Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Sering Bertengkar karena Mertua, Akankah Membahayakan Pernikahan?

Anna Surti Ariani, - wolipop
Selasa, 27 Sep 2016 14:57 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Foto: Thinkstock
Jakarta - Pernikahan kami akan memasuki usia dua tahun pernikahan. Kami juga sudah memiliki satu anak. Kami sering berselisih paham karena suami lebih mendengarkan ibunya dan sering menjudge saya tanpa mendengar alasan atas perbuatan yang saya lakukan . Apa yang harus saya perbuat? Di satu sisi saya tidak ingin suami saya terlihat durhaka kepada ibunya,. Di sisi lain saya ingin suami mendengarkan memahami saya sebagai istri. Jika dibiarkan berkelanjutan apakah ada dampak negatif untuk rumah tangga kami? Terimakasih.

Chika, 31 Tahun

Jawab:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hai mbak Chika,

Baik sekali bahwa Anda tetap mengusahakan suami tak terlihat durhaka kepada ibunya, sementara Anda berusaha didengarkan dan dipahami. Suami tentunya juga tak ingin jadi anak durhaka, sampai-sampai ia terus mempertimbangkan perkataan ibunya dalam perilakunya sehari-hari. Kalau Anda berdua tak juga menemukan jembatan antara kebutuhan yang terlihat berseberangan ini, maka hubungan Anda dan suami bisa terpengaruh negatif.

Salah satu kunci utama dalam masalah ini adalah hubungan antara Anda dan ibu mertua. Jika Anda jauh dengan ibu mertua, atau punya masalah besar dengan beliau, maka suami menjadi semakin sulit memahami dan mendengarkan Anda. Anda bahkan dapat dianggap istri yang kurang taat pada suami, dan tentunya ini merugikan Anda sendiri. Apapun yang terjadi antara Anda dengan ibu mertua, coba bangun hubungan lebih dekat dengan beliau. Jika sulit sekali memahami beliau, coba minta tipsnya pada keluarga besar lain, dan tentunya pada suami. Dengan menunjukkan bahwa Anda ingin memahami beliau, walaupun kadang sungguh membingungkan, maka Anda dapat mencuri hati seluruh keluarga.

Supaya Anda dipahami dan didengarkan oleh suami, maka Andapun dapat memperbaiki pola komunikasi. Janganlah menyindir atau mengatakan hal-hal yang sesungguhnya tak diinginkan terjadi. Contohnya, janganlah mengatakan, "Dengarkan saja ibumu terus," kalau sesungguhnya Anda ingin didengarkan. Sebaliknya katakan dengan jelas apa yang Anda harapkan. Misalnya, "Aku menghormati kamu dan ibumu, namun dalam pembicaraan ini, aku ingin kita bicara tentang kita berdua dulu."

Apabila ini sulit dijalankan, coba kontak psikolog keluarga atau perkawinan, dan berkonsultasilah berdua.

(eny/eny)
Tags

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads