Mudah untuk menemukan Sha'carri Richardson dari Amerika Serikat di antara para pelari elite yang berlomba di nomor 100 meter Olimpiade 2024, Sabtu (3/8/2024). Ia beraksi dengan kuku penuh dekorasi (nail art).
Atlet 24 tahun itu rupanya tetap mempertahankan gaya khasnya saat bertanding sekalipun. Namun nyatanya, kuku tersebut bukan penghalang bagi Sha'carri untuk memberikan performa terbaiknya.
Terbukti, ia berhasil finis dengan catatan waktu 10.87 detik. Torehan tersebut - hanya terpaut 0,15 detik lebih lambat dari Julien Alfred sebagai wakil St. Lucia - membuahkannya sebuah medali perak. Pencapaian yang cukup membanggakan bagi Sha'carri yang baru kali ini mengikuti Olimpiade.
Nail art bagaikan jimat keberuntungan buat Sha'carri saat kebanyakan atlet profesional lebih memilih tidak berpenampilan mencolok demi fokus pada kekuatan fisiknya.
Padahal, seperti diutarakan Dr Danielle Adams Norenberg, pemimpin tim psikolog UK Sports Institute yang menangani tim nasional Inggris di Olimpiade, ada pengaruh positif terhadap mental para atlet.
Norenberg sangat mengapresiasi atlet seperti Sha'carri yang berani tampil beda di lapangan. "Saya hadir untuk membantu para atlet mencari tahu cara yang tepat untuk mengekspresikan diri agar dapat memacu kekuatan, dan mendukung metode pilihan mereka," katanya kepada harian The Guardian.
Kuku Sha'carri hadir dalam model runcing penuh warna yang disertai detail tiga dimensi yang berkilauan.
"Dia cuma bilang ingin kuku yang panjang dan berkelas," kata Kinaya Haug, nail artist andalan sang atlet kepada Essence.
Ia tidak merinci seberapa panjangnya, tapi yang pasti Sha'carri punya tolak ukur tersendiri. Selama tidak menyulitkannya mengikat sepatu, itu artinya panjang kuku tersebut masih terbilang aman.
Simak Video "Perjuangan Rifda Irfanaluthfi, Pesenam Pertama Indonesia yang Lolos ke Olimpiade"
(dtg/dtg)