Sejak pertama kali digelar 20 tahun lalu, Jakarta Fashion & Food Festival (JF3) terus berupaya memajukan industri mode Tanah Air. Semangat tersebut berlanjut lagi tapi dengan eksekusi yang berbeda dan lebih relevan.
Dalam perjalanannya, JF3 melalui berbagai perubahan demi beradaptasi untuk memaksimalkan dukungannya bagi pelaku kreatif mode Indonesia. Agar tujuan tersebut tercapai, JF3 Fashion Festival diperkenalkan dua tahun lalu sebagai format baru JF3 yang fokus pada bidang fashion.
Tak berhenti di situ, JF3 terus berbenah diri. "Saya rasa kita sangat membutuhkan visi yang baru agar JF3 ini tidak jalan di tempat," ujar Thresia Mareta sebagai pendiri jenama Lakon sekaligus Advisor JF3 saat jumpa pers di Gafoy Summarecon Mall Kelapa Gading, Kamis (18/7/2024).
Seperti tahun sebelumnya, JF3 Fashion Festival berlangsung di dua tempat. Pekan pertama di Summarecon Mall Kelapa Gading (MKG) pada 18-28 Juli, lalu berlanjut ke Summarecon Mall Serpong (SMS) pada 26 Juli-4 Agustus.
Bedanya, masing-masing lokasi memiliki tema tersendiri. SMS didedikasikan untuk street fashion, sementara MKG fokus dengan nuansa budaya dan spirit keberlanjutannya. Selain fashion show, juga terdapat bazar.
Khusus untuk SMS, hadir DRP Jakarta sebagai buah kolaborasi JF3 dan DRP Paris. Di negara asalnya, DRP dikenal sebagai festival streetwear dan budaya pop yang digandrungi kaum muda Paris. DRP Jakarta lantas menandai kehadiran pertama DRP di Asia.
"Saya rasa DRP bisa membantu mengangkat derajat brand lokal kita. Kalau produk-produk kita disandingkan dengan merek luar negeri, tentu Indonesia tidak disepelekan," kata Thresia.
Thresia mengatakan, tak ingin JF3 Fashion Festival sekadar menjadi ajang pamer karya perancang. Para desainer dan jenama yang ambil bagian, khususnya yang baru merintis, sejatinya juga harus dibantu untuk meningkatkan kapasitas sehingga mampu bersaing, baik di negeri sendiri maupun internasional.
Oleh karena itu, JF3 Fashion Festival juga konsisten menggelar Pintu Incubator yang memasuki tahun ketiganya. Thresia menginisiasi program tersebut dengan menggandeng Kedutaan Besar Perancis, melalui Institut Français d'Indonesie (IFI). Mentor dari para profesional di Indonesia, pakar mode juga pelaku bisnis mode dari Prancis dilibatkan untuk membekali para peserta yang merupakan desainer terkurasi.
Dua desainer atau jenama yang terpilih berkesempatan untuk berpartisipasi di Paris Trade Show, salah satu pameran dagang mode terbesar di dunia yang dihadiri para buyers internasional.
"Yang daftar lebih banyak dari tahun lalu, tapi kami pilih lebih sedikit. Kalau tahun lalu 12, sekarang hanya tujuh peserta dengan harapan bisa fokus mempersiapkan para peserta," kata Thresia.
Chairman JF3 Soegianto Nagaria berharap JF3 dapat semakin memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan industri mode Indonesia sebagai salah satu tulang punggung ekonomi kreatif.
Ia mengatakan, "Kami selalu berusaha berkontribusi, walau mungkin hasilnya tidak seberapa. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, seperti krisis ekonomi dan pandemi, JF3 tetap digelar. Pelaku industri mode harus terus bergerak maju agar visi kami untuk memajukan industri mode bisa terwujud sepenuhnya."
Simak Video "Seusai Jatuh di Runway, Naura Ayu Siap Tampil Lagi di JF3"
(dtg/dtg)