Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

J.K. Rowling Rilis Novel Tentang LGBT, Tagar #RIPJKRowling Ramai di Twitter

Hestianingsih - wolipop
Selasa, 15 Sep 2020 12:13 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

JK Rowling
J.K. Rowling. Foto: IMDB/ Istimewa
Jakarta -

J.K. Rowling merilis buku terbaru bertajuk 'Trouble Blood'. Belum ada sehari rilis, novel fiksi karangannya tersebut, menuai kritik.

Cerita yang ditulisnya dengan nama samaran Roebrt Galbraith fokus pada hilangnya seorang wanita yang diduga telah menjadi korban dari Dennis Creed. Karakter tersebut digambarkan sebagai pembunuh berantai yang berpakaian seperti wanita.

J.K. Rowling menggunakan kata transvestite untuk menggambarkan karakter sang pembunuh, Dennis Creed. Istilah itu sebenarnya sudah tidak relevan di masa sekarang dan biasanya dipakai untuk menyebut pria yang terkadang memakai busana wanita. Transvestite berbeda dengan transgender.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Banyak yang menyebut kalau novel tersebut mencoba menginterpretasikan kaum transgender sebagai individu-individu bermasalah dan orang jahat. Padahal yang terjadi selama ini, transgender justru kerap kali jadi korban kekerasan, baik secara fisik maupun verbal.

Seperti dikutip dari Los Angeles Times, para kritikus juga mencatat bahwa 'Trouble Blood' bukanlah novel pertamanya yang memasukkan unsur transphobic (kebencian terhadap kaum transgender atau transeksual). 'Trouble Blood' merupakan buku kelima dari Cormoran Strike, serial novel tentang detektif.

ADVERTISEMENT

Pada buku keduanya, 'The Silkworm', J.K. Rowling menghadirkan karakter seorang wanita transgender yang belakangan juga kena kritik. Kembali ke masalah 'Trouble Blood', perilisan novel tersebut membuat tagar #RIPJKRowling jadi trending topic di Twitter.

Tagar itu muncul bukan karena penulis serial populer Harry Potter itu meninggal, tapi karena banyak orang menilai, J.K. Rowling sedang menghancurkan kariernya sendiri. Kariernya bisa hancur akibat pemikiran dan sudut pandangnya tentang komunitas LGBT.

Sebelumnya, penulis 55 tahun ini juga dikritik karena cuitannya tentang wanita transgender. Dia menyatakan bahwa wanita transgender bukanlah seorang wanita karena tidak mengalami menstruasi.

Gara-gara cuitan tersebut, publik marah dan menentang pendapat J.K. Rowling. Dia juga dinilai menggunakan pengaruhnya sebagai penulis yang memiliki komunitas pembaca terbesar di dunia untuk melegalkan segala hal pendapatnya.

(hst/hst)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads