Baju Chanel Bisa Seharga Rumah, Penjahit Ungkap Pembuatannya yang Rumit
Rabu, 18 Sep 2019 08:32 WIB
Paris - Haute couture atau adibusana identik dengan busana yang harganya selangit. Satu potong busana saja bisa setara harga rumah mewah di pinggiran Jakarta.
Bukan pakaian biasa, produk adibusana adalah sebuah mahakarya. Materialnya premium, lalu diolah oleh tangan-tangan halus dengan detail yang sangat presisi.
Di Prancis, tak sembarang rumah mode yang bisa memakai nama 'haute couture' karena harus memperoleh persetujuan dulu dari French Ministry of Industry. Label atau desainer yang sudah laik mendapat predikat haute couture di antaranya Chanel, Christian Dior, Giambattista Valli, Givenchy dan Jean Paul Gaultier.
![]() |
Agar dapat tetap mempertahankan status haute couture tersebut, kinerja para rumah mode dievaluasi setahun sekali. Menurut situs Couture Notebook, penilaian mencakup seberapa banyak busana made to order yang mereka ciptakan untuk klien, lalu rumah mode yang bersangkutan sedikitnya harus memiliki 15 karyawan yang bekerja di sebuah atelier atau studio. Rutin menggelar fashion show dua kali setahun di Paris Fashion Week Haute Couture juga menjadi penilaian penting.
Adapun harga busana akan bergantung seberapa rumit pengerjaan, banyaknya detail yang diaplikasikan pada busana dan nama label itu sendiri. Sebagai bayangan, pembuatan satu buah busana saja bisa memakan waktu sampai 700 jam.
Untuk busana couture sehari-hari, harganya mulai dari US$ 20 ribu atau sekitar Rp 280 juta. Chanel Haute Couture bahkan bisa membanderolnya dari harga US$ 40 ribu atau Rp 560 jutaan. Gaun pengantin lebih mahal lagi, harganya dimulai dari kisaran US$ 100 ribu atau Rp 1,4 miliar.
![]() |
Sebuah video 'behind the scene' fashion show Chanel Haute Couture Fall 2020 mungkin bisa memberi gambaran sekilas betapa rumitnya proses kreatif di balik gaun mewah adibusana.
Video yang diunggah oleh akun videografer fashion Prancis Loic Prigent itu mengungkap 'resep rahasia' langsung dari para penjahit andalan Chanel. Koleksi adibusana yang naik pentas di Paris Fashion Week Haute Couture Juli lalu itu menjadi yang pertama bagi direktur artistik Chanel Virginie Viard.
Segala urusan desain dipercayakan kepada Virginie setelah rumah mode berusia 109 tahun itu ditinggal direktur kreatifnya yang legendaris, Karl Lagerfeld. Karl tutup usia pada Februari 2019 setelah berjuang melawan kanker pankreas.
Virginie dibantu oleh beberapa penjahit dalam merealisasikan konsep desainnya yang tertuang di sketsa. Tanpa keahlian mereka, tak akan ada busana mewah yang tersaji di catwalk atau dijual untuk klien kelas atas.
![]() |
Setiap busana memiliki keunikan tersendiri dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Salah satunya jas hitam bersiluet tuksedo dengan lapel atau kerah berbahan satin.
Menurut penjahit Chanel yang bernama Jacqueline, menjahit di atas kain satin bukanlah perkara yang mudah. "Orang yang membuatnya memiliki tangan yang luar biasa," ujar Jacqueline.
![]() |
Ia lalu menunjukkan detail rantai yang dijahit di balik jaket bagian bawah. Ternyata sudah menjadi standar bagi Chanel untuk menyertakan detail serupa di setiap koleksi jaketnya. "Ini cara untuk memberi beban pada jaket agar tidak bergerak," ungkap Jacqueline.
Busana lain yang tak kalah pelik pembuatannya adalah gaun panjang bersiluet lurus dengan bahu model bateau neckline yang dipermanis pita hitam. Sepintas gaun tersebut hanya tampak seperti gaun bermotif kotak teka-teki silang hitam-putih. Namun jika dilihat lebih dekat, motif tersebut dibuat dari ribuan payet kecil yang dijahit di atas kain organza. "Organza yang disulam," kata Cecile, penjahit lainnya.
![]() |
Hadir pula gaun merah muda berbahan lace dengan semburat kilauan warna metalik di dalamnya. Penjahit Chanel yang bernama Olivia menjelaskan, lace tersebut bukan yang biasa karena hasil jahitan tangan. "Lace seperti ini tak bisa dibuat dengan mesin," ujar dia.
![]() |
Jahitan yang sangat presisi juga diterapkan pada kerah bolero emas yang bagian lengannya membulat. Kerah tersebut dibuat dari bahan organza yang diaplikasikan berlapis-lapis sehingga menyerupai lembaran kertas sebuah buku agar sesuai dengan set fashion show yang bertema perpustakaan.
Penjahit pun harus ekstra hati-hati dalam mengolah organza mengingat bahannya yang ringkih. "Kami jahit semacam kepangan kecil yang disebut 'picot'. Ukurannya sangat kecil dan berfungsi agar organza tidak melambai-lambai," kata Jacqueline.
![]() |
Koleksi tersebut turut menyertakan sebuah busana yang merayakan sosok Karl Lagerfeld. Gaun model jubah mandi itu dibuat dari payet yang memuat tulisan tangan sang ikon fashion. Payet tersebut menghiasi sekujur gaun. Bisa dibayangkan berapa lama penjahit harus mengaplikasikan payet tersebut hingga menjadi sebuah busana yang utuh.
![]() |
Simak Video "Bombastis! Botol Minum Chanel Dibanderol Rp 78,2 Juta"
[Gambas:Video 20detik]
(dtg/dtg)