Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Wawancara Khusus Ayana Moon: Kisah Selebgram Korea Menjadi Mualaf

Gresnia Arela Febriani - wolipop
Minggu, 24 Mei 2020 12:20 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Ayana Jihye Moon
Ayana Jihyee Moon berbagi cerita tentang perjalalannya menjadi seorang mualaf. (Foto: instagram @xolovelyayana)
Jakarta -

Selebgram hijab Ayana Jihyee Moon yang berdarah Korea tapi populer di Indonesia berbagi kisah perjalanannya menjadi mualaf kepada Wolipop. Ayana yang laris jadi bintang iklan di Indonesia melalui jalan yang tak mudah untuk memeluk Islam.

Berikut wawancara eksklusif Wolipop dengan Ayana Jihyee atau Ayana Moon yang dilakukan via email:

Bagaimana Ayana Mengenal Islam?

Saat usiaku tujuh tahun, aku mengetahui tentang Islam melalui aksi teror 911 dan perang Amerika di Irak dan Afghanistan. Pada saat itu, keluargaku sering membicarakan tentang asal teroris, agama dan budaya mereka. Jadi dari sanalah aku mengetahui bahwa agama mereka adalah Islam.

Dan aku juga mengetahui, bahwa umat muslim salat lima kali sehari. Pada saat itu aku juga berpikir hal tersebut menarik, jadi aku ingin tahu kenapa mereka (orang Islam-red) melakukan itu dan untuk apa.

[Gambas:Instagram]

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT




Tapi pada saat itu tidak banyak informasi mengenai Islam, tidak seperti sekarang. Jadi aku hanya mencari di Google. Tapi masalah lainnya, aku pada saat itu belum teralu bisa bahasa Inggris. Jadi aku selalu membawa kamus bahasa Inggris, kemudian mencari di Google.

Sejak saat itu, aku mempelajari tentang Islam. Setelah bertahun-tahun mempelajarinya, aku memutuskan memeluk Islam. Saat menyatakan diri masuk Islam, bagiku tidak terlalu sulit karena aku sudah mempelajarinya bertahun-tahun dan aku memahami konsep Islam.

Bagaimana reaksi orangtua Ayana pada saat itu?

Mereka membencinya. Aku terlahir dari keluarga kelas menengah atas. Mereka bisa membiayai hidupku dan apapun yang aku inginkan. Tapi setelah aku memutuskan masuk Islam dan pindah ke negara Islam untuk mempelajari Islam, mereka memutuskan untuk menghentikan dukungan finansial untukku. Jadi aku melalui masa-masa yang sangat sulit saat itu, di mana aku kekurangan uang. Pada saat itu usiaku 19 tahun dan aku masuk Islam saat usia 16 tahun.

Bagaimana dengan reaksi teman-temanmu?

Mereka bilang aku sangat gila. Aku jelas terlahir dari keluarga kelas menengah atas dan berpendidikan. Aku juga dikelilingi orang-orang elite. Aku bisa mendapatkan prestasi yang baik dan masa depanku terlihat cerah. Tapi di Korea, ketika kamu memutuskan masuk Islam, kamu bisa kehilangan segalanya.

Teman-temanku melihatku dan mengatakan, 'kenapa aku belajar keras dengan hanya tidur 4-5 jam sehari, untuk apa, aku akan kehilangan segalanya karena pilihanku yang salah.'

Tapi mereka tidak punya niat buruk. Mereka menyanyangiku sehingga mereka khawatir, itulah kenapa mereka begitu. Dan mereka tetap temanku, terlepas dari apapun.



Baru-baru ini kamu merilis buku 'Ayana Journey to Islam', ada alasan kenapa kamu menulis kisah kamu?


Karena aku suka membaca. Dan aku tahu sekarang ini orang-orang lebih suka menonton daripada membaca. Mereka lebih suka ada di depan kamera daripada menulis cerita. Sedangkan aku masih percaya diri untuk menulis di kertas dengan pulpen.

Karena aku juga dulu sempat hidup susah tanpa dukungan finansial dari orangtua, jadi aku paham kenapa kita harus peduli pada orang lain. Jadi aku memutuskan untuk menyumbangkan sebagian penjualan bukuku. Dengan membeli buku Ayana Journey to Islam, otomatis bersedekah.

-----

Dalam bukunya, 'Ayana: Journey to Islam', Ayana Jihyee Moon yang memiliki followers di Instagram lebih dari 3 juta itu berbagi dengan detail perjalanannya menjadi mualaf. Ayana mengungkapkan keluarga dari sisi ayahnya cukup berpengaruh terhadap dunia politik, kakeknya pun merupakan sosok yang berpendidikan tinggi dan berpengetahuan luas.

"Keluarga kami memang memiliki banyak kolega dan kenalan dari luar negeri untuk bisnisnya. Salah satunya dari pamanku bahkan sempat berbisnis di Indonesia. Aku ingat mereka sering bercerita tentang perempuan-perempuan muslim dan bagaimana mereka berpakaian. Aku rasa itu adalah kali pertama dalam hidupku punya kesadaran tentang konsep agama. Semakin banyak yang diceritakan oleh kakek dan pamanku, aku semakin penasaran. Aku mencoba membaca buku, menenton berita atau dokumenter, browsing di internet untuk mengetahui budaya Islam. Saat itu berita dan artikel tentang Islam dan Timur Tengah masih jarang ditulis dalam bahasa Korea. Aku harus berusaha mencari dalam bahasa Inggris meskipun kemampuanku masih sangat minim," tulisnya dalam buku.

Saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), pemilik akun Instagram @xolovelyayana itu mempelajari Islam dengan usahanya sendiri. "Suatu hari aku menemukan buku-buku tentang studi Islam di Korea yang ditulis oleh seorang profesor. Aku pun membaca semua buku yang ditulisnya, dan bahkan mulai mengikuti acara seminar atau kuliah umum yang menampilkan profesor itu sebagai pembicara. Karena masih SMP, saat itu aku belum terlalu berani untuk ikut berdiskusi dengan orang dewasa di acara-acara tersebut. Ketika aku SMA, aku memutuskan untuk bertemu dengan profesor itu dan memperkenalkan diri sebagai penggemarnya. Sejak saat itu aku mulai berpikir bahwa aku akan memperdalam studi tentang Islam," tulis Ayana.

Sejak masuk Islam, kehidupan Ayana pun berubah total. "Aku menjadi bagian dari sebuah kelompok minoritas di Korea. Setelah masuk Islam, aku selalu membayangkan tentang apa yang dipikirkan orang lain tentang Islam. Aku mendengarkan komentar-komentar buruh tentang Islam, yang membuatku berpikir apakah itu cara orang memandangku sekarang. Komentar-komentar itu teryata menyakitiku," katanya.

Menjadi seorang muslim di Korea, Ayana mengutarakan punya banyak tantangan dan kesulitan. Kedua orangtuanya pun sebenarnya tidak menyetujui pilihannya.

"Mereka khawatir, aku akan kehilangan banyak hal jika menjadi seorang muslim. Memang pada akhirnya, aku harus melepaskan sejumlah hal demi memilih imanku. Namun, Islam membuatku semakin merasa damai dengan diriku sendiri. Tekadku sudah bulat," ujarnya.

Namun ambisinya untuk memahami Islam sepenuhnya tidak bisa terpenuhi di Korea. Ayana pun mulai berniat hijrah ke sebuah negara Islam. Setelah berbagai macam pertimbangan, akhirnya ia memilih untuk merantau ke Malaysia.

"Untuk melaksanakan niatku, selepas lulus SMA, aku mulai bekerja paruh waktu. Di saat aku berbicara dengan kedua orangtuaku tentang tekadnya dalam Islam. Aku katakan bahwa ingin serius mendalami Islam dan pergi meninggalkan Korea demi menemukan imanku. Orangtuaku lantas marah dan memutuskan untuk tidak mendukungku lagi secara finansial. Aku pun harus bekerja lebih keras untuk mengumpulka uang demi pergi ke Malaysia. Segala macam pekerjaan mulai dari bekerja di restoran sampai tutor, aku lakukan. Aku bertekad harus bisa bertahan dengan kekuatanku sendiri," ungkapnya lagi.

Kini Ayana sudah bisa berdiri dengan kakinya sendiri. Sejak hijrah ke Malaysia dan Indonesia, dia meraih popularitas. Ayana laris manis menjadi model iklan.

(dtg/dtg)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads