Istilah anti-aging dalam dunia kecantikan kini mulai ditinggalkan. Alih-alih 'melawan penuaan', konsep 'skin longevity' lebih disukai dalam perawatan kulit, karena mengajak individu untuk mencintai diri sendiri dalam versi yang lebih baik.
Menurut dokter kulit dr. Shella Pratiwi istilah anti-aging mulai populer sejak tahun 1960-an di Amerika Serikat. Saat itu, tren hidup sehat, konsumsi suplemen, dan penggunaan produk perawatan kulit sedang naik daun sebagai cara untuk mengatasi tanda-tanda penuaan.
Namun seiring berjalannya waktu, konsep itu bergeser ke arah yang lebih holistik atau menyeluruh, yang kini dikenal dengan istilah skin longevity. Shella yang seorang pakar anti-aging menuturkan bahwa istilah ini cukup marak di dunia estetika, karena bukan sekadar fokus memperbaiki kerutan atau tampilan luar, tapi mengintervensi fungsi biologis dari penuaan sel itu sendiri.
"Jadi prinsipnya bagaimana menjaga kulit tetap sehat, tetap kuat, dan optimal dalam jangka waktu yang panjang, biarpun usia kita bertambah," ujar Shella saat peluncuran The Elixir, produk skincare terbaru dari brand kecantikan high-end Augustinus Bader di Bimasena Club, Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Selasa (28/10/2025).
Lebih jauh, Shella menjelaskan bahwa skin longevity menekankan pada pendekatan yang bersifat preventif dan suportif. Tujuannya bukan untuk "membalikkan" proses penuaan, melainkan memperlambat dan memperpanjang umur sel kulit agar tetap berfungsi dengan baik dalam jangka panjang.
Pendekatan longevity skincare, kata Shella, bersifat progresif karena berfokus pada pembangunan ketahanan kulit dari dalam. Perawatannya pun bersifat bertahap, dengan beberapa terapi yang saling melengkapi tergantung lapisan kulit yang ingin ditingkatkan kondisinya.
Mulai dari epidermis (lapisan terluar kulit) yang diperkuat dengan produk untuk menjaga skin barrier dan menghaluskan tekstur, hingga dermis (lapisan tengah kulit) yang dirangsang untuk meningkatkan produksi kolagen.
"Kita memakai produk yang bekerja pada level sel untuk fungsi biologis dari kulit," terangnya.
Selain penggunaan produk topikal, Shella juga menyarankan perawatan di klinik dengan teknologi mutakhir untuk mendukung konsep skin longevity.
"Bisa menggabungkan beberapa contoh seperti laser, LED, radiofrequency, dikombinasikan dengan injeksi regeneratif seperti exosome, poli nucleotide salmon DNA, lalu microneedling, PRP, dan juga yang paling penting mengkombinasi dengan penggunaan topical longevity skincare," paparnya.
Namun menurutnya, perawatan kulit terbaik tetap dimulai dari gaya hidup sehat. Paparan sinar UV, polusi, dan kurang tidur dapat memicu stres oksidatif yang mempercepat proses penuaan.
"Paparan dari UV, polusi, kurang tidur, mengakibatkan stres oksidatif pada kulit," jelasnya.
Karena itu, dr. Shella yang berpraktik di Airin Skin Clinic menekankan pentingnya gaya hidup seimbang. Mulai dari menjaga pola makan bergizi, minum air putih cukup, rutin berolahraga, tidur 7-8 jam setiap hari, dan mengelola stres dengan baik.
Simak Video "Video: Sama Pentingnya Suplemen dari Dalam dan Luar untuk Proteksi Kulit"
(hst/hst)