Busana yang gender fluid atau fleksibel tanpa memandang gender cukup mendominasi tren busana masa kini. Wilsen Willim mencoba menawarkan versinya yang lebih elegan lewat koleksi bertajuk 'HuMAN'.
Presentasi koleksi tersebut mewarnai perhelatan Plaza Indonesia Men's Fashion Week 2024 beberapa waktu lalu. Sesuai tema acara, Wilsen fokus pada busana pria yang dikemasnya sedemikian rupa untuk mengakomodasi mereka yang tak takut mengekspresikan diri.
Desainer yang menempuh pendidikan fine-art di Singapura itu bermain dengan ide busana yang 'genderless'.
Belakangan, memang banyak perancang Indonesia yang mengadaptasi tren tersebut. "Tapi hampir semuanya menampilkan gender fluid yang cenderung vulgar. Sebaliknya, saya melakukan pendekatan yang lebih elegan," kata Wilsen kepada Wolipop.
Bayangkan busana formal dengan estetika tailoring yang kuat, seperti Thom Browne, tapi diberi sentuhan khas Wilsen seperti elemen berbentuk kincir.
Hadir pula beberapa sentuhan batik yang kerap menaikkan nama Wilsen Willim dalam beberapa tahun terakhir terselip pada beberapa rancangan.
Material katun, katun jepang, tulle, dan quilted dikemas menjadi potongan celana, celana pendek, jaket, jas, mantel, kemeja, celemek lipit, korset, rok, dan kaus yang dituangkan dalam warna netral seperti putih, hitam, biru gelap, dan abu.
Wilsen yang belakangan intens mengeksplor wastra mengaplikasikan tulle yang berkarakter menerawang sebagai luaran. Alhasil efek yang dihasilkan lebih elegan, ketimbang dipakai begitu saja untuk mengekspos bagian tubuh.
Aksen batik, lipit, payet, jelujur, dan bordir kembali diangkat oleh Wilsen, dan uniknya ada teknik payet tambour India dan laser cut yang turut meramaikan aneka teknik pada koleksi kali ini. Permainan olah kain dan refined embellishment ini untuk memberi sentuhan modis pada tiap rancangan.
Siapapun bebas berekspresi, tanpa terkecuali para pria. Apapun pilihan gayanya, mau itu sesuai gender atau tidak.
Simak Video "Wilsen Willim, Desainer Muda yang Peduli Tenun dan Batik Lawas"
(dtg/dtg)