Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Fenomena Blind Box Bikin Kecanduan, Pemerintah China Sampai Turun Tangan

Hestianingsih Hestianingsih - wolipop
Senin, 23 Jun 2025 18:00 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Labubu
Lisa BLACKPINK memegang blind box berisi figur Labubu. Foto: dok. Instagram @lalalalisa_m
Jakarta -

Kotak kejutan atau blind box kini bukan sekadar mainan lucu, melainkan sudah menjadi tren global yang membuat banyak anak muda penasaran dan ketagihan. Dari China hingga kawasan Asia Tenggara, konsep kotak berisi mainan, kartu, hingga figur karakter ini berhasil memancing rasa ingin tahu pembelinya agar mau membeli berulang kali demi mendapatkan item yang diinginkan.

Namun di balik keseruan itu, muncul kekhawatiran soal dampak negatifnya, seperti pemborosan hingga kecanduan belanja impulsif. Pemerintah China pun sudah turun tangan untuk mengatasi 'kecanduan' blind box.

Harian resmi Partai Komunis China, People's Daily, baru-baru ini memberi peringatan tegas soal 'kecanduan' blind box dan blind card pack di kalangan anak muda, terutama saat liburan musim panas tiba. Blind box memang menggoda karena menawarkan kejutan, namun bisa membuat pembelinya terus- menerus penasaran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fenomena blind box bukan hanya soal tren. Bagi banyak anak dan remaja, blind box menjelma jadi sumber kesenangan sekaligus jebakan komersial. Salah satu faktor pemicunya adalah ketidakpastian soal isi di dalamnya.

Ketika membeli, konsumen tak tahu pasti item apa yang akan mereka peroleh. Faktor kejutan dan kelangkaan produk inilah yang membuat banyak orang membeli berkali-kali demi melengkapi koleksi, membuat ketagihan seperti hal nya judi.

ADVERTISEMENT

Dalam laporannya seperti dikutip dari South China Morning Post, People's Daily menyoroti banyak anak dan remaja terjebak dalam pola belanja berlebihan, bahkan bisa menghabiskan ratusan hingga ribuan yuan hanya untuk mendapatkan kartu atau figur langka. Berdasarkan hasil wawancara mereka, anak-anak sering kali sulit menahan diri dan tergiur iklan live streaming, giveaway, hingga mekanisme lotre online yang dirancang agar mereka terus membeli.

Ilustrasi Blind BoxIlustrasi blind box. Foto: iStock

Salah satu contoh nyata diungkapkan oleh Yang Fuwei, Profesor Hukum dari Southwest University. Dia menegaskan bahwa strategi penjualan ini bisa memanfaatkan lemahnya kontrol diri anak-anak.

"Praktik semacam ini berlawanan dengan semangat Undang-Undang Perlindungan Anak, di mana kesehatan fisik dan mental anak harus dilindungi," katanya.

Untuk mencegah dampak lebih jauh, pemerintah China sebelumnya sudah menetapkan pembatasan ketat. Misalnya, anak di bawah usia 8 tahun dilarang membeli blind box. Sementara anak di atas 8 tahun harus mendapat izin orang tua.

Tren Blind BoxTren Blind Box. Foto: 20Detik | Dwi Putri A

"Namun sayangnya, banyak pedagang dan platform belum mematuhi aturan ini," tambah Yang.

Sebagai solusinya, dia mengusulkan agar platform belanja online memberlakukan verifikasi berlapis. Mulai dari autentikasi nama asli, pengenalan wajah, hingga persetujuan orang tua. Dia juga menyarankan agar toko fisik membuat area khusus anak-anak dan memberlakukan denda berat bila melanggar ketentuan.

Peringatan soal blind box ini bukan kali pertama dilakukan. Sebelumnya China juga sudah memberlakukan pembatasan ketat pada game online, dimana anak di bawah umur hanya bisa bermain satu jam per hari di akhir pekan dan hari libur, demi memerangi kecanduan game. Bahkan, perizinan game baru sempat dihentikan selama delapan bulan sebagai bagian dari kampanye 'bersih-bersih' internet.

(hst/hst)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads