Dalam dunia kecantikan, tren baru terus bermunculan. Salah satu yang sedang viral di TikTok adalah face taping, metode yang diklaim dapat menghaluskan kerutan dan mengencangkan kulit tanpa perlu injeksi Botox. Banyak yang menyebutnya sebagai 'DIY facelift, tetapi apakah metode ini benar-benar efektif atau hanya sekadar tren sementara?
Face taping adalah teknik di mana seseorang menempelkan plester khusus wajah sebelum tidur dengan tujuan mengurangi kerutan dan mencegah kulit kendur. Metode ini diklaim dapat bekerja dengan menarik kulit secara lembut sepanjang malam, sehingga menghasilkan tampilan yang lebih kencang dan segar keesokan harinya.
"Face taping adalah tren yang sedang viral di media sosial. Orang-orang menempelkan plester di area tertentu pada wajah sebelum tidur untuk membantu menghaluskan garis-garis halus dan mengurangi kulit kendur. Ide di baliknya adalah bahwa plester ini akan menahan kulit tetap kencang saat tidur, sehingga mengurangi kerutan," ungkap Dr. Ali Halawi, seorang dermatolog di Enhance By Mediclinic & KOL, seperti dikutip dari Glamour.
Meski tampak menjanjikan, efektivitas face taping masih menjadi perdebatan di kalangan ahli dermatologi. Menurut Dr. Halawi, metode ini hanya memberikan efek sementara.
"Meskipun face taping mungkin memberikan efek sementara dalam membuat kulit tampak lebih halus dengan cara menahannya tetap kencang, metode ini tidak memiliki efek jangka panjang atau bukti ilmiah yang mendukung kemampuannya dalam mengurangi kerutan atau mencegah kulit kendur," jelasnya.
Kerutan terjadi akibat perubahan struktural yang lebih dalam di kulit, seperti penurunan produksi kolagen dan elastin. Sayangnya, hanya menempelkan plester di wajah tidak cukup untuk mengatasi masalah ini. Penggunaan plester wajah juga dapat memicu iritasi.
"Menggunakan perekat pada kulit secara berulang juga dapat menyebabkan iritasi, kemerahan, atau bahkan merusak lapisan pelindung kulit, terutama jika dilepas dengan cara yang kasar atau digunakan pada kulit sensitif," tambah Dr. Halawi.
Pendapat serupa juga disampaikan oleh dermatologis Dr. Matteo Belamhawal yang juga pendiri brand skincare Hyalure.
"Face taping mungkin memberikan ilusi kulit yang lebih halus dalam semalam dengan secara fisik meregangkan kulit, tetapi tidak menangani penyebab utama munculnya garis halus dan kerutan, seperti berkurangnya kolagen atau gerakan otot wajah yang berulang. Bahkan, dalam beberapa kasus, metode ini bisa menyebabkan iritasi atau ketidaknyamanan," jelasnya.
Jika dibandingkan dengan Botox, face taping jelas memiliki perbedaan besar. Botox bekerja dengan menghambat pergerakan otot yang menyebabkan kerutan, sehingga hasilnya lebih tahan lama dan memiliki dasar ilmiah yang kuat. Sementara itu, face taping hanya memberikan efek sementara yang akan hilang begitu pita dilepas.
Simak Video "Video: Hai detikers dari RIIZE!"
(kik/kik)