Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Sabar dan Konsisten, Cara Ampuh Buat Desainer Indonesia Taklukkan Paris

Daniel Ngantung - wolipop
Minggu, 30 Jul 2023 15:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

PARIS, FRANCE - SEPTEMBER 28: (EDITORIAL USE ONLY - For Non-Editorial use please seek approval from Fashion House) A model walks the runway during the Saint Laurent Womenswear Spring/Summer 2022 show as part of Paris Fashion Week on September 28, 2021 in Paris, France. (Photo by Pascal Le Segretain/Getty Images)
Peragaan Saint Laurent Koleksi Spring 2022 di Paris Fashion Week pada September 2021. (Foto: Getty Images/Pascal Le Segretain)
Jakarta -

Sebagai pusat mode dunia, Paris menjadi destinasi bagi desainer dari seluruh dunia yang ingin mengecap kesuksesan global. Namun, berbekal kreativitas dan modal uang saja tidak cukup.

Para desainer dan jenama yang ingin mencoba peruntungannya di Paris harus benar-benar memastikan kesiapan sebelum terjun langsung ke lapangan. Tak hanya produk hingga strategi pemasaran, tapi pertahanan mental juga tak boleh diabaikan.

Demikian salah satu poin kesimpulan dari diskusi yang mengusung topik 'Gambaran Industri Mode Global Setelah Pandemi dan Potensi Indonesia di Mata Pelaku Internasional' di Institut Francais Indonesia (IFI) Thamrin, Jakarta, beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hadir sebagai panel pembicara, para pakar dan pelaku industri mode yang didatangkan langsung dari Paris. Mereka juga berada di Indonesia sebagai mentor Pintu Incubator, program inkubasi buah kolaborasi Jakarta Fashion & Food Festival (JF3), Lakon Indonesia, dan Kedutaan Besar Prancis, yang diadakan untuk menyiapkan para desainer dan jenama lokal agar mampu bersaing di pasar global, terkhusus Paris.

PARIS, FRANCE - SEPTEMBER 24:  Blake Lively attends the Christian Dior show as part of the Paris Fashion Week Womenswear Spring/Summer 2019 on September 24, 2018 in Paris, France.  (Photo by Pascal Le Segretain/Getty Images For Christian Dior)Peragaan busana Dior di Paris Fashion Week. (Foto: Pascal Le Segretain/Getty Images For Christian Dior)

Julie Charvy selaku Sales Director Printemps Haussman, sebuah department store eksklusif di Paris, mengatakan persaingan di Paris masih didominasi oleh para pemain lama dari luxury brand. "Namun, tetap ada kesempatan bagi jenama berskala kecil atau mereka yang baru merintis," ujar Julie.

ADVERTISEMENT

Kemungkinan untuk bisa menonjol, lanjut Julie, jika produk yang ditawarkan berkualitas, unik, sarat filosofi, dan sustainable (terbuat dari material ramah lingkungan). Indonesia dengan segala keunikan warisan budayanya memiliki potensi tersebut.


"Anda tidak hanya menjual pakaian, tapi juga pengalaman. Untuk pasar yang lebih matang seperti Paris, konsumen lebih suka membeli lebih sedikit barang dan mahal, tapi bernilai tinggi. Tren ini baru terjadi karena efek pandemi," kata Julie.

Damien Pommeret dari The Woolmark Company turut memastikan bahwa syarat sustainable fashion tidak bisa ditawar lagi. Apalagi masalah kerusakan lingkungan semakin disoroti belakangan ini.

Koleksi Mel Ahyar Di Jf3 Fashion Festival 2022Koleksi Mel Ahyar di JF3 Fashion Festival 2022. Mel Ahyar merupakan satu dari segelintir desainer Indonesia yang pernah menembus pasar Paris. (Foto: Abduh/detikcom)

Damien, yang menangani kawasan Eropa Barat, mengatakan perusahaannya sebagai produsen wol terbesar di dunia membuka kesempatan bagi desainer atau jenama baru yang ingin berkolaborasi untuk menggarap koleksi ramah lingkungan.

Sayangnya, kerap kali ia menemukan pihak yang datang tidak sungguh-sungguh dalam menjalankan misi keberlanjutannya alias greenwashing. Harapannya, desainer dan jenama Indonesia menghindari asal klaim produknya eco-friendly demi keuntungan semata.

Konsistensi

Paris bukan untuk mereka yang mudah menyerah. Gagal mendapat buyers saat pertama kali mempresentasikan produk di Paris adalah hal lumrah.

"Buyers tidak mau terlalu ambil risiko, apalagi dengan kondisi perekonomian seperti saat ini. Biasanya, butuh tiga kali percobaan. Jadi, Anda harus menjadi merek yang berjangka panjang untuk membangun kepercayaan buyers," terang Christelle Languillat yang bekerja sebagai konsultan mode di Paris.

Direktur Premiere Classe Paris Trade Show Sylvie Pourrat sepakat dengan pernyataan Christelle. Ia pun menyebut kesabaran dan berkomitmen tinggi sebagai kunci mujarab untuk menaklukkan Paris.

Diskusi Mode Kolaborasi JF3 dan Kedutaan PrancisPara pembicara di diskusi 'Gambaran Industri Mode Global Setelah Pandemi dan Potensi Indonesia di Mata Pelaku Internasional' di Institut Francais Indonesia (IFI) Thamrin, Jakarta, beberapa waktu lalu. (Foto: Daniel Ngantung/detikcom)

"Butuh waktu untuk sukses, jadi Anda harus bersabar dan yakinlah pada proses," kata Christelle yang biasa mengkurasi talenta-talenta baru untuk dipertemukan dengan para buyers internasional di Paris.

Tentu saja hidup di era TikTok yang menawarkan ketenaran instan, kesabaran menjadi kualitas yang langka. Maka Paris bukan untuk mereka yang mendambakan popularitas semu.

(dtg/dtg)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads