Hari yang penuh haru bagi Sri Mulyani di gedung Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Selasa (9/9/2025). Pada momen terakhirnya sebagai menteri keuangan, ia mengucapkan selamat tinggal dengan pilihan busana yang tak hanya elegan khas perempuan Indonesia, tapi simbol yang personal, sarat kelembutan dan kasih sayang.
Masa jabatan Sri Mulyani berakhir setelah Presiden Prabowo melakukan reshuffle jilid dua kabinet Merah Putih. Ia digantikan Purbaya Yudhi Sadewa yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Kiprah Sri Mulyani memimpin Kemenkeu dimulai dari era Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (2005-2010), lalu kembali saat pemerintahan Joko Widodo (2016-2024) setelah sempat berkarier di Bank Dunia.
Berada di pucuk kepemimpinan, Sri Mulyani sadar bahwa penampilannya selalu berada di bawah sorotan publik. Atensi tersebut dimanfaatkannya untuk menebar semangat mencintai produk dalam negeri lewat berbusana dari kain Nusantara.
Batik, tenun, songket dalam rupa atasan atau bawahan bernuansa klasik hingga kontemporer, hampir tak pernah absen menemani Sri Mulyani bertugas. Bahkan ketika menghadiri pertemuan internasional di luar negeri, pilihan busananya tetap sama dan menjadi sebuah misi diplomasi budaya tersendiri.
Aksesori yang menemani, seperti tas, juga buatan perajin lokal. Jarang terlihat perempuan kelahiran 26 Agustus 1962 itu menenteng tas keluaran luxury brand ternama.
Dalam kesempatan yang lebih formal, wajib baginya untuk mengenakan kebaya yang beberapa di antaranya merupakan rancangan desainer Didiet Maulana. Namun, kebaya terasa sangat personal buat Sri Mulyani yang terlahir dari keluarga Jawa.
"Bagi saya, kebaya bukan sekadar busana tradisional. Ia adalah cermin identitas, lambang kelembutan yang berani, dan pengingat bahwa sebagai perempuan Indonesia, kita punya akar yang kuat untuk berpijak, dan sayap budaya untuk terus terbang. Hari ini, kita merayakan tradisi itu dengan penuh rasa hormat dan bangga," tulisnya di Instagram pada Juli lalu saat merefleksikan perayaan Hari Kebaya Nasional.
Dengan kebaya bersama filosofinya yang diyakini itu, ia merampungkan perjalanan di Kemenkeu. Kebaya Sri Mulyani hadir dalam siluet baju kurung lengan panjang polos tanpa brokat sehingga menonjolkan keindahan motif batik klasik semi-buketan selendang dan kain bawahannya.
Fashion statement dari Sri Mulyani tampaknya tak berhenti pada kebaya saja. Busananya kian bermakna berkat warna rose gold yang menjadi palet utama, tak hanya baju kurung, tapi juga riasan wajah.
Menurut Leatrice Eiseman, pakar warna dari Pantone Institute, rose gold bisa memancarkan efek tertentu bagi sebagian orang. "Belas kasih, ketenangan, kehangatan, sesuatu yang menarik perhatian dan memiliki daya tarik besar," tuturnya seperti dikutip situs Wired dalam sebuah artikel tentang tren rose gold yang mendominiasi fashion hingga perangkat teknologi pada 2016.
Adapun situs jenama perhiasan Robinson's Jewelers memaknai warna tersebut sebagai lambang dari cinta, dan kasih sayang. Lebih lanjut, warna ini juga erat kaitannya dalam pemulihan jiwa (emotional healing).
Penjelasan tersebut terasa relevan dengan situasi yang dihadapi Sri Mulyani baru-baru ini.
Perempuan yang pernah menempati urutan ke-38 daftar The World's 100 Most Powerful Women versi Forbes (2023) sedang memulihkan diri pasca- insiden penjarahan rumahnya menyusul aksi demonstrasi terhadap Dewan Perwakilan Rakyat pada aksi Agustus lalu.
Momen sertijab sekaligus menandai kemunculan perdananya setelah peristiwa tersebut. "Tidak ada gading yang tak retak. Tidak ada manusia yang sempurna. Dengan segala kerendahan hati, saya memohon maaf. Pasti dalam menjalankan amanah, tugas dan tanggung jawab, ada kekurangan, ada kekhilafan," katanya dalam pidato perpisahan.
Dalam balutan kebaya rose gold, ia berpamitan sembari menahan tangis saat melihat ratusan pegawai Kemenkeu melepasnya dengan rose (bunga mawar) yang sebenarnya.
Simak Video "Video Makna Kebaya Hitam yang Dikenakan Cucu Bung Hatta di HUT ke-80 RI"
(dtg/dtg)