Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Tampil Apik dengan Lurik

Lulu Lutfi Labibi, Desainer yang Konsisten Merancang Busana dari Kain Lurik

Intan Kemala Sari - wolipop
Jumat, 01 Apr 2016 14:16 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Foto: M. Abduh/Wolipop
Jakarta - Dunia mode Indonesia banyak diramaikan oleh para desainer yang mengangkat keindahan kain tradisional sebagai koleksi rancangnya. Salah satunya adalah desainer Lulu Lutfi Labibi yang dikenal piawai mengolah kain lurik menjadi busana modern ready-to-wear.

Pria yang akrab disapa Lulu ini memaparkan, alasan dirinya mengolah kain lurik adalah karena ia memang mencintai dan peduli akan eksistensi kain nusantara yang kini sudah mulai berkurang keberadaannya. Bisa dibilang Lulu menjadi salah satu desainer yang mempelopori tren busana dari kain lurik di Indonesia.

"Kain lurik memang seharusnya dilestarikan dan pada awal saya mendesain busana belum ada yang mengangkat kain lurik. Saya ingin mengangkatnya meskipun awalnya sulit dilakukan," ujarnya saat dihubungi Wolipop melalui telepon, Selasa, (29/3/2016).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia teringat saat pertama kali mendesain lurik pada 2007 silam, saat itu karyanya belum bisa diterima oleh masyarakat. Namun ia tidak lantas putus asa. Ia yakin hasil rancangannya suatu saat nanti bisa diterima oleh orang banyak dan memiliki target market khusus. Selang beberapa tahun kemudian, keyakinannya terwujud. Kini busana dari lurik rancangannya banyak dipakai oleh sejumlah selebriti, mulai dari Dian Sastrowardoyo, Titi Kamal, Andien, Nadine Chandrawinata, dan masih banyak lagi.

Baca Juga: 30 Gaya Selebriti di Indonesia Fashion Week 2016

Sukses mengolah kain lurik menjadi busana modern yang berpotongan terstruktur ini sempat membuat desainer yang berdomisili di Yogyakarta ingin pindah ke Jakarta. Karena di Ibu Kota, ia melihat bahwa potensi untuk melebarkan usahanya akan semakin berkembang pesat.

Tetapi ia sempat ragu, karena di Yogyakarta sendiri ia sudah memiliki butik yang didesain dengan nuansa tradisional demi menunjang karyanya. Hingga akhirnya pada 2015 lalu ia mantap untuk tetap menjadikan Yogyakarta sebagai butik utama dan tempatnya menetap.
Alasannya, Lulu adalah orang yang memerlukan ketenanangan dan privasi khusus saat berkarya.

"Alhamdulillah justru akhirnya 'Ibu Kota' yang datang pada saya. Banyak klien yang datang dari Jakarta pada hari biasa dan semakin ramai kalau weekend," lanjut desainer yang memenangkan juara pertama Lomba Perancang Mode (LPM) 2011 dari sebuah majalah itu.

Berkomitmen untuk mengenalkan kain lurik pada masyarakat luas seolah menjadi suatu pekerjaan tanpa henti yang terus-menerus dilakukannya. Pria yang belum lama ini mengeluarkan koleksi terbaru bertajuk 'Jantung Hati' itu mengungkapkan, masih banyak orang yang belum mengetahui perbedaan antara batik dan lurik.

Ia bercerita, saat itu ada kliennya yang datang ke butiknya dan ingin mencari batik. Namun busana yang dipegangnya adalah busana dari lurik.

"Banyak yang datang ke butik mau cari batik, tapi yang dipegang lurik. Saya bilang, 'batik di bagian sini,'. Tapi mereka nunjuknya lurik. Mereka masih belum paham kalau lurik dan batik adalah dua kain yang berbeda. Tapi saya tidak menyerah, karena saya memang ingin mengenalkan kain lurik kepada orang-orang," tutup Lulu. (itn/itn)
Tags

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads