Keindahan bunga tiada hentinya menginspirasi Biyan Wanaatmadja, baik dalam memaknai hidup, maupun berkarya. Untuk kesekian kalinya, elemen floral menghiasi kreasi sang desainer. Teranyar, ia mencoba menawarkannya dalam estetika abad ke-17 yang sempat menjadi salah satu tren kunci beberapa tahun terakhir.
Bertempat di InterContinental Pondok Indah Jakarta, Selasa (18/6/2024), Biyan mempersembahkan koleksi Spring-Summer 2025 yang terdiri dari 100-an busana untuk pria dan wanita.
Secara gamblang, desainer yang tahun lalu merayakan empat dekade berkarya, memilih 'Fleur' sebagai tajuk presentasinya yang turut disaksikan oleh sejumlah selebriti papan atas seperti Dian Sastrowardoyo dan Reza Rahadian dari front row. 'Fleur', yang dalam bahasa Prancis berarti 'bunga'.
Tanpa konotasi yang tersirat, pemilihan judul tersebut cukup untuk menggambarkan cinta murni Biyan dan betapa bunga sangat bermakna baginya.
"Bunga mengajari saya untuk bersabar, berbagi, dan menikmati waktu yang ada. Bunga juga mengajari saya arti keanggunan, dan paling utama, pentingnya mengucup syukur tiada henti," tulis Biyan dalam keterangan tertulisnya.
Tak ada taman megah buatan dengan pohon-pohon yang berbaris di sepanjang catwalk seperti tahun-tahun sebelumnya. Hanya sebuah bangunan rangka yang membentuk sebuah rumah. Dari bunga, Biyan tampaknya juga belajar makna sebuah kesederhanaan.
But, Biyan is just being Biyan. Koleksinya senantiasa lekat dengan segala sesuatu yang maksimal. Kaya warna, kaya tekstur, kaya ornamen, dalam siluet busana yang bervariasi.
Segalanya berpadu apik berkat kepiawaian artistik perancang jebolan The London Collage of Fashion di London, Inggris, pada 1981 itu.
Guratan botani khas Biyan diaplikasikan dalam berbagai bentuk dan ukuran, dipadukan dengan berbagai tekstur kain seperti twill silk, organza silk, organza cotyon, linen, katun yang ringan dan berayun, cocok untuk musim panas.
Material-material lain seperti taffeta, tule, lamé jacquard juga turut memberikan karakter yang memperkaya koleksi, membungkusnya dalam kesan feminin yang melekat.
Kejayaan mode dari era regency (awal hingga pertengahan 1800) menjadi rujukan Biyan untuk menginjeksikan sentuhan-sentuhan yang lebih segar dari koleksi terdahulunya.
Maka muncul atasan dengan berbagai bentuk kerah yang dramatis dan lengan bervolume seperti yang mendominasi pakaian bergaya Victorian. Sentuhan lace turut mempertegas inspirasi tersebut.
Apakah ini tanda kembalinya 'regency core'? Demam tren tersebut sempat merebak menyusul kehadiran serial 'Bridgerton' beberapa tahun lalu. Entah kebetulan atau tidak, musim terbaru drama produksi Netflix itu juga baru tayang.
Biyan sekali lagi bermain aman dengan segala sesuatu yang berbau bunga. Bagi mereka yang mendambakan sesuatu yang baru dari perancang kondang ini, mungkin harus kembali menunggu.
Seperti kata Biyan tentang pelajaran hidup yang dipetiknya dari bunga, nikmati saja apa yang ada sekarang.
Simak Video "Studio 133 Biyan Buka Gerai di Plaza Senayan, Kolaborasi dengan Metro"
(dtg/dtg)