Selain untuk pakaian, wastra Nusantara juga dapat diolah sebagai produk interior. Tenun khas Sumba, Nusa Tenggara Timur, termasuk salah satu yang memiliki potensi besar.
Perancang interior Rina Renville mengungkapkan hal tersebut dalam diskusi 'Masa Depan & Potensi Craftmanship di Indonesia' yang digelar oleh Women Founders Indonesia (WFI) dengan dukungan Cita Tenun Indonesia (CTI) di Indonesia Design Week (IDW) 2024 beberapa waktu lalu.
"Karakter tenun Sumba sudah sangat kuat. Tantangannya, bisa dikombinasikan dengan apa?" kata Ketua Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII) DKI Jakarta periode 2019-2022 itu.
Tenun Sumba dikenal dengan motifnya yang beragam dan kaya akan simbolisme. Setiap pola memiliki makna tersendiri, sering kali berkaitan dengan kepercayaan, cerita rakyat, atau nilai-nilai budaya. Penggunaan tenun ini dalam desain interior dapat memberikan sentuhan artistik yang khas, menciptakan suasana yang tidak hanya estetik tetapi juga bermakna.
Dari warna pun menawarkan daya tarik tersendiri. Teknik pewarnaan alami menghasilkan warna-warna berpalet natural seperti terracota dan biru indigo.
Belum terlalu lama Rina berkenalan dengan tenun Sumba. Sebelumnya, ia juga pernah menggarap tenun Garut, Jawa Barat, untuk interior. Membandingkan keduanya, Rina menemukan karakteristik yang unik dari tenun Sumba.
"Benangnya lebih tebal sehingga memiliki durabilitas yang lebih lama jika digunakan untuk interior," ujarnya. Di tangan Rina, kain tersebut menjelma sebagai bangku atau dudukan hingga keranjang unik yang menyerupai kandang burung. Bisa juga dijadikan partisi atau tempat tissu.
Kain ini semakin berpotensi lantaran sejalan dengan tren interior yang belakangan semakin didominasi oleh segala sesuatu yang berorientasi dengan alam dan keberlanjutan.
Awalnya dibuat oleh kelompok etnis lokal untuk keperluan agama Marapu, tenun ikat Sumba asli dikenal dengan motif-motif rumit yang menggambarkan hewan, sosok manusia, pegunungan, serta gambaran alam lainnya. Detail dalam tenun ikat Sumba menunjukkan keahlian luar biasa para perajin tenun Sumba.
Dalam bentuk modern, Tenun Sumba menampilkan beragam motif seperti bidang geometri dan corak abstrak sesuai dengan permintaan pasar kontemporer namun tetap menjaga kearifan lokal, keanggunan, dan karakteristik uniknya. Nilai-nilai ini secara konsisten dijaga oleh CTI melalui program pelatihan dan pengembangan desain di Sumba pada tahun 2013, dipimpin oleh Koestriastuti, Pengurus CTI Bidang Pembinaan dan Pelatihan.
Dengan visinya melestarikan tenun Indonesia sebagai warisan budaya tinggi (heritage), CTI yang berdiri sejak 2008 aktif melakukan pelatihan perajin untuk memaksimalkan produksi lewat kerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan kualitas hidup para perajin. Tak hanya desainer mode, CTI juga menggandeng desainer interior.
"Perhatian Cita Tenun Indonesia pada ranah dekorasi interior telah eksis sejak awal CTI dibentuk, dengan mengikutsertakan desainer produk dan interior pada pelatihan di daerah- daerah dan penerbitan buku Woven Indonesian Textiles for the Homes," tutur Bianca Adinegoro sebagai Pengurus CTI Bidang Hubungan Masyarakat.
Simak Video "Makna Kain Tenun Sumba yang Dipakai Ketiga Capres-Cawapres di KPU"
(dtg/dtg)