Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Baru Dirilis, Novel Ini Sebut Pandemi Mirip COVID-19 Dimulai dari Indonesia

Daniel Ngantung - wolipop
Rabu, 29 Apr 2020 13:21 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Novel The End of October Karya Lawrence Wright
Lawrence Wright, jurnalis dan penulis novel 'The End of October'. Novel tersebut berkisah tentang pandemi mirip COVID-19 yang muncul pertama kali di Indonesia. (Foto: AFP/Tommaso Boddi)
New York City -

Dunia sedang bergumul dengan salah satu bencana kesehatan terburuk dalam sejarah. Pandemi COVID-19 yang terjadi akibat virus Corona diketahui bermula di kota Wuhan, China. Namun, apa jadinya bila sebuah pandemi serupa terjadi, kali ini Indonesia menjadi asal virus pemicunya?

Setidaknya itu yang terbayang dalam imajinasi Lawrence Wright ketika menulis novel 'The End of October'. Buku ke-12 karya jurnalis sekaligus penulis pemenang Pulitzer Prize itu dirilis pada Selasa (28/4/2020).

Penulisan 'The End of October' sudah rampung pada pertengahan tahun lalu. Maka betapa kagetnya dia ketika cerita di novel tersebut seakan menjadi kenyataan. Sebuah virus baru muncul di benua Asia pada akhir 2019, lalu mewabah ke seluruh penjuru dunia dan menimbulkan kekacauan di tatanan sosial, ekonomi, bahkan politik sekalipun.

Novel The End of October Karya Lawrence WrightNovel 'The End of October' karya Lawrence Wright (Foto: lawrencewright.com)


"Rasanya agak mengerikan, mengimajinasikan sesuatu yang buruk di masa depan, lalu terjadi lebih parah di kehidupan nyata," tulis Lawrence di kolom opini The New York Times, baru-baru ini.

Selain itu, ada sensasi deja vu tersendiri yang dirasakan pria 72 tahun tersebut. Pada 1998, Lawrence berkesempatan menulis skenario film 'The Siege' yang dibintangi Denzel Washington, Annette Bening dan Bruce Willis. Film tersebut berkisah tentang upaya teroris dari kaum Islam radikalis menyerang New York City. Tiga tahun kemudian, terjadilah tragedi '9/11'.

'The Siege' yang tadinya gagal di Box Office, lalu menjadi salah satu film yang paling banyak disewa di AS setelah serangan teroris terburuk dalam sejarah tersebut. "Sekarang, sembari membaca koran dan menonton berita, saya merasakan sensasi yang sama ketika melihat kembali adegan-adegan yang pernah saya tulis," tambah penulis buku 'The Looming Tower: Al-Qaeda and the Road to 9/11' itu.

Entah kebetulan atau tidak, tapi yang pasti Lawrence mempertegas bahwa dirinya bukanlah peramal. Apa yang tampak seperti ramalan merupakan buah dari penelitian yang kuat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan latar belakangnya sebagai jurnalis, ia terbiasa membuat tulisan-tulisan yang diolah berdasarkan fakta-fakta dari berbagai riset. Hal yang sama ia terapkan saat menulis literatur, termasuk yang bergenre fiksi.

Maka dalam menciptakan 'The End of October', ia mewawancarai mereka yang berkepentingan dalam bidang kesehatan. Seperti dokter, ilmuwan dan peneliti, tanpa terkecuali perawat. Beberapa di antaranya, kata Lawrence, saat ini menjadi garda terdepan dalam menghadapi krisis COVID-19.

Adapun ide untuk membuat novel ini sebenarnya bermula dari perbincangan santainya sekitar 10 tahun lalu dengan Ridley Scott, produser dan sutradara kenamaan Hollywood di balik film-film blockbuster seperti Alien, Gladiator dan Black Hawk Down.

WUHAN, CHINA - FEBRUARY 10:  A protective mask is seen on a statue outside a street on February 10, 2020 in Wuhan, China. Flights, trains and public transport including buses, subway and ferry services have been closed for the nineteenth day. The number of those who have died from the Wuhan coronavirus, known as 2019-nCoV, in China climbed to 909.  (Photo by Stringer/Getty Images)Patung di Wuhan, China, memakai masker. Wuhan menjadi episentrum pertama virus Corona, sebelum menyebar ke suluruh dunia. (Foto: Getty Images)


Kala itu, Ridley bercerita tentang novel apokaliptik karya Cormac McCarthy yang berjudul 'The Road'. "Dan pertanyaannya untuk saya, 'Apa yang akan terjadi?' Saya selalu suka ketika ada orang yang menanyai saya dengan pertanyaan seperti itu," kata dia kepada New Yorker.

Oleh Ridley, Lawrence diminta untuk menulis alur cerita sebuah film tentang hancurnya peradaban manusia seperti di novel tersebut. Pernah bertugas di desk kesehatan ketika mengawali karier sebagai jurnalis, Lawrence terbayang tentang pandemi. Menurutnya, pandemi adalah alasan yang paling logis untuk menghancurkan sebuah peradaban.

Pemikiran tersebut lalu membawanya pada pandemi flu Spanyol pada 1918 yang memakan korban hingga 50 juta jiwa di seluruh dunia. Flu tersebut lantas menginspirasi Lawrence untuk memunculkan virus 'fiktif' bernama Kongoli Flu di 'The End of October'.

Menariknya, Indonesia menjadi pilihan Lawrence sebagai tempat pertama kali virus itu ditemukan. Dalam imajinasinya, Kongoli Flu muncul di sebuah kamp pengungsian.

"Indonesia sering mempersekusi kaum homoseksual dan saya membayangkan di sana ada sebuah pusat penahanan di mana sejumlah pengidap HIV/AIDS dan sistem imun mereka dipertaruhkan. Dan di situasi seperti itu, muncul sebuah virus baru, seperti flu yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan tiba-tiba menular ke mana-mana dan mengancam populasi dunia," terang Lawrence yang mendidasikan buku tersebut bagi para tenaga medis COVID-19.

Di era modern seperti saat ini, dengan pergerakan miliaran manusianya yang sangat dinamis, seberapa cepat virus tersebut menjangkit? Berapa banyak korban yang berjatuhan? Bagaimana dampaknya pada ekonomi?

Petugas memakamkan seorang Pasien Dalam Pengawasan (PDP) COVID-19 di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Jumat (17/4/2020). Pasien berjenis kelamin laki-laku dan berusia 50 tahun itu dirawat sejak tanggal 11 April 2020 di RS Liun Kendage, Tahuna, mempunyai keluhan sesak nafas, demam tinggi dan batuk. Pada hasil pemeriksaan swab pertama dinyatakan negatif dan masih menunggu hasil pemeriksaan swab yang kedua. ANTARA FOTO/Stenly Pontolawokang/wsj.Petugas memakamkan seorang Pasien Dalam Pengawasan (PDP) COVID-19 di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Jumat (17/4/2020). Pasien berjenis kelamin laki-laku dan berusia 50 tahun itu dirawat sejak tanggal 11 April 2020 di RS Liun Kendage, Tahuna, mempunyai keluhan sesak nafas, demam tinggi dan batuk. Pada hasil pemeriksaan swab pertama dinyatakan negatif dan masih menunggu hasil pemeriksaan swab yang kedua. (Foto: ANTARA FOTO/Stenly Pontolawokang)



Pertanyaan tersebut yang coba dijawab oleh sang pahlawan di novel tersebut, yakni Henry Parsons. Ia diceritakan sebagai ahli mikrobiologi utusan organisasi kesehatan dunia WHO dan CDC (Centers for Disease Control and Prevention).

Situasi menjadi genting ketika supir Henry di Indonesia terinfeksi virus tersebut dan membawanya ke Mekkah saat menunaikan ibadah haji di mana jutaan jemaah berkumpul dari seluruh dunia. Kemungkinan akan adanya 'gelombang kedua' dari virus tersebut turut disinggung Lawrence di novelnya ini.

Seandainya saja novel 'The End of October' hadir jauh-jauh hari lalu, mungkin kita sudah lebih siap menghadapi pandemi COVID-19 yang saat ini sudah menelan 216 ribu jiwa secara global.

(dtg/dtg)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads