Kisah Pesta Ultah Mewah Grace Kelly, Eksklusif Digelar untuk Zodiak Ini

Sabtu, 15 November 1969, Hotel Hermitage di Monte Carlo, Monako, riuh dengan kedatangan para pesohor yang didominasi oleh para bintang Hollywood. Tuan rumahnya adalah Grace Kelly, aktris Amerika Serikat yang diperistri oleh Pangeran Rainier III. Tak sekadar mewah, pesta tersebut kian eksklusif karena hanya untuk mereka yang berzodiak Scorpio.

Para tamu datang untuk memenuhi undangan pesta ulang tahun Grace Kelly yang kala itu genap berusia 40 tahun. Lahir pada 12 November 1929, ia pun menyandang status Scorpion.

Ramalan horoskop lah yang menjadi panduan hidupnya. Bahkan, ia diketahui rutin berkonsultasi dengan Carroll Righter, astrologer ternama langganan bintang Hollywood. Sebuah foto jadul memperlihatkan Carroll pernah mengunjungi Grace di lokasi syuting salah satu film terakhirnya, 'The Swan', pada 1956.

Maka tak heran bila ia mendedikasikan pesta perayaan empat dekade usianya bagi teman dan koleganya yang satu zodiak. Namun, Grace Kelly tetap memberi pengecualian dengan memperbolehkan para tamu membawa pasangan berzodiak di luar Scorpio.

Salah satunya Elizabeth Taylor yang memiliki zodiak Pisces. Ia datang sebagai pendamping aktor Richard Burton, kelahiran 10 November 1925. Seperti dilansir dari CNN, daftar tamu juga meliputi Rock Hudson (lahir 17 November 1925), model Swedia Hjördis Paulina Genberg (lahir 10 November 1919), dan aktor Italia Virna Lisi (8 November 1936).

Menyesuaikan tema, Elizabeth Taylor datang dengan gaun putih yang dibungkus semacam jubah berwarna hitam rancangan Tiziani, yang dihiasi dekorasi taburan berlian yang membentuk motif kalajengking, lambang Scorpio.

Tentu sorotan tertuju pada Grace Kelly yang sebagai empunya acara memberikan gaya terbaik. Ibu tiga anak itu menebar pesonanya dalam balutan gaun hitam yang dipesan khusus dari desainer Cristobal Balenciaga.

Menariknya untuk urusan pakaian, Grace Kelly tak memandang astrologi. Desainer Spanyol kelahiran 21 Januari 1895 tersebut berzodiak Aquarius. Mungkin kala itu memang hanya Balenciaga yang dapat dipercayainya untuk membuat gaun spesial.

Pilihan Grace Kelly jatuh kepada sebuah gaun hitam berbahan beludu (velvet) yang pertama kali dirancang Balenciaga pada 1966 untuk koleksi adibusana (haute couture) musim dingin. Untuk sang clientele kesayangan, Balenciaga menambahkan dua bros bermata rubi, hadiah pernikahan dari suaminya, sehingga semakin mempertegas aura kemewahan.

Aksesori tersebut menjadi statement pada bagian garis leher bateau yang mengekspos keindahan bahu Grace Kelly. Ia kemudian menyempurnakan gayanya dengan tas sequin, sarung tangan putih, dan hair do kepang top knot yang elegan.

Sebuah penampilan terbaik untuk momen yang mungkin paling dikenang dalam hidupnya sebelum ia meninggal secara tragis karena kecelakaan lalu lintas pada 14 September 1982.

Versi Baru

Begitu bermaknanya gaun tersebut, penting bagi Demna menghadirkannya lagi dengan interpretasi baru untuk koleksi couture ke-52 Balenciaga. Kreasi tersebut dipresentasikan dalam rangkaian Paris Fashion Week Haute Couture Fall 2023 pekan lalu.

Dalam versi Demna, desainer yang menjabat sebagai direktur kreatif Balenciaga sejak 2015, gaun tersebut muncul dengan korsase mawar hitam yang menghiasi kedua sisi bahu. Dari setiap dekorasi bunga tiga dimensi tersebut, menjuntai mutiara sehingga menyerupai kalung.

Maha karya ini menjadi pembuka koleksi yang terdiri dari 59 look. Danielle Slavik, model favorit Balenciaga pada 1964-1968, kembali mendapat kepercayaan untuk memeragakannya.

Menurut Telegraph, Danielle pernah mengungkapkan kepada Demna betapa dia menyukai gaun orisinalnya. Demna pun menghadiahi versi replikanya kepada Danielle tahun lalu.

Belakangan, Demna sedang berupaya menyelamatkan citranya dan Balenciaga setelah diterpa skandal iklan berbau pornografi anak. Oleh sebab itu, koleksi beberapa musim terakhir lebih fokus pada kualitas desain dan jahitan, ketimbang menciptakan karya yang mengedepankan sensasi sebagaimana Balenciaga dikenal sejak berada di bawah nakhodanya.

"Couture bagi saya secara spesifik adalah tentang pakaian itu sendiri. Ada sebuah narasi yang secara alami muncul, semacam jembatan yang menghubungkan masa lampau dan masa kini. Itu mengapa saya ingin memulainya dari awal," ungkap Demna kepada Vogue.