Intimate Interview
Desainer Vivi Zubedi Fokus Angkat Abaya yang Modis Namun Tetap Syar'i
Daniel Ngantung - wolipop
Rabu, 06 Apr 2016 08:51 WIB
Jakarta
-
Meski industri busana muslim dan modest wear sedang bergeliat, hanya segelintir desainer yang fokus mengangkat abaya. Vivi Zubedi adalah salah satunya. Misinya yakni mengenalkan abaya kepada wanita Indonesia sebagai busana yang bisa tampil modis dan cocok dipakai untuk segala kesempatan tanpa meninggalkan pakemnya.
Abaya merupakan busana tradisional Arab yang biasa dipakai para wanita di sana. Berwarna hitam, abaya memiliki bentuk seperti terusan panjang yang longgar dan tertutup.
Sebagai wanita berdarah Irak-Yaman ini, Vivi cukup familiar dengan abaya. Ia sudah dibiasakan oleh kedua orangtuanya mengenakan abaya sejak kecil. Namun mencari abaya di Indonesia bukanlah sesuatu yang mudah. Ia kesulitan mencari abaya yang sesuai seleranya sebagai wanita sekaligus nyaman dipakai di negara tropis.
Berangkat dari pengalaman pribadi itu, wanita berusia 29 tahun itu termotivasi untuk menghadirkan abaya yang tidak hanya modis namun nyaman tanpa meninggalkan pakemnya sehingga bersahabat bagi wanita Indonesia, khususnya mereka yang berusia muda.
Berbekal ilmu membuat pola yang didapatkannya dari kursus privat, lulusan Jurusan Akutansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumetera Utara itu memberanikan diri mendirikan label Vivi Zubedi dan Vivi Zubedi Basic. Vivi Zubedi, lahir pada 2011 silam, adalah lini pertama Vivi yang menghadirkan koleksi abaya edisi terbatas berbahan premium. Sementara Vivi Zubedi Basic yang resmi berganti nama Zubedi pada Selasa (5/4/2016), fokus pada abaya siap pakai yang ditargetkan bagi muslimah berusia 20-40 tahun.
Berdasarkan pengamatannya, abaya kurang begitu familiar di kalangan muslimah Indonesia karena dianggap hanya sebagai busana khusus ibadah. Ia teringat tanggapan seorang ibu tentang abaya saat menghapiri booth-nya di sebuah pameran beberapa tahun silam.
"Ibu itu heran kenapa aku mau jual abaya. Menurutnya, abaya kurang peminatnya karena cuma bisa dipakai saat tertentu saja seperti umroh. Di situ, aku bilang pada diri sendiri, 'I have to do something'," kenang Vivi saat ditemui selepas peluncuran Zubedi, lini abaya siap pakainya, di Hijab Dept, FX Sudirman. Menurutnya, abaya juga bisa tampil menarik tanpa harus ada modifikasi yang mencolok yang pada akhirnya melenceng dari pakem.
Kesederhanaan menjadi elemen penting yang Vivi sangat perhatikan dalam mendesain abaya untuk kedua lininya. Sebisa mungkin ia menghindari pemakaian dekorasi yang mencolok. Semisal pada label pertamanya yang identik dengan detail bordiran, Vivi menghadirkan detail tersebut dalam warna yang senada dengan bahan utamanya agar tetap terlihat sederhana.
"Orang melihat kita sebagai muslimah. Jadi, setiap pakaian yang kita pakai seharusnya bisa memancarkan kesederhanaan. Setiap pakaian yang saya buat, Insya Allah, ada unsur dakwahnya," terang Vivi.
Siasat lain ia terapkan pada label Zubedi. Supaya tetap relevan dengan target pasarnya, para muslimah muda, pada koleksi teranyarnya, mengeluarkan abaya polos yang dihiasi tulisan-tulisan unik hasil cetakan digital printing. Salah satu abaya tampil dengan tulisan salah ketik alias typo. Ada pula tulisan kaligrafi namun bukan ayat Alquran. Tapi tulisan berbunyi 'Makkah, Madinah, Jannah' yang mendominasi.
"Itu adalah tiga kata favoritku karena menggambarkan kodratku sebagai seorang Muslimah. Mekah dan Madinah adalah tempat yang wajib dikunjungi ketika aku masih hidup di dunia. Sementara Jannah adalah tujuanku setelah mati," kata desainer yang sudah tertarik pada dunia fashion sejak duduk di bangku SMP itu.
Vivi juga memerhatikan pemilihan warna. Sekitar 50-60% dari abaya rancangannya berwarna hitam. Sisanya berwarna kelam seperti abu-abu
Ia memang sebisa mungkin menghindari pemakaian warna terang seperti putih karena akan menerawang. "Tapi tidak menutup kemungkinan aku memakai warna tersebut jika aku berhasil menemukan bahan putih yang tidak menerawang," kata Vivi.
Untuk memastikan kenyamanan pemakai, desainer yang sempat memamerkan karyanya di London Fashion Week, Februari lalu itu menggunakan katun dan jetblack. Adapun jetblack adalah bahan paling dasar yang jamak dipakai dalam pembuatan abaya di Arab dan Yaman.
Ia berharap, koleksinya dapat mengubah persepsi para muslimah bahwa abaya juga bisa dipakai untuk segala kesempatan tanpa terkesan kolot namun tetap sesuai dengan nilai Islami.
"Abaya juga bisa dipakai ke mal kok, atau acara resepsi pernikahan. Tinggal kita sesuaikan saja desain dan padupadannya," ujar desainer yang berencana akan meluncurkan abaya khusus anak-anak menjelang Ramadan ini.
Ditanya tertarik untuk mendesain busana muslim selain abaya, Vivi menjawab, "Aku akan fokus saja di abaya." (dng/eny)
Abaya merupakan busana tradisional Arab yang biasa dipakai para wanita di sana. Berwarna hitam, abaya memiliki bentuk seperti terusan panjang yang longgar dan tertutup.
Sebagai wanita berdarah Irak-Yaman ini, Vivi cukup familiar dengan abaya. Ia sudah dibiasakan oleh kedua orangtuanya mengenakan abaya sejak kecil. Namun mencari abaya di Indonesia bukanlah sesuatu yang mudah. Ia kesulitan mencari abaya yang sesuai seleranya sebagai wanita sekaligus nyaman dipakai di negara tropis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbekal ilmu membuat pola yang didapatkannya dari kursus privat, lulusan Jurusan Akutansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumetera Utara itu memberanikan diri mendirikan label Vivi Zubedi dan Vivi Zubedi Basic. Vivi Zubedi, lahir pada 2011 silam, adalah lini pertama Vivi yang menghadirkan koleksi abaya edisi terbatas berbahan premium. Sementara Vivi Zubedi Basic yang resmi berganti nama Zubedi pada Selasa (5/4/2016), fokus pada abaya siap pakai yang ditargetkan bagi muslimah berusia 20-40 tahun.
Berdasarkan pengamatannya, abaya kurang begitu familiar di kalangan muslimah Indonesia karena dianggap hanya sebagai busana khusus ibadah. Ia teringat tanggapan seorang ibu tentang abaya saat menghapiri booth-nya di sebuah pameran beberapa tahun silam.
"Ibu itu heran kenapa aku mau jual abaya. Menurutnya, abaya kurang peminatnya karena cuma bisa dipakai saat tertentu saja seperti umroh. Di situ, aku bilang pada diri sendiri, 'I have to do something'," kenang Vivi saat ditemui selepas peluncuran Zubedi, lini abaya siap pakainya, di Hijab Dept, FX Sudirman. Menurutnya, abaya juga bisa tampil menarik tanpa harus ada modifikasi yang mencolok yang pada akhirnya melenceng dari pakem.
Kesederhanaan menjadi elemen penting yang Vivi sangat perhatikan dalam mendesain abaya untuk kedua lininya. Sebisa mungkin ia menghindari pemakaian dekorasi yang mencolok. Semisal pada label pertamanya yang identik dengan detail bordiran, Vivi menghadirkan detail tersebut dalam warna yang senada dengan bahan utamanya agar tetap terlihat sederhana.
"Orang melihat kita sebagai muslimah. Jadi, setiap pakaian yang kita pakai seharusnya bisa memancarkan kesederhanaan. Setiap pakaian yang saya buat, Insya Allah, ada unsur dakwahnya," terang Vivi.
Siasat lain ia terapkan pada label Zubedi. Supaya tetap relevan dengan target pasarnya, para muslimah muda, pada koleksi teranyarnya, mengeluarkan abaya polos yang dihiasi tulisan-tulisan unik hasil cetakan digital printing. Salah satu abaya tampil dengan tulisan salah ketik alias typo. Ada pula tulisan kaligrafi namun bukan ayat Alquran. Tapi tulisan berbunyi 'Makkah, Madinah, Jannah' yang mendominasi.
"Itu adalah tiga kata favoritku karena menggambarkan kodratku sebagai seorang Muslimah. Mekah dan Madinah adalah tempat yang wajib dikunjungi ketika aku masih hidup di dunia. Sementara Jannah adalah tujuanku setelah mati," kata desainer yang sudah tertarik pada dunia fashion sejak duduk di bangku SMP itu.
Vivi juga memerhatikan pemilihan warna. Sekitar 50-60% dari abaya rancangannya berwarna hitam. Sisanya berwarna kelam seperti abu-abu
Ia memang sebisa mungkin menghindari pemakaian warna terang seperti putih karena akan menerawang. "Tapi tidak menutup kemungkinan aku memakai warna tersebut jika aku berhasil menemukan bahan putih yang tidak menerawang," kata Vivi.
Untuk memastikan kenyamanan pemakai, desainer yang sempat memamerkan karyanya di London Fashion Week, Februari lalu itu menggunakan katun dan jetblack. Adapun jetblack adalah bahan paling dasar yang jamak dipakai dalam pembuatan abaya di Arab dan Yaman.
Ia berharap, koleksinya dapat mengubah persepsi para muslimah bahwa abaya juga bisa dipakai untuk segala kesempatan tanpa terkesan kolot namun tetap sesuai dengan nilai Islami.
"Abaya juga bisa dipakai ke mal kok, atau acara resepsi pernikahan. Tinggal kita sesuaikan saja desain dan padupadannya," ujar desainer yang berencana akan meluncurkan abaya khusus anak-anak menjelang Ramadan ini.
Ditanya tertarik untuk mendesain busana muslim selain abaya, Vivi menjawab, "Aku akan fokus saja di abaya." (dng/eny)
Hobbies & Activities
4 Novel Ini Menggugah Rasa dan Pikiran, Layak Dibaca Sekali Seumur Hidup
Elektronik & Gadget
KiiP Wireless EW56: Power Bank Magnetik yang Bikin Hidup Lebih Praktis
Home & Living
Tidak Perlu Repot Bawa Setrika Besar! Setrika Ini Harus Kamu Bawa saat Traveling
Health & Beauty
Bulu Mata Lentik Instan Tanpa Ribet! Cek 3 Produk Ini, Praktis untuk Pemula
Artikel Terkait
ARTIKEL LAINNYA
Kisah Wanita Dulu Kelaparan, Kini Pemilik 36 Agensi Model di Indonesia
Intimate Interview
Kisah Wanita Sarjana Peternakan Sukses Bangun Brand Busana dan Hijab Anak
Miss Universe Indonesia 2025
Profil Mahasiswi Kedokteran UI, Finalis Berhijab di Miss Universe Indonesia
Intimate Interview
Hijabers Ini Raup Omzet Ratusan Juta dari Bisnis Daster, Awalnya Jual Pulsa
Hijab Hunt
Kisah Inspiratif Nabila, Alumni Hijab Hunt Kini Jadi Desainer Modest Fashion
Most Popular
1
Potret Pacar yang Temani Scott McTominay di Napoli, Dijuluki 'Queen of Italy'
2
Viral Aksi Nekat Selingkuhan Panjat Dinding Apartemen Demi Hindari Istri Sah
3
Istri Digugat Cerai Karena Tolak Donorkan Hati Untuk Suami, Begini Endingnya
4
Toko Perhiasan The Palace Hadir di Papua, Buka Toko di Paragon Square Sorong
5
Tiffany SNSD & Byun Yo Han Ngaku Cinlok, Ungkap Rencana Soal Pernikahannya
MOST COMMENTED











































