Pemilu Amerika Serikat, Pendukung Hillary Clinton Voting Pakai Setelan Jas

Jakarta - Pemilu Amerika Serikat dilaksanakan Selasa (8/11/2016), dengan kandidat Hillary Clinton dan Donald Trump. Saat pemilu, masyarakat tidak diperbolehkan memakai atribut kampanye seperti bendera, pin atau baju bergambar maupun bertuliskan dukungan terhadap masing-masing kandidat.

Tapi para pendukung Hillary Clinton punya cara kreatif untuk 'mengkampanyekan' calon presiden pilihan mereka. Para wanita di seluruh Amerika kompak mengenakan setelan jas yang menjadi ciri khas Hillary Clinton.

Foto: Instagram/Pantsuitnation

Hashtag #pantsuit pun membanjiri socia media seperti Instagram dan Twitter. Rata-rata mereka mem-posting foto sedang mengenakan jas atau blazer yang dipadankan dengan celana panjang. Gaya busana yang selalu dipakai Hillary saat pidato maupun kampanye.

Penggagasnya, adalah Libby Chamberlain yang merupakan pendiri grup Pantsuit Nation di Facebook. Libby mendorong para pendukung Hillary untuk datang ke tempat pemilu dan memilih calon presiden mengenakan setelan jas.

Foto: Instagram/Pantsuitnation

"Kami berbicara tentang betapa indah dan tabahnya Hillary berusaha mewujudkan perjuangan wanita untuk kesetaraan, dan bagaimana setelan jas menjadi lambang untuk perjuangan itu," ujar Libby, seperti dikutip dari BuzzFeed News.

Sebelumnya, dukungan juga mereka tunjukkan lewat video YouTube. Sekitar satu bulan lalu, tepatnya 2 Oktober 2016, tidak kurang dari 200 orang yang mengenakan setelan jas berkumpul untuk melakukan flash mob di tengah kota.

Foto: Instagram/Pantsuitnation

Diiringi lagu Justin Timberlake, 'Can't Stop This Feeling', mereka berdansa dengan koreografi yang teratur. Berbagai macam jas yang dikenakan cukup bervariasi mulai dari warna netral hingga terang mencolok seperti pink, merah, hijau toska dan biru elektrik. Terlihat pula beberapa anak kecil yang juga ikut berdansa dengan riang.

(hst/hst)