Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Wujud Kesabaran Luar Biasa yang Dicontohkan Nabi Muhammad SAW

Rahma Indina Harbani - wolipop
Selasa, 07 Sep 2021 05:30 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Ilustrasi Nabi Muhammad
Foto: Getty Images/iStockphoto/ramil110
Jakarta -

Seorang utusan dan kekasih Allah SWT, Nabi Muhammad, juga pernah mendapat ujian dari Allah SWT. Namun, ujian yang ditimpakan kepadanya justru dapat dijadikan teladan hidup bagi seluruh umat Muslim.

Nabi Muhammad SAW adalah nabi utusan Allah SWT yang menjadi penutup para Nabi atau kerap kali disebut dengan Khatamul Anbiya. Ia lahir pada 12 Rabiul Awwal tahun Gajah atau 570 Masehi, tepatnya pada hari Senin, di Kota Mekah.

Sejak masa kelahirannya, Nabi Muhammad sudah mendapatkan ujian dari Allah SWT berupa kehilangan orang-orang yang dicintainya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib, meninggal dunia saat Aminah mengandung Nabi Muhammad yang baru berusia 2 bulan. Sebab itu, Nabi Muhammad lahir tanpa didampingi oleh seorang ayah.

Saat ia berusia 5 tahun setelah dipulangkan oleh ibu susuannya, Halimah binti Abu Dzuaib, Nabi Muhammad mulai tinggal bersama dengan sang ibu dan sang kakek.

ADVERTISEMENT

Setahun setelahnya, kabar duka datang kembali menghampiri Nabi Muhammad. Siti Aminah, sang ibu, harus tutup usia setelah mereka berdua ziarah ke makam Abdullah. Sepeninggal ibunya tersebut, akhirnya pengasuhan Muhammad kecil diserahkan kepada Abdul Muthalib, kakeknya.

Sang kakek dikisahkan memiliki tempat spesial karena Nabi Muhammad SAW menghabiskan masa kecil bersamanya. Namun sayangnya, saat Nabi Muhammad menginjak usia ke-8 tahun, ia harus kembali kehilangan seseorang yang istimewa baginya, sang kakek.

Kesabaran Nabi Muhammad pada Penduduk Thaif

Ujian yang datang pada Nabi Muhammad tidak hanya berhenti dalam kisah kelahirannya. Saat beliau menyebarkan dakwah atas perintah Allah SWT pun masih harus menemui ujian yang sulit.

Dilansir dari laman Universitas Islam Indonesia (UII), dikisahkan bahwa Nabi Muhammad berjalan kaki dari kota Mekkah menuju Thaif untuk berdakwah kepada penduduk Thaif. Perjalanan tersebut memakan waktu berhari-hari sampai akhirnya tiba di Rasulullah tiba.

Kisah selanjutnya klik halaman selanjutnya >>

Saat itu, Rasulullah dalam keadaan sedih karena telah ditinggalkan oleh istri tercintanya, Siti Khadijah, serta pamannya Abu Thalib. Sehingga ia memutuskan untuk mencoba berdakwah ke kota Thaif.

Namun sesampainya di sana, Rasul justru tidak mendapat sambutan yang baik sama sekali dari penduduk Thaif. Sedari awal, ia sudah menerima penolakkan dari penduduk maupun para tokoh penguasa.

Mereka menyebut bahwa mereka tidak mempercayai Nabi Muhammad sehingga melakukan pengusiran kepada Nabi. Mengutip dari buku Di Bawah Panji Muhammad karya Supriyadi, tidak hanya pengusiran yang dirasakan oleh Nabi Muhammad. Namun, ia juga menerima cemoohan, hardikan, dan lemparan baru atau benda apa pun dari para penduduk Thaif.

Lemparan benda-benda tajam tersebut membuat wajah Nabi Muhammad bercucuran dengan darah. Tubuhnya pun ikut lebam-lebam akibat terkena dengan benturan batu yang diarahkan padanya.

Rasulullah SAW pun lantas bersembunyi di sebuah kebun anggur milik orang Mekah yang bernama Rabiah. Kondisi Rasul saat itu sangat mengkhawatirkan. Sebab pakaian yang dikenakannya sudah bercampur dengan darah dan debu.

Melihat kondisi Nabi Muhammad sekacau itu, malaikat Jibril datang menawarkan bantuan untuk memberi hukuman bagi penduduk Thaif. Malaikat Jibril menawarkan untuk menimpakan gunung-gunung pada mereka.

Namun, jawaban tidak terduga justru datang dari Nabi Muhammad, ia berkata:

"Jangan engkau lakukan, wahai Jibril. Mereka memperlakukan aku seperti ini karena mereka belum tahu. Aku berharap suatu saat keturunan mereka akan menjadi pengikutku,"

Kemudian Rasulullah SAW mulai bermunajat kepada Allah:

"Aku berlindung dengan cahaya muka-Mu yang mulia, yang menyinari langit dan menerangi segala yang gelap. Dan atas-Nyalah teratur segala urusan dunia dan akhirat. Dari Engkau menimpakan atas diriku kemarahanMu atau dari Engkau turun adzab-Mu. Kepada Engkaulah aku adukan halku sehingga Engkau ridha. Tidak ada daya dan upaya melainkan dengan Engkau."

Berdasarkan kisah ini dapat terlihat bahwa ujian berat yang dihadapi oleh Nabi Muhammad tidak melunturkan kepercayaannya pada pertolongan Allah. Bahkan Rasul rela diperlakukan seperti itu oleh penduduk Thaif asalkan Allah tidak marah kepadanya.

Kisah tentang kesabaran Nabi Muhammad SAW lebih lanjut bisa klik Di Sini ya.

(rah/lus)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads