Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Liputan Khusus LDR Pasca Nikah

Tantangan Pasangan Menikah yang Menjalani LDR Setelah Punya Anak

wolipop
Jumat, 27 Jun 2014 16:27 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

dok. Thinkstock
Jakarta - Hubungan pernikahan jarak jauh semakin menjadi tantangan ketika pasangan dikaruniai anak. Saat si kecil mulai memahami ketidakhadiran salah satu orangtuanya dan mempertanyakan kenapa ayah dan ibunya harus hidup berjauhan, di sinilah perlu sikap bijak dari orangtua. Inilah tantangan pasangan LDR yang sudah memiliki anak.

Fajri, pria yang hidup berjauhan dengan istrinya, Tiwi, merasakan tantangan LDR setelah dikaruniai seorang anak laki-laki. Pria yang kini bekerja di Papua itu mengaku sedih karena putranya tidak dekat dengannya.

"Kayaknya dia nggak ngaruh ada ayahnya atau nggak, agak sedih sih. Dia ke mamanya terus, beda sikapnya ke ayahnya, kayak ke orang lain," curhat Fajri saat berbincang dengan Wolipop, Kamis (26/6/2014).

Anak jauh dari ayahnya juga dirasakan oleh Vika dan suaminya, Eki. Pasangan dengan tiga anak itu pernah menjalani LDR selama kurang lebih tujuh tahun saat Eki ditugaskan kantornya di Jepang. Saat masih belum memiliki anak, diakui Vika, hidup berjauhan dengan suami, tidaklah terlalu berat. Namun ketika anak-anak hadir, dilema mulai muncul.

"Saat ada anak-anak, jadi repot karena nggak bisa mengobrol serius," kata wanita yang berprofesi sebagai dokter gigi itu saat diwawancara Wolipop, Kamis (26/6/2014).

Bukan hanya komunikasi saja yang jadi sedikit terhambat karena kehadiran anak. Ketika si kecil mulai beranjak besar dan memahami ayahnya tinggal berjauhan dengannya, dia akan mulai melayangkan protes.

"Anak aku yang paling besar protes, bandingin sama teman-temannya, yang ada bapaknya, kadang anterin mereka. Kalau family day di sekolah kan juga ada ayah dan ibunya," ujar Vika yang anak sulungnya kini sudah sekolah di Taman Kanak-kanak.

Saat berbincang dengan guru sekolah anaknya, Vika juga diberitahu kalau putrinya termasuk tipe orang yang memilih teman. Sang anak seperti kurang percaya diri untuk bergaul dengan siapa saja karena takut jika teman-temannya mulai membahas soal ayah masing-masing.

"Makanya aku ingin segera udahan (LDR), supaya adik-adiknya yang masih kecil nggak ngerasain seperti kakaknya," kata Vika. Beruntung kini Vika dan anak-anaknya sudah hidup berkumpul lagi dengan Eki. Pria tersebut sudah ditugaskan di Jakarta sejak awal 2013 lalu.

Tantangan serupa soal anak yang protes karena tinggal berjauhan dengan ayahnya juga dialami Rohani Niwang. Wanita yang menjalani LDR ini tinggal di Jakarta, sedangkan sang suami di Papua. "Saat anak bertanya kenapa temanku ada ayahnya, kok aku ayahnya nggak bersama, sangat sedih dan sulit menjelaskan tentang hal ini," ceritanya.

Untuk mengatasi anak yang mulai protes ini, Vika sebisa mungkin berusaha menghadirkan sosok suaminya pada putrinya. Komunikasi langsung baik via telepon atau video call menjadi lebih sering. Suaminya juga berusaha untuk menyesuaikan jadwal kerjanya sehingga bisa menghadiri acara sang anak di sekolah.

Apa yang dilakukan Vika ini memang sudah cukup tepat. Agar sang anak lebih tidak kehilangan figur ayahnya, ibu bisa juga berusaha terus menghadirkan sosok sang ayah dalam segala kesempatan. Misalnya dengan menceritakan makanan favorit si ayah saat sedang makan bersama. Atau cerita bagaimana sang ayah dulu ketika masih anak-anak, ketika anak sudah akan tidur.

(eny/eny)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Detiknetwork
Hide Ads