Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Liputan Khusus <i>Stay Home Dad</i>

Cara Menepis Stigma Buruk dari Lingkungan Terhadap Bapak Rumah Tangga

wolipop
Jumat, 25 Apr 2014 13:40 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Dok. Thinkstock
Jakarta - Bagi sebagian masyarakat yang tinggal di negara-negara Barat, menjadi bapak rumah tangga mungkin menjadi suatu hal yang lumrah. Namun di budaya timur seperti Indonesia, masih banyak orang yang memiliki pandangan bahwa bapak adalah orang yang harusnya bekerja dan memberi nafkah. Sehingga tak heran jika stigma malas seringkali menghampiri sosok bapak rumah tangga.

Padahal, pria yang sehari-harinya di rumah dan mengurus anak tidak selalu karena dia malas bekerja. Beberapa kondisi yang bisa membuat seorang pria jadi bapak rumah tangga di antaranya karena baru keluar dari pekerjaan, pemutusan hubungan kerja, sakit yang berkepanjangan atau melakukan bisnis dari rumah. Jika penyebabnya cukup beralasan, maka sudah sepatutnya istri maupun sang suami sendiri memberi pengertian yang benar kepada lingkungan sekitar.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi stigma dari masyarakat, adalah percaya diri dengan pekerjaan yang dilakukan saat ini. Tunjukkan pada orang lain dengan mengurus anak secara benar, rumah yang selalu bersih dan rapi, dan selalu menjaga kerukunan dengan istri. Sedangkan untuk sang istri, perlihatkan bahwa Anda juga tidak keberatan jika suami yang berada di rumah dengan membicarakan tentang aktivitasnya kepada tetangga atau lingkungan sekitar, terutama jika ada yang bertanya.

"Kalau dia dapat dengan percaya diri menunjukkan dirinya, tentu pria akan nyaman menjadi bapak rumah tangga," ujar Psikolog Anna Surti Ariani, Psi., atau yang akrab disapa Nina saat berbincang dengan Wolipop di Universitas Indonesia, Depok, Senin (14/04/2014).

Kemudian cara lain yang dapat dilakukan adalah mulai terbuka dengan banyak bercerita mengenai kegiatan yang dijalani saat di rumah. Cara ini dapat merubah stigma negatif, ketika kebanyakkan orang menganggap bahwa bapak rumah tangga itu adalah suami yang tidak memiliki pekerjaan, malas bekerja dan hanya menghabiskan waktunya di rumah tanpa melakukan apapun. Dengan bercerita, meskipun berdiam di rumah bapak rumah tangga tetap jadi orang yang bermanfaat dan berguna untuk keluarga.

Kendala menjadi bapak rumah tangga seringkali tak hanya datang dari faktor luar, tapi juga lingkungan internal. Entah itu istri yang menuntutnya untuk mencari pekerjaan di luar atau anak-anak yang merasa malu karena ayahnya berada di rumah setiap hari. Sikap-sikap seperti ini bisa membuat bapak rumah tangga goyah dan tidak percaya diri, dan pada tahap yang lebih serius bisa depresi. Lalu apa yang bisa dilakukan seorang istri untuk mendukung suami yang berada dalam kondisi tersebut?

"Lihatlah sebagai partner bukan sebagai beban tambahan. Misalnya ada istri yang penghasilannya bagus dan berfikir, 'ah suami gue bisanya cuma habiskan duit hasil kerja.' Nah dari situ bisa dilihat bahwa istri melecehkan dan merendahkan suaminya sendiri. Hal itu tentu paling tidak menyenangkan, dan membuat stay home dad menjadi tidak optimal," tutur psikolog yang akrab disapa Nina ini.

Nina menyarankan para istri yang bersuamikan bapak rumah tangga, untuk menunjukkan bahwa dia menghargai perannya di keluarga. Lalu buatlah pembagian tugas yang adil. Tidak bertindak seenaknya atau semena-mena karena merasa sudah menjadi tulang punggung keluarga.

(mrt/hst)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads