Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Kain Negeri di JF3 2024, Adu Ide dan Kreatif Desainer IFDC Garap Wastra

Daniel Ngantung - wolipop
Selasa, 30 Jul 2024 15:54 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Koleksi IPMI [Ikatan Perancang Mode Indonesia] bertempat di La Piazza Fashion Teen, di JF3 Fashion Festival 2024, Kelapa Gading Jakarta, Jumat [26/7/2024]. Foto: Mohammad Abduh/detikcom.
Peragaan 'Kain Negeri' persembahan desainer IPMI/IFDC di JF3 Fashion Festival 2024. (Foto: Mohammad Abduh/detikcom)
Jakarta -

Desainer Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) atau Indonesian Fashion Designer Council (IFDC) kembali ambil bagian dalam JF3 Fashion Festival lewat presentasi 'Kain Negeri'. Perhelatan ini memberi kesempatan para anggotanya untuk mengeksplor wastra dan mengemasnya serelevan mungkin agar tidak tergerus oleh zaman.

Didirikan pada 1985, salah satu organisasi mode tertua di Indonesia yang menaungi nama besar seperti Sebastian Gunawan, Didi Budiardjo, dan Mel Ahyar ini mewajibkan para desainernya mampu menggarap kain tradisional. Itu mengapa, 'Kain Negeri' sudah menjadi agenda rutin IFDC di setiap JF3 Fashion Festival.

IPMI Kain Negeri JF3 Fashion Festival 2024Desainer Yogie Pratama sebagai perwakilan IPMI, Ria Miranda, Yosafat Dwi Kurniawan, Wilsen Willim, Adeline Esther, dan Rama Dauhan, saat jumpa pers 'Kain Negeri' di JF3 Fashion Festival 2024. (Foto: Dok. JF3)

Tahun ini, giliran Wilsen Willem, Rama Dauhan, dan tiga anggota baru Ria Miranda, Yosafat Dwi Kurniawan, dan Adeline Esther. "Ini kali pertama aku show bareng IFDC. Pressure tentu ada, tapi aku bersyukur karena para senior sangat mendukung," ujar Ria yang lebih dikenal sebagai perancang busana modest wear.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rancangan Yosafat yang berjudul 'Cantik Manis' membuka 'Kain Negeri' di Jakarta Fashion Festival 2024. Lagu lembut 'CucurrucucΓΊ Paloma' dengan petikan gitar dan suara pria yang merdu mengiringi langkah para model yang muncul dalam busana bernuansa perak.

Koleksi IPMI [Ikatan Perancang Mode Indonesia] bertempat di La Piazza Fashion Teen, di JF3 Fashion Festival 2024, Kelapa Gading Jakarta, Jumat [26/7/2024]. Foto: Mohammad Abduh/detikcom.Koleksi Yosafat Dwi Kurniawan (Foto: Mohammad Abduh/detikcom)

ADVERTISEMENT

"Saya agak terobsesi dengan warna-warna metalik. Tantangannya bagaimana membuat palet tersebut terlihat manis dan cantik di koleksi ini," ungkap Yosafat.

Yosafat mempersembahkan keanggunan kain tradisional asal kampung halamannya, Pekalongan, Jawa Tengah. Dengan teknik batik cap, ia menerjemahkan inspirasinya ke dalam motif tribal dan bunga sakura yang dinamai 'Sakura Gerjak'.

Koleksi IPMI [Ikatan Perancang Mode Indonesia] bertempat di La Piazza Fashion Teen, di JF3 Fashion Festival 2024, Kelapa Gading Jakarta, Jumat [26/7/2024]. Foto: Mohammad Abduh/detikcom.Koleksi Yosafat Dwi Kurniawan (Foto: Mohammad Abduh/detikcom)

Kain songket dengan benangnya yang kemilau menjadi elemen kunci dalam koleksi yang terdiri dari delapan look. Busana yang mendominasi antara lain blouse, shirt-dress, rok berpeplum yang feminin.

Giliran kreasi Rama Dauhan yang naik pentas. Terinspirasi oleh hasrat para selir Keraton Surakarta terhadap pemberontakan peran gender dalam tatanan kerajaan, Rama menginterpretasi batik dalam konsep androgyny dalam tajuk 'Gelora'.

Kali ini, ia berkolaborasi dengan Rumah Batik Cempaka, produsen batik Surakarta yang masih mempertahankan metode membatik tradisional. Motif klasik pun bermunculan, tapi terasa modern dengan cutting yang bernapas urban. Rama juga menyertakan atasan beskap yang belakangan sedang digandrungi.

Koleksi IPMI [Ikatan Perancang Mode Indonesia] bertempat di La Piazza Fashion Teen, di JF3 Fashion Festival 2024, Kelapa Gading Jakarta, Jumat [26/7/2024]. Foto: Mohammad Abduh/detikcom.Kreasi Rama Dauhan (Foto: Mohammad Abduh/detikcom)

'Keong Mas', demikian tajuk koleksi Adeline Esther, menyusul kemudian. Kali ini, ia seperti ditantang keluar dari zona nyamannya. "Aku baru pertama menggarap batik. Koleksi yang ditampilkan juga lebih ready to wear," kata perancang yang mendesain berdasarkan pesanan klien (bespoke) ini.

Batik Pekalongan juga menjadi pilihannya, tapi ditambah sentuhan prada emas nan mewah. Ia lalu mengemasnya dalam siluet modern dan drape nan anggun. Sebagai pelengkap cerita 'Keong Mas', ia menyertakan aksesori karya Rinaldy A. Yunardi berupa clutch bag berbentuk Keong Mas dan anting-anting unik.

IPMI Kain Negeri JF3 Fashion Festival 2024IPMI Kain Negeri JF3 Fashion Festival 2024 Foto: Dok. JF3

Setelahnya, muncul koleksi dari Ria Miranda yang sekali lagi kepincut pesona tenun khas Garut Jawa Barat. Inspirasinya kali ini datang dari kisah cinta Naito, mantan tentara Jepang, kepada tenun Garut.

Cintanya disebut abadi Meski Naito gugur dalam peperangan, tapi rasa kasih sayangnya tertuang dalam warisan tenun dan sutra Garut yang dibudidayakannya kepada masyarakat sekitar. Siluet modern yang chic, dihiasi renda dan drapery.

Koleksi IPMI [Ikatan Perancang Mode Indonesia] bertempat di La Piazza Fashion Teen, di JF3 Fashion Festival 2024, Kelapa Gading Jakarta, Jumat [26/7/2024]. Foto: Mohammad Abduh/detikcom.Kreasi Wilsen Willim (Foto: Mohammad Abduh/detikcom)

Wilsen Willim, desainer yang belakangan tengah naik daun, menjadi pamungkas 'Kain Negeri'. Bukan kali pertama ia menggarap wastra, tapi Wilsen mencoba menawarkan sesuatu yang berbeda.

Dalam koleksinya, Wilsen Willim berkolaborasi dengan aktor sekaligus kolektor dan pemerhati wastra, Chandra Satria, untuk mengangkat karya Maestro Tenun Sutera, Simon 'Lenan' Setijoko. Terinspirasi dari keahlian Lenan dalam mengolah kain tenun sutera liar dengan aksen sulam, batik, dan lukisan, Wilsen merancang delapan tampilan karya seni yang dapat dikenakan (wearable art). Meski dikenal dengan busana kontemporer siap pakai, kali ini ia ingin mengangkat wastra sebagai sebuah karya seni yang memiliki nilai tinggi di mata dunia.

IPMI Kain Negeri JF3 Fashion Festival 2024Kreasi Wilsen Willim. (Foto: Dok. JF3)

"Senang rasanya bisa kembali membuat sesuatu yang lebih artsy setelah selama ini lebih fokus pada koleksi yang komersial," kata desainer yang sempat menimba ilmu fine art di Singapura.

Ukuran kain yang kecil tidak membatasi ruang gerak Wilsen untuk berkarya. Ia lantas mengemas kain-kain tersebut sebagai aksen yang memukau. Berbagai pilihan blazer mendominasi koleksi ini dengan detail pin wheel khasnya yang tetap setia menghiasi.

(dtg/dtg)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads