×
Ad

Melestarikan Wastra di Era Digital dan Upaya Mendukung UMKM

Daniel Ngantung - wolipop
Sabtu, 30 Nov 2024 20:13 WIB
Koleksi BinHouse yang menampilkan kain tradisional. (Foto: Mohammad Abduh/detikcom)
Jakarta -

Fashion scene di Indonesia sekitar 10-15 tahun lalu mungkin jauh berbeda dari sekarang. Makna dan fungsi berbusana tradisional kala itu mungkin hanya sebatas seremoni. Tapi siapa sangka jika bersolek dengan wastra kini sudah jamak dan menjadi bagian dari gaya hidup, termasuk di kalangan anak muda urban di perkotaan.

Mudah untuk menemukan individu, baik perempuan maupun laki-laki, berseliweran dengan pakaian berpadu pada kain tradisional, atau berelemen Nusantara, di ruang publik seperti pusat belanja hingga arena konser. Bahkan di perhelatan dengan karpet merah bertabur selebriti. Dulu, meyakinkan diri untuk memakai batik ke acara formal seperti resepsi pernikahan saja sulit.

Memakai wastra yang sempat dianggap ketinggalan zaman dan kuno, kini berubah menjadi tren yang sekaligus menyimbolkan rasa nasionalisme. Tanda-tanda perubahan mulai terlihat setelah UNESCO mengukuhkan batik sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada 2 Oktober 2009 yang kemudian ditetapkan pemerintah menjadi Hari Batik Nasional.


Sejak itu, masyarakat tergerak untuk mulai mengapresiasi batik sebagai bentuk upaya pelestarian. Namun bicara tentang kain, Indonesia tentu tidak hanya memiliki batik. Kerajinan tenun yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia juga menjadi bagian yang memperkaya khasanah budaya.

Pada 16 Agustus 2021, Presiden Joko Widodo kemudian menandatangani Keputusan Presiden (Keppres) tentang Hari Tenun Nasional yang diperingati setiap tanggal 7 September. Euforia untuk merayakan busana Nusantara lewat hari nasional tak berhenti di situ.

Ada 24 Juli yang diperingati sebagai Hari Kebaya Nasional sejak tahun lalu sebagai salah satu upaya memuluskan jalan pemerintah meyakinkan UNESCO untuk menetapkan kebaya sebagai warisan budaya Indonesia. Gerakan Kebaya Goes To UNESCO yang viral di media sosial pada 2022 adalah cikal bakalnya.

Perajin dari Craft Denim, jenama tenun batik, sedang menenun di Pekalongan, Jawa Tengah, pada Agustus lalu. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

Perkembangan teknologi informasi yang pesat beberapa tahun terakhir ikut ambil andil dalam mempopulerkan lagi beragam kain tradisional di tengah masyarakat, terkhusus generasi muda seperti gen-Z (mereka yang lahir dalam kurun 1997 hingga 2012).

Dalam konteks batik, konten di TikTok dan Instagram rupanya memberi dampak positif yang kuat. Setidaknya demikian menurut Wilsen Willim, desainer muda yang tengah naik daun dengan koleksi busana kontemporer yang menyertakan batik berwarna cerah khas pesisiran Jawa.

"Batik sedang jaya-jayanya. Karena media sosial, mereka lebih tajam dalam mengenal batik," ujar Wilsen kepada Wolipop beberapa waktu lalu.

Bahkan, lanjut Wilsen, baru kali ini ia merasa dikelilingi oleh anak muda yang hobi mengoleksi batik dari kelas cap hingga batik tulis berkualitas tinggi. "Mereka sekarang berani investasi di kain," tambah perancang yang pernah mengenyam pendidikan fine art di salah satu universitas terkemuka di Singapura itu.

Di tangan desainer seperti Wilsen, wastra dikemas dengan pendekatan yang lebih modis dan fungsionalis sehingga lebih relevan dengan kebutuhan pasar. Kita tidak bisa melupakan nama para perancang senior seperti Iwan Tirta yang lebih dikenal sebagai maestro batik, Prajudi, Edward Hutabarat, dan Josephine Werratie Komara alias Obin yang memiliki kepedulian tinggi pada wastra sehingga menginspirasi generasi berikutnya.

Tentu saja, peran keterampilan para perajin yang merupakan pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) tak kalah penting. Tanpa mereka, mustahil keindahan kain tradisional yang sarat filosofi dapat tercipta. Dari hulu, mereka secara tidak langsung menggerakkan industri kreatif dan roda perekonomian Indonesia.

Subsektor fashion memberi sumbangsih besar pada nilai ekspor bidang ekonomi kreatif untuk semester I 2024 menurut data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Dengan capaian 55,65 persen atau sebesar Rp749,5 triliun dari target Rp1.347 triliun, fashion menempati urutan pertama yang kemudian disusul kriya dan kuliner.

Berdasarkan data tersebut, ekspor produk ekraf pada semester I-2024 ditopang oleh produk fashion sebesar US$ 6.767,6 juta, kriya US$ 4.755,7 juta, dan kuliner US$ 829,6 juta. Peluang pun terbuka bagi UMKM kain tradisional untuk memasarkan produk secara global selama memenuhi kualitas memenuhi standar. Apalagi, kain Indonesia dengan segala keindahannya serta pembuatan yang mendukung keberlanjutan (sustainability), seperti penggunaan material dan warna alami, sangat menarik minat konsumen asing.

Dukungan untuk UMKM

Pada 29 Oktober lalu, Alun Alun Indonesia genap berusia ke-17. Berlokasi di Grand Indonesia, tempat ini menjadi 'surga' bagi mereka yang ingin berbelanja produk kerajinan Indonesia, termasuk pakaian dari kelas perajin rumahan hingga desainer ternama.

Pencapaian usia tersebut dirayakan secara sederhana dengan acara bincang-bincang yang menampilkan Obin. Pendiri jenama Binhouse yang lebih nyaman disapa sebagai 'tukang kain' itu berbagi tips cara memakai kain tradisional Jawa bergaya klasik.

Acara yang turut dihadiri Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Veronica Tan dan mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu (kini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional) mendapat dukungan penuh dari Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Perayaan Ulang Tahun ke-17 Alun Alun Indonesia yang didukung BRI. Hadir desainer Obin dari BinHouse yang berbagi tips cara memakai busana tradisional. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

"Karena core bisnis kami mikro, jadi kami sangat support untuk UMKM dan melihat Alun Alun, mereka sudah mengkurasi semua karya tradisional dari seluruh Indonesia, lalu di dijual di sini," ujar Senior Manager Retail Payment Division BRI Chindy Vannie Arie kepada Wolipop.

Sudah lima tahun kemitraan BRI dengan Alun Alun Indonesia berjalan. "Harapannya, (dukungan) tidak berhenti di usia 17, tapi di ulang tahun berikutnya. Karena mereka benar-benar memiliki konsep yang melestarikan budaya kita," tambah Chindy.

Komitmen BRI untuk mendukung kreator mode berbasis budaya ditunjukkan pula di peragaan busana desainer Didiet Maulana yang bertajuk 'Puspa Senandika' beberapa pekan lalu.

Koleksi Svarna by Ikat Indonesia, Svarna Annual Show 2024. (Foto: Mohammad Abduh/detikcom)

"Kami bangga sekali bisa support Mas Didiet karena komitmen kami sebagai salah satu bank milik rakyat adalah mendukung industri fashion anak bangsa dari hulu ke hilir," ungkap Ninis Indriwasri selaku Executive Vice President Consumer Sales Management 1 Division BRI saat dijumpai Wolipop jelang presentasi busana dari label Svarna by IKAT Indonesia tersebut.

Ia menambahkan, BRI aktif melaksanakan banyak program yang dikhususkan untuk mendukung UMKM seperti kredit usaha rakyat atau KUR mikro yang menawarkan bunga rendah dan limit pinjaman yang tinggi, dan pembinaan di Rumah BUMN.

Jangan FOMO

Di luar itu, BRI juga menggelar Brilianpreneur setiap tahun untuk meningkatkan kapasitas para pelaku UMKM lewat kegiatan pameran dan workshop. Proses pengkurasian sedang berlangsung dan melibatkan beberapa pakar yang ahli di bidangnya.

Ion Akhmad yang telah lama melanglang buana di industri media gaya hidup termasuk salah satu kurator yang ditunjuk Brilianpreneur. Mengkurasi UMKM fashion, Ion melihat ada perbedaan partisipasi dari penyelanggaraan terdahulu.

"(Peserta) baju anak dan olahraga lagi naik," kata Ion yang dijumpai saat peragaan busana Didiet Maulana.

Presiden Jokowi di Pembukaan Brilianpreneur 2023. (Foto: BRI)

"Satu lagi, banyak juga perajin yang bikin ecoprint ikut tahun ini. Sayangnya, mungkin karena material alami yang digunakan sama, jadi tak ada yang membedakan," tambah Ion.

Menurutnya, penting bagi tiap jenama atau UMKM menemukan karakter tersendiri sehingga calon konsumen tertarik untuk membeli produknya dibanding produk dari pesaing. "Kalau tidak berkarakter, sukanya copy-paste, integritas kita sebagai pengusaha akan dipertanyakan. Di sisi lain, kita juga terlihat tidak punya kreativitas," ungkap Ion.

Harus diingat pula, lanjut Ion, jangan berkarya hanya karena FOMO (fear of missing out) atau sekadar ikut-ikutan. "Lihat modest wear lagi in, terus mau bikin juga. Kalau FOMO, jangan masuk industri fashion yang menuntut kita untuk punya identitas unik. Harus rajin-rajin juga cari referensi," katanya.

Melengkapi Brilianpreneur, ada pula Pengusaha Muda BRILiaN (PMB) yang diadakan BRI untuk mencetak pengusaha muda yang mampu menciptakan produk berkualitas sehingga laik untuk diekspor.

Adapun PMB 2024 yang kegiatan pembekalannya sedang berlangsung diikuti oleh 150 peserta terpilih. Pelaku UMKM dari bidang mode dan wastra berjumlah 35 peserta atau kedua terbanyak setelah kuliner. Sebuah antusiasme yang sekali lagi memberi hawa positif bagi kemajuan industri mode Tanah Air.

Infografis Peserta Pengusaha Muda BRILiaN 2024. (Desain: Fuad Hasim/detikcom)

Tahun depan pemerintah berencana menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen yang kemungkinan bakal menurunkan daya beli konsumen.

Sudah terbukti bahwa Indonesia kaya potensi, baik dari alam hingga manusianya. Namun, dukungan dalam bentuk pemberian modal dan peningkatan kapasitas seperti yang BRI sangat krusial bagi UMKM untuk tetap berkarya sekaligus memastikan warisan budaya Indonesia terlestarikan.

Tahun ini, BRI akan genap berusia 129 tahun pada 16 Desember mendatang. 'BRILiaN dan Cemerlang', demikian slogan yang diusung. Ninis mengungkapkan, pencapaian tersebut direfleksikan oleh BRI dengan terus berupaya menyokong para pelaku UMKM Indonesia.

"Apalagi industri kreatif sangat digalakkan oleh pemerintah untuk mendapatkan devisa lebih banyak dan Indonesia kaya dengan budayanya, seperti kain-kain tradisionalnya. Ditambah lagi, kita juga punya perajin dan desainer yang sangat bertalenta. Tentu saja BRI harus selalu hadir," tambah Ninis.



Simak Video "Video: 4 Kegiatan yang Bisa Kamu Lakuin di Brightspot Market 2025"

(dtg/dtg)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork