Ditolak Masuk ke Amerika, Hijabers Afghanistan Pembuat Robot Merasa Terhina
Eny Kartikawati - wolipop
Rabu, 05 Jul 2017 11:51 WIB
Aghanistan
-
Enam hijabers Afghanistan ditolak masuk ke Amerika Serikat. Padahal mereka seharusnya mengikuti kompetisi pembuatan robot FIRST Global Challenge yang dihelat di Washington D.C., Amerika Serikat. Kompetisi berlangsung 16 - 18 Juli 2017.
Keenam hijabers ini dua kali ditolak masuk Amerika Serikat setelah mengajukan visa bisnis untuk bertanding di kompetisi pembuatan robot. Padahal butuh perjuangan buat mereka untuk datang ke kedutaan Amerika di Afghanistan karena jarak tempuh yang sangat jauh dan dicapai dengan berjalan kaki.
Penolakan visa anak-anak muda Afghanistan ini menjadi ramai diberitakan karena adanya kebijakan Donald Trump yang memerintahkan pihak imigrasi melarang warga negara dari enam negara Muslim masuk ka Amerika Serikat. Afghanistan sebenarnya tidak termasuk dalam enam negara tersebut. Dan anehnya tim robot dari Afghanistan itu mendapatkan visa Amerika Serikat, sementara kreatornya yaitu enam hijabers muda itu gagal memperoleh visa.
Reuters yang mengonfirmasi pihak imigrasi Amerika Serikat tidak mendapatkan kejelasan soal alasan penolakan terhadap enam hijabers muda pembuat robot tersebut. Pihak imigrasi mengatakan mereka tidak bisa memberikan keterangan terkait kasus individual.
Sementara itu, dua dari enam hijabers muda Afghanistan yang visanya ditolak mengungkapkan kekecewaan mereka pada Reuters. "Kami masih tidak tahu kenapa visa kami ditolak karena negara lain yang ikut berkompetisi sudah mendapatkan visa," ujar Fatemah Qaderyan, anggota tim pembuat robot yang berusia 16 tahun.
Lida Azizi (17 tahun) yang juga anggota tim pembuat robot bersuara lebih keras terkait penolakan visa dia dan timnya. "Semua negara bisa berpartisipasi dalam kompetisi, tapi kami tidak. Jadi ini jelas sebuah penghinaan untuk Afghanistan," ujar Azizi.
Menanggapi kekecewaan tim Afghanistan, presiden kompetisi pembuatan robot FIRST Global Challenge, Joe Sestak, menyatakan simpatinya. Dia pun mengatakan bahwa keenam hijabers Afghanistan itu masih bisa mengikuti kompetisi via Skype.
"Inilah yang kami bisa lakukan untuk menghormati anak-anak perempuan berani dari Afghanistan," kata Joe.
Joe sendiri juga kurang mengerti kenapa keenam hijabers muda itu tidak mendapatkan visa. Padahal tim dari negara lain yaitu Sudan dan Iran yang negaranya ada dalam daftar negara terlarang masuk ke Amerika Serikat, justru berhasil mendapatkan visa.
(eny/eny)
Keenam hijabers ini dua kali ditolak masuk Amerika Serikat setelah mengajukan visa bisnis untuk bertanding di kompetisi pembuatan robot. Padahal butuh perjuangan buat mereka untuk datang ke kedutaan Amerika di Afghanistan karena jarak tempuh yang sangat jauh dan dicapai dengan berjalan kaki.
Penolakan visa anak-anak muda Afghanistan ini menjadi ramai diberitakan karena adanya kebijakan Donald Trump yang memerintahkan pihak imigrasi melarang warga negara dari enam negara Muslim masuk ka Amerika Serikat. Afghanistan sebenarnya tidak termasuk dalam enam negara tersebut. Dan anehnya tim robot dari Afghanistan itu mendapatkan visa Amerika Serikat, sementara kreatornya yaitu enam hijabers muda itu gagal memperoleh visa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: Dok. Reuters |
Reuters yang mengonfirmasi pihak imigrasi Amerika Serikat tidak mendapatkan kejelasan soal alasan penolakan terhadap enam hijabers muda pembuat robot tersebut. Pihak imigrasi mengatakan mereka tidak bisa memberikan keterangan terkait kasus individual.
Sementara itu, dua dari enam hijabers muda Afghanistan yang visanya ditolak mengungkapkan kekecewaan mereka pada Reuters. "Kami masih tidak tahu kenapa visa kami ditolak karena negara lain yang ikut berkompetisi sudah mendapatkan visa," ujar Fatemah Qaderyan, anggota tim pembuat robot yang berusia 16 tahun.
Foto: Dok. FIRST Global Challenge |
Lida Azizi (17 tahun) yang juga anggota tim pembuat robot bersuara lebih keras terkait penolakan visa dia dan timnya. "Semua negara bisa berpartisipasi dalam kompetisi, tapi kami tidak. Jadi ini jelas sebuah penghinaan untuk Afghanistan," ujar Azizi.
Menanggapi kekecewaan tim Afghanistan, presiden kompetisi pembuatan robot FIRST Global Challenge, Joe Sestak, menyatakan simpatinya. Dia pun mengatakan bahwa keenam hijabers Afghanistan itu masih bisa mengikuti kompetisi via Skype.
"Inilah yang kami bisa lakukan untuk menghormati anak-anak perempuan berani dari Afghanistan," kata Joe.
Joe sendiri juga kurang mengerti kenapa keenam hijabers muda itu tidak mendapatkan visa. Padahal tim dari negara lain yaitu Sudan dan Iran yang negaranya ada dalam daftar negara terlarang masuk ke Amerika Serikat, justru berhasil mendapatkan visa.
(eny/eny)
Elektronik & Gadget
Bikin Sejuk Dimanapun Kamu! Intip 3 Rekomendasi Kipas Mini Portable Di Bawah 200 Ribu
Hobbies & Activities
4 Novel Ini Menggugah Rasa dan Pikiran, Layak Dibaca Sekali Seumur Hidup
Elektronik & Gadget
Vivo iQOO 15: Flagship Baru Super Kencang dengan Snapdragon 8 Elite Gen 5 & Layar 144Hz
Elektronik & Gadget
KiiP Wireless EW56: Power Bank Magnetik yang Bikin Hidup Lebih Praktis
Artikel Terkait
ARTIKEL LAINNYA
Ivan Gunawan Gelar Garis Poetih 2026, 12 Desainer Rilis Koleksi Lebaran
Modest Fashion & Art Trade Show, 9 Negara Satukan Estetika Modest di Turki
Jakarta Modest Summit 2025
Ini Rahasia Brand Modest Damakara & Khaanan Indonesia Tembus Eropa & Amerika
Desainer Vivi Zubedi Kirimkan 300 Busananya untuk Korban Bencana Sumatera
Jakarta Modest Summit 2025
Ini Rahasia di Balik Melonjaknya Penjualan Brand: Afiliator, Bukan Influencer
Most Popular
1
Foto Kejutan Ultah ke-27 Natasha Wilona, Masih Pakai Piyama & Tanpa Makeup
2
Foto: Sydney Sweeney Seksi ala Marilyn Monroe di Karpet Merah The Housemaid
3
Viral Sound Ayu Ting Ting Ya Allah Lindungi Bilqis, Ini Kisah di Baliknya
4
8 Pasangan Drakor 2025 Paling Bikin Baper, Ada Jang Ki Yong-Ahn Eun Jin
5
Kate Middleton Dinobatkan sebagai 'Influencer Abadi' oleh British Vogue
MOST COMMENTED












































Foto: Dok. Reuters
Foto: Dok. FIRST Global Challenge