghampiri dan apabila dibiarkan berlarut-larut akan membuat sang anak merasa terabaikan.

Hal inilah yang membuatnya berada pada situasi broken home, yaitu suatu kondisi yang menggambarkan suasana keluarga yang tidak harmonis sehingga menyebabkan terjadinya konflik dan perpecahan di dalam keluarga tersebut. Konflik tersebut terjadi berdasarkan beberapa penyebab, apa saja?

1. Perceraian
Tak dapat dipungkiri perceraian orangtua menjadi salah satu penyebab utama yang membuat sang anak terguncang jiwanya. Masalah yang kerap terjadi akibat disorientasi antara suami dan istri dalam membangun rumah tangga terkadang menjadikan anak sebagai 'korban'nya. Hal tersebut diperparah ketika sang anak diharuskan memilih untuk tinggal bersama ayah, ibu, atau dititipkan kepada keluarga dekat seperti kakek dan nenek atau om dan tante.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

2. Kurang Rasa Tanggung Jawab
Orangtua yang tidak memiliki rasa tanggung jawab bisa membuat anak merasa ditelantarkan. Keduanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing demi pencarian materi, yaitu harta dan uang. Hal ini membuat orangtua seolah memiliki sikap egois yang mementingkan dirinya sendiri.

3. Masalah Ekonomi
Masalah perekonomian di dalam suatu keluarga bisa menjadi salah satu penyebab keluarga tidak harmonis. Misalnya, kedua orangtua bekerja namun penghasilan istri lebih besar daripada suami. Atau kesulitan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga yang menyebabkan terjadinya perselisihan dalam keluarga.

"Bisa juga masalah ekonominya seperti ini, ayah dan ibu sibuk bekerja tetapi anaknya hanya diberikan materi saja, sehingga tidak ada kedekatan batin antara anak dan orangtua. Itu bisa menjadi penyebab anak broken home," ujar psikolog Melly Puspita Sari saat dihubungi Wolipop, Selasa (23/6/2015).

4. Tidak Ada Tempat Untuk Berinteraksi
Psikolog yang menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Pengembangan Pegawai di Badan Narkotika Nasional Jakarta ini menjelaskan bahwa situasi keluarga memiliki peranan penting terhadap respon yang diberikan anak. Anak broken home merasa keluarga tidak lagi sebagai tempat untuk berinteraksi, mengembangkan diri dan mendapatkan kasih sayang.

"Menurut anak broken home, rumah itu adalah rumah yang tidak nyaman dan penuh dengan pertengkaran atau kedua orangtua sama-sama sibuk sehingga mereka tidak punya orang dewasa yang memperhatikan dan diajak untuk berinteraksi," jelasnya.

5. Ditelantarkan
Psikolog Elizabeth Santosa M.Psi., menjelaskan, perceraian dan situasi keluarga yang tidak harmonis secara tak langsung membuat sang anak merasa ditelantarkan. "Yang namanya anak broken home itu artinya kehidupan di keluarganya tidak harmonis. Bisa karena perceraian, bisa juga tidak bercerai tapi ribut terus. Akhirnya salah satu anggota keluarga ini menelantarkan si anak," tutur Elizabeth saat berbincang dengan Wolipop.

Tak hanya ditelantarkan, ada faktor lain yang membuatnya menjadi anak broken home. Misalnya, salah satu anggota keluarga terjerat narkoba, berlaku kejahatan, hingga tidak memberi nafkah kepada keluarganya.

(int/hst)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads