Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Waspada Glow Trap, Obsesi Punya Kulit Glowing ala Influencer, Bisa Rusak Kulit

Hestianingsih Hestianingsih - wolipop
Jumat, 19 Sep 2025 21:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Shot of a beautiful young woman feeling her skin during her beauty routine at home
Foto: iStock
Jakarta -

Hati-hati terjebak 'glow trap'! Tren wajah glowing yang viral di TikTok ternyata tidak selalu aman. Alih-alih memiliki wajah berkilau bak artis Korea, kulit justru bisa iritasi parah.

Seorang dokter kulit asal AS mengaku banyak remaja hingga wanita muda kini datang ke kliniknya dengan wajah merah, perih, bahkan terbakar. Kondisi ini akibat rutinitas skincare yang mereka tiru dari para influencer di media sosial, terutama TikTok.

Fenomena ini oleh ahli kemudian disebut sebagai 'influencer inflammation'.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya punya pasien yang kulitnya tiba-tiba jadi sensitif untuk pertama kali dalam hidupnya," ungkap Dr. Sandy Skotnicki, penulis buku Beyond Soap sekaligus co-host podcast Skin To It, seperti dilansir New York Post.

Dia melanjutkan, "Padahal, dia mengalami dermatitis iritan karena terlalu banyak pakai produk aktif yang dilihat di TikTok."

ADVERTISEMENT

Kasus seperti ini makin sering ditemui, terutama pada perempuan usia belasan hingga wanita awal 30-an tahun. Tak hanya wanita, kini banyak juga pria yang ikut mencoba rutinitas skincare berlapis-lapis dan hasilnya sama. Kulit jadi meradang.

"Ketika saya tanya, banyak dari mereka menggunakan sabun muka, lalu toner glycolic acid, serum vitamin C, niacinamide, dan retinol-kadang dipakai semua sekaligus," jelasnya.

Memakai beberapa bahan aktif dalam satu waktu berpotensi meningkatkan risiko iritasi seperti merah-merah, gatal hingga kulit mengelupas. Dr. Sandy pun menyarankan untuk kembali ke perawatan kulit dasar, yakni pembersih wajah formula lembut, pelembap, dan sunscreen. Hasilnya? Dalam hitungan minggu, kulitnya kembali tenang.

Bukan Skincare Berlapis, Tapi Skin Cycling untuk Jaga Kesehatan Kulit

Skincare untuk Kulit Berminyak

Foto: Getty Images/brizmaker

Salah satu metode yang dia anjurkan adalah product elimination diet, yaitu menyederhanakan produk skincare dengan memilih formula bebas pewangi, bebas essential oil, dan bebas formaldehida. Setelah kulit membaik, produk bisa dimasukkan kembali satu per satu untuk mengetahui mana yang cocok.

Menurut Dr. Sandy, masalahnya sering kali bukan pada satu produk saja, melainkan kombinasi beberapa bahan aktif sekaligus. Misalnya, glycolic acid memang bagus untuk eksfoliasi, dan retinol bermanfaat untuk merangsang kolagen. Tapi bila dipakai bersamaan, keduanya bisa merusak skin barrier dan memicu iritasi.

"Di sinilah konsep skin cycling bisa membantu. Bila ingin pakai banyak bahan aktif, lakukan di hari berbeda agar kulit tetap mendapat manfaat tanpa terbebani," jelasnya.

Waspada 'Godaan'Promo Influencer

Ilustrasi influencer

Foto: Shutterstock

Dr. SkotniSandycki mengingatkan, salah satu tantangan terbesar generasi Z adalah banjir informasi skincare di media sosial. Bahkan, kata dia, dokter kulit pun kadang bisa salah, apalagi influencer yang belum tentu paham sains di balik produk.

"Yang perlu diingat, kulitmu berbeda dengan kulit influencer. Jadi, rutinitas mereka bisa saja tidak cocok, terutama kalau kamu punya kulit berjerawat atau rentan eksim," katanya.

Dia juga memperingatkan tanda bahaya yang perlu diperhatikan.

"Kalau ada tombol beli atau link produk yang langsung mengarah ke situs penjualan, hati-hati. Bisa jadi kontennya lebih ke arah promosi daripada edukasi," ujarnya.

Selain itu, label pada kemasan pun sering menyesatkan.

"Tulisan 'sensitive' itu sebenarnya tidak ada arti khusus. Bahkan produk 'fragrance-free' bisa saja mengandung essential oil, yang sebenarnya tetap beraroma," terangnya.

Kembali ke Basic Skincare

Shot of a beautiful young woman feeling her skin during her beauty routine at home

Foto: iStock

Menurut Dr. Sandy, tren 12 langkah skincare ala Korea dulu sempat membuat orang terlalu banyak pakai produk. Kini, tren serupa muncul lagi dengan 'banyak bahan aktif sekaligus' yang hasilnya sama saja, membuat kulit jadi iritasi.

"Inilah mengapa saya lebih suka menyarankan produk dengan sedikit bahan," tegasnya.

"Semakin sedikit, kulit biasanya semakin tenang," pungkasnya.

(hst/hst)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads