Sering Pakai Parfum? Waspada, Kandungan Ini Bisa Ganggu Hormon dan Kesuburan
Parfum merupakan produk kecantikan yang dapat menunjang penampilan. Selain itu, menyemprotkan parfum favorit bisa membuat mood lebih baik.
Namun ternyata ada bahaya di balik parfum yang selama ini kita pakai. Para ahli kesehatan memperingatkan ada bahan tersembunyi di dalam wewangian yang mungkin berdampak buruk bagi kesehatan.
Kandungan ini dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, mulai dari resistensi insulin dan penyakit kardiovaskular hingga gangguan hormon yang dapat memengaruhi kesuburan. Bahan itu dikenal sebagai phthalates.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senyawa ini sering ditemukan dalam produk kosmetik. Selain parfum, bahan ini juga terdapat di cat kuku, hair spray, sampo, sabun mandi, deodoran, dan sabun cuci tangan.
Setiap jenis phthalates memiliki fungsi berbeda. Dibutyl phthalate (DBP) membuat plastik lebih fleksibel dan sering digunakan dalam cat kuku untuk mencegah retak. Sementara itu, dimethyl phthalate (DMP) juga memberikan sifat fleksibilitas dan kerap ditemukan dalam hair spray.
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), pemakaian DBP dan DMP saat ini sudah berkurang. Namun, diethyl phthalate (DEP), yang biasa digunakan dalam parfum untuk mencampurkan berbagai aroma, masih banyak ditemukan. Para ahli merekomendasikan untuk menghindari bahan ini demi kesehatan.
"Saya menyarankan untuk menghindari wewangian tambahan dalam berbagai produk, termasuk parfum, losion beraroma, sampo, deterjen wangi, dan deodoran," ujar Andrea Gore, profesor farmakologi dan toksikologi di University of Texas, Austin, seperti dikutip dari New York Post.
Bahaya Phthalates Bagi Kesehatan
Berbagai penelitian telah mengaitkan phthalates dengan beragam masalah kesehatan, seperti penyakit jantung, obesitas, resistensi insulin, dan diabetes. Para ahli juga percaya bahwa phthalates merupakan pengganggu hormon.
Penelitian menunjukkan bahwa bahan ini dapat memengaruhi kesuburan baik pada pria maupun wanita, mengganggu perkembangan organ reproduksi, serta menyebabkan komplikasi pada kehamilan dan persalinan.
"Phthalates adalah pengganggu endokrin yang dapat memengaruhi fungsi hormon dan sel dalam sistem reproduksi. Penelitian telah mengaitkan kadar phthalates yang tinggi dengan peningkatan risiko infertilitas, kualitas sperma yang buruk, kualitas sel telur yang menurun, serta keguguran," ujar Dr. Lora Shahine, ahli endokrinologi reproduksi.
Pada wanita, paparan phthalates juga dikaitkan dengan gangguan menstruasi, disfungsi ovulasi, dan peningkatan risiko endometriosis. Sebuah penelitian dari University of California, Berkeley, tahun 2018 juga menyebutkan bahwa paparan phthalates dapat menyebabkan pubertas dini pada anak perempuan.
Dampaknya pada pria pun serupa. Sebuah studi Harvard University tahun 2002 menemukan bahwa pria dengan paparan phthalates dalam kadar normal mengalami peningkatan kerusakan DNA dalam sperma mereka.
Apakah Kandungan Phthalates dalam Parfum Benar-benar Berbahaya?
Cosmetic Ingredient Review Expert Panel dalam laporan tahun 2002 menyatakan bahwa phthalates aman digunakan dalam produk kosmetik karena tingkat paparannya dianggap tidak cukup tinggi untuk membahayakan kesehatan. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) juga mengeluarkan laporan yang menyimpulkan tidak ada hubungan antara phthalates dalam kosmetik dengan risiko kesehatan.
Namun, Dr. Lora mengingatkan agar konsumen tetap waspada.
"Masalahnya bukan hanya satu produk saja, tetapi akumulasi phthalates dan bahan pengganggu hormon lainnya seperti BPA, PFAS, dan paraben dalam paparan sehari-hari," jelasnya.
Dia menjelaskan, menurut Environmental Working Group, rata-rata wanita menggunakan 12 produk kecantikan setiap hari, belum termasuk paparan bahan kimia dari deterjen, produk pembersih, dan lainnya. Tidak ada perusahaan yang melacak akumulasi paparan ini dalam jangka panjang dan risikonya terhadap individu.
"Kita memang tidak bisa sepenuhnya menghindari paparan bahan pengganggu hormon ini, tetapi bisa mengurangi jumlah produk (termasuk parfum) untuk meminimalkan risiko," terangnya.
Dia menyarankan untuk mengurangi penggunaan produk wewangian atau yang mengandung parfum dalam keseharian. Minyak esensial sebagai pengganti parfum bisa jadi alternatif, atau pilih produk-produk dengan label fragrance-free.
"Mengurangi jumlah produk beraroma yang kita beli dan gunakan sangat membantu. Coba beralih ke produk pembersih tanpa pewangi, batasi penggunaan pengharum ruangan dan lilin beraroma, serta saat produk habis, benar-benar pertimbangkan penggantinya dengan lebih bijak," pungkasnya.
(hst/hst)
Home & Living
Ravelle Airy Premium Air Purifier HEPA13 + Aromatherapy: Udara Bersih, Mood Tenang, Hidup Lebih Nyaman
Health & Beauty
Wajib Punya! Rekomendasi 3 Sheet Mask Andalan Kulit Lebih Tenang, Lembap, dan Bebas Stress
Fashion
3 Rekomendasi Dompet Kartu Stylish & Fungsional yang Wajib Kamu Punya!
Fashion
3 Padel Bag Stylish & Fungsional yang Bikin Kamu Makin Siap Turun ke Lapangan!
Jakarta x Beauty 2025
Cara Dapat Produk Gratis di Jakarta X Beauty 2025, Sunscreen Hingga Vitamin
Wardah Diskon 50%, Mercredi 79%! Ini Deretan Promo Menarik di JxB 2025
Alasan Prilly Latuconsina Sempat Malu Pamer Wajah Asli Tanpa Makeup
8 Skincare Korea Terbaik yang Terbukti Mencerahkan Wajah Kusam
Tips Cegah Cushion Oksidasi Agar Makeup Tetap Flawless Seharian
8 Foto Alyssa Daguise-Al Ghazali Baby Moon di Thailand, Bumil Tampil Stylish
Foto: Pesona Winter aespa yang Digosipkan Pacaran dengan Jungkook BTS
Studi Ungkap Kencan Online Bikin Wanita Tergoda Operasi Plastik, Ini Alasannya
Cita-cita Lisa BLACKPINK Terwujud, Bintangi Film Action Pertama Sejak Debut











































